BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak ada satupun yang menggambarkan biologi sebaik
mikroorganisme, mahluk hidup yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Keanekaragaman biokimia atau mekanisme genetik, baik dalam bentuk maupun fungsi
yang diperlihatkan dalam analisa mikroorganisme, telah mengantar kita pada
batas pemahaman biologi. Oleh karenanya, kebutuhan akan penemuan baru- suatu
tes keabsahan hipotesis ilmiah – dapat dijumpai secara utuh pada mikrobiologi.
Hipotesa yang berguna akan memberikan dasar bagi ilu alam lain, dan keragaman
mikroba memberi peluang, dimana tantangan tersebut selalu ada.
Prediksi, suatu bentuk praktis dari ilmu pengetahuan,
adalah suatu produk yang dihasilkan oleh perpaduan antara teori dan praktek.
Biokimia, biologi molekuler dan genetika merupakan perangkat atau wahana yang
dibutuhkan untuk analisis mikroba. Dalam berbagai pengembangan, mikrobiologi
dapat memperluas wawasan ilmu-ilmu tersebut. Seorang ahli mikrobiologi, mungkin
menjelaskan berbagai proses pertukaran, berbagai bentuk saling membutuhkan
(mutualisme) disebut simbiosis yaitu hubungan yang terus menerus antara
organisme yang berbeda.
Pemberian kegunaan utama pada satu pihak saja disebut
parasitisme, yaitu suatu hubungan dimana inang memberikan kegunaan utamanya
kepada parasit. Isolasi karakterisasi sebuah parasit contohnya bakteri patogen
atau virus, seringkali membutuhkan rencana laboratorium, sehingga mirip dengan
apa yang diperoleh organisme tersebut saat berbeda dalam sel inang. Kebutuhan
ini kadang-kadang menjadi tantangan bagi peneliti.
Pengertian simbiosis, mutualisme dan parasitisme
berikatan erat dengan ilmu ekologi dan prinsip-prinsip biologi lingkungan,
semuanya sudah masuk dalam mikrobiologi. Mikroorganisme merupakan hasil
evolusi, suatu konsekuensi biologis dari proses seleksi alam yang terjadi pada
bentangan garaduil yang sangat luas pada organisme dengan berbagai keragaman
genetik. Sejarah alam yang kompleks ini harus selalu ada dalam pikiran kita
sebelum menyimpulkan mikroorganisme, bagian yang paling hitrogen dari seluruh
mahluk hidup.
Sebelum penemuan jasad-jasad renik, semua benda hidup
yang dikenal dianggap sebagai tumbuhan atau binatang tidak terpikirkan adanya
jenis-jenis peliharaan. Namun dalam abad ke- 19, menjadi jelas bahwa jasad
renik memiliki semua kemungkina kombinasi sifat-sifat tumbuhan dan binatang.
Sekarang telah diakui secara umum bahwa jasad renik berkembang dengan
pertumbuhan relatif sedikit dari seluruh tumbuhan dan binatang.
Kecenderungan para ahli biologi untuk menggolongkan
semua jasad dalam salah satu dari sua “dunia”, tumbuhan atau binatang,
menimbulkan sejumlah keganjilan. Misalnya jamur, digolongkan sebagai tumbuhan
sebab sebagian jamur-jamur tidak bergerak walaupun jamur hampir tidak memiliki
sifat-sifat lain dari tumbuhan dan menunjukkan afinitas filogenik kuat dengan
protozoa.
Agar dapat menghindarkan penempatan sewenang-wenang
kelompok-kelompok peralihan dalam “dunia” yang satu atau lainnya, Heckel
mengusulkan pada tahun 1899, agar jasad renik ditempatkan dalam dunia yang
terpisah, protista. Menurut definisi Heckel, dalam protista tergolong alga,
protozoa, jamur dan kuman. Namun pada pertengahan abad ini, renik mikroskop
electron yang baru mengungkapkan bahwa kuman secara fundamental berbeda dari
tiga kelompok yang lain dalam struktur sel yang lebih maju, sama dengan sel
tumbuhan dan binatang yang dinamakan eukariotik, kuman memiliki struktur sel yang primitif,
prokariotik.
Istilah protista yang digunakan sekarang untuk
menunjukkan jasad eukariotik, sedangkan semua kelompok kuman dinamakan secara
kolektif sebagai prokariota.
Biologi umum membedakan antara eukariota (organisme
yang memiliki membran inti) terhadap prokariota (organisme diamna DNAnya tidak
dapat dipisahkan secara fisik dari sitoplasma. Perbedaan lebih lanjut tentang
eukariota dan prokariota misalnya akan dibedakan oleh ukurannya yang relatif
besar dan adanya organella yang terikat pada membran sel misalnya mitokondria.
B. TUJUAN
Mampu
memahami dasar-dasar mikrobiologi dan peranan mikroorganisme dalam kehidupan
manusia antara lain : sifat-sifat mikroba, macam-macam jenis mikroba yang erat
kaitannya dengan kehidupan manusia, cemaran-cemaran mikroba dalam sediaan
farmasi serta cara-cara pengendaliannya baik teori maupun praktek.
C.
RUMUSAN MASALAH
·
Bagaimana
cara-cara sterilisasi dan pembuatan media pembenihan untuk bakteri?
·
Bagaimana cara
mengetahui jumlah koloni bakteri?
·
Bagaimana cara
mengetahui jumlah bakteri bentuk koli?
·
Bagaimana cara
mendeteksi flora normal kulit, mulut dan udara?
·
Apa pengaruh
desinfektan dan suhu terhadap pertumbuhan kuman?
·
Seberapa peka
antibiotik terhadap bakteri?
·
Bagaimana cara
pembiakan dan peremajaan bakteri?
·
Bagaimana cara
membedakan bakteri dengan metode pewarnaan gram?
BAB II
PEMBAHASAN
PRAKTIKUM
I
STERILISASI
ALAT
I.
TEORI
DASAR
Sterilisasi
merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada
suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan
kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin)
(Hadioetomo, 1993).
Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai
secara mekanik (filtrasi)
Di dalam
sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
Jika
terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan
mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah
dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan.
Didalam
mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam
penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberland,
dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada
tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring
Penyaringan
dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan
penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme
dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang
melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang
dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat
menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi
dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka
tehadap panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb.
· Menyaring
cairan
Hal dapat
dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan
saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang
mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang
mempergunakan filter yang terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang
mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah
dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat dibuang
setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi
terlalu sulit untuk dibersihkan.
· Menyaring
udara
Untuk
menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau
untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka
alat-alat tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus
udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak
menjadi basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus
kedalam.
Untuk
mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat
dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk
kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini
ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah
tidak berfungsi lagi.
2. Sterilisasi
secara fisik
Sterilisasi
secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
· Pemanasan
a. Pemijaran
(dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat :
jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas
kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi
panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer,
tabung reaksi dll.
c. Uap air
panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air
panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra
Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari
lampu UV
3. Sterilisaisi
secara kimiawi
Biasanya
sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya
alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan
antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan
meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif
terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid
dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai
antiseptik.
Pemilihan
antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta
efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat
iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat
dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium),
alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin,
rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.
II.
STERILISASI
ALAT
Sterilisasi
yang kita lakukan adalah dengan pemanasan (Pemijaran (dengan api
langsung),Panas kering, Uap air panas,Uap air panas bertekanan)
Alat :
- Autoclave
- Cawan petri
- Pipet
- Erlenmeyer
- Streples
- Oven
Bahan :
- Kertas HVS
- Kapas
- Karet gelang
Sterilisasi cawan petri :
- Diletakkan cawan petri yang besar dibawah cawan petri yang kecil
- Seluruh permukaan cawan petri dibungkus menggunakan kertas HVS dengan teknik pembungkusan (Bagian kertas yang terdapat tulisannya diletakkan dibagian luar, karena tinta tulisannya ketika terkena suhu tinggi pada saat di autoklaf dikhawatirkan akan mengkontaminasi cawan petri yang akan disterilisasi)
- Kemudian dimasukkan kedalam oven
Sterilisasi pipet :
- Susun pipet secara sejajar di atas kertas HVS
- Bungkus pipet secara menyeluruh, streples ujung kertas agar rapih
- Masukkan kedalam oven
Sterilisasi erlenmeyer :
- Siapkan kapas, kapas dimasukkan kedalam mulut erlenmeyer
- Bungkus erlenmeyer dengan kertas HVS, ikat dengan karet gelang
- Masukkankedalamalat standar menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang lalu masukan ke dalam oven.
PEMBUATAN
MEDIA
I.
TEORI DASAR
Media/substansia
terdiri atas campuran nutrient (zat makanan) yang dipergunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Dalam laboratorium media memiliki 2 fungsi, untuk
isolasi dan inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan biokimia mikroba.
Kebutuhan dasar
suatu media pembenihan antara lain sumber energi, karbon, nitrogen,
garam-garam, kondisi PH dan faktor pertumbuhan.
Sifat media
pembenihan yang ideal meliputi memberikan pertumbuhan yang baik jika ditanami
kuman, pertumbuhan cepat, murah, mudah dibuat kembali, mampu meperlihatkan sifat
khas mikroba yang diinginkan.
II. JENIS MEDIA
1)
Media
Cair
Digunakan untuk
pembenihan diperkaya sebelum disebar ke media padat, tidak cocok untuk isolasi
mikroba dan tidak dapat dipakai untuk mempelajari koloni kuman. Contoh media
cair Nutrient Broth (NB), Pepton Diution Fluid (PDF), Lactose Broth (LB), Mac
Conkey Broth, dll.
Pepton merupakan
protein yang diperoleh dari peruraian enzim hidrolitik seperti pepsin, tripsin,
papain. Pepton mengandung nitrogen dan bersifat sebagai larutan penyangga,
beberapa kuman dapat tumbuh dalam larutan pepton 4%.
Contoh
Media Cair
|
Fungsi
|
a.
Kaldu Nutrisi
(Nutrient Broth)
|
Media
pengayakan dan pembiakkan
|
b.
Kaldu Darah
|
Media
pembiakkan dan melihat sifat hemolisis
|
c.
Air Pepton (PDF)
|
Media
pengayakkan
|
d.
Kaldu Empedu
|
Media
pembiakkan bakteri enterik
|
e.
Gula Pepton
(kaldu gula-gula)
|
Media
untuk melihat fermentasi gula
|
2)
Media
Padat
Digunakan untuk
mempelajari koloni kuman, untuk isolasi dan untuk memperoleh biakan murni.
Contoh media padat Nutrient Agar (NA), Potato Detrose Agar (PDA), Plate Count
Agar (PCA), dll.
Contoh
Media Padat
|
Fungsi
|
a.
Agar Nutrisi
(Nutrient Agar)
|
Untuk
mempelajari koloni bakteri
|
b.
Agar Darah
|
Untuk
melihat koloni bakteri dan sifat homolisis
|
c.
Agar Endo
|
Media
pembiakkan bakteri enterik, dapat digunakkan untuk membedakan bakteri peragi
laktosa dan bukan peragi laktosa
|
d.
EMBA (Eosin
Methylen Blue Agar)
|
Media
pembiakkan bakteri enterik, dapat digunakan untuk membedakan bakteri peragi
laktosa dan bukan peragi laktosa
|
e.
SS Agar (Salmonella Shigella Agar)
|
Media
pembiakkan Salmonella dan Shigella
|
f.
TCBS
(Thiosulphate Citrate Bile Sucrose Agar
|
Media
pembiakkan fibrio
|
g.
Agar Darah
Telurit
|
Media
pembiakkan Corynebacterium diphteriae
|
h.
Agar Miring
Lowenstein-Jensen
|
Media
pembiakkan Mycobacterium tuberculosis
|
i.
TSIA (Triple
Sugar Iron Agar)
|
Media
untuk melihat kemampuan bakteri dalam ragi gula dan membentuk H2S
|
j.
Nutrient Agar (NA)
|
Untuk
peremajaan koloni murni
|
3)
Media
Khusus
Digunakan untuk
pengayaan, media selektif dan media indikator.
Ø Media
diperkaya
Media
dasar yang ditamnbahkan zat-zat tertentu
Ø Media
selektif
Media
cair yang ditambahkan zat tertentu untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu
dan diberikan penghambat untuk mikroba yang tidak diinginkan, contohnya SS
Agar.
Ø Media
differensial
Media yang digunakan
untuk beberapa jenis bakteri, contoh: EMB Agar
Ø Media
Transport
Media
yang digunakan untuk membawa sampel atau specimen. Pada pengambilan specimen di
luar laboratorium, untuk mencegah kematian bakteri maka sampel dapat di tanam
dalam media transport sebelum dipindahkan pada medium pertumbuhan yang
diperlukan, contoh: Medium Carry Blayer, Stuart.
III.
Pembuatan
Media
Alat dan bahan
1.
Alat
•
Tabung reaksi 40 buah
Ø 30
buah untuk BGLB
Ø 10 buah
untuk PDF
•
Kapas
•
Kertas
•
Karet gelang
2.
Bahan
• Aqua
dest
• Plate Count Agar
(PCA) 300 ml
• Pepton Dilution
Fluid
(PDF) 500ml
• BGLB 270 ml
• NA
250 ml
• MHA
250 ml
• NaCl
0,9% 100 ml
• NaCl
0,9% 250 ml
IV.
Perhitungan
Bahan
Per kelompok
• PDF
= 500 ml (1% b/v)
• PCA
= 3oo ml (17,5 gram dalam 1 liter)
• BGLB
= 270 ml (40 gram dalam 1 liter)- untuk 30 tabung
Per kloter
NA
= 250 ml (28 gram dalam 1 liter) – dibuat 2x
MHA
= 250 ml (38 gram dalam 1 liter)- dibuat 2x
NaCl
0,9% = 100 ml
NaCl
0,9%% = 250 ml
V.
Cara
Pembuatan Media
1.
Pembuatan
PDF
·
Masukkan PDF ke dalam elemeyer
·
Larutkan dengan aqua dest ad 500 ml aduk ad homogen
·
Tuang PDF dalam elemeyer ke dalam 10 tabung reaksi yang telah disediakan ad 9 ml lalu tutup dengan kapas hingga rapat
·
Ikat 10 tabung reaksi menggunakan karet gelang, lalu
bungkus rapat dengan kertas
·
Masukkan ke dalam oven.
2.
Pembuatan
BGLB
·
Masukkan BGLB ke dalam erlenmeyer
·
Larutkan dengan aqua dest ad 270 ml aduk ad homogen
·
Tuang BGLB kedalam 30
tabung reaksi yang telah disediakan ad 9 ml
·
Masukkan tabung durham, hilangkan oksigen pada tabung durham dengan membalik tabung reaksi yang
ditahan dengan jari
·
Tutup dengan kapas hingga rapat
·
Ikat 30 tabung reaksi menggunakan karet gelang, masing-masing
9 tabung, lalu bungkus
rapat dengan kertas
·
Masukkan ke dalam
oven
3.
Pembuatan
PCA
·
Masukkan PCA ke dalam erlenmeyer
·
Larutkan
dengan menggunakan aquadest ad 250 ml
aduk ad homogen kemudian tutup rapat dengan kapas
·
Masukkan ke dalam oven
PRAKTIKUM II
ANGKA LEMPENG TOTAL
BAKTERI
I.
TEORI DASAR
Definisi koloni adalah suatu organism
hidup, baik uniselular maupun multiselular dapat berada sebagai individu
terpisah atau sebagai agregat (kumpulan) yang bebas satu sama lain. Sebuah
koloni hewan mungkin terdiri dari hewan uniselular atau hewan multiselular,
namun hewan multiselular bukan sebuah koloni hewan uniselular. Walaupun
demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiselular yang karena aktivitas
hidupnya bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai
satu organisme.
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total
menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM 61/MIK/06) yaitu pertumbuhan
koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng
agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan
Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer
sampel dan menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya. Digunakan
juga pereaksi khusus Tri Phenyl tetrazalim Chlotide 0,5 % (TTC).
Angka Lempeng Total bakteri adalah jumlah
koloni bakteri aerob yangterdapat dalam tiap gram ataupun ml sample uji. Untuk
mendapatkan Angka Lempeng Total Bakteri (ALTB) representatif dilakukan terhadap
beberapa pengenceran pada sample seperti , , ,
dan seterusnya.
Hal ini dikarenakan dengan melakukan
pengenceran, maka jumlah mikroba yang tersuspensi di dalam air steril menjadi
lebih kecil. Hal ini terlihat dari jumlah mikroba yang teramati setelah
pengenceran hingga keempat kalinya, bahwa umumnya semakin banyak pengenceran
yang dilakukan maka jumlah mikroba yang terhitung semakin sedikit.
Untuk menghitung jumlah koloni dilakukan
sebagai berikut:
-
Jumlah koloni yang representatif
-
ALTB dihitung dari petri dish dengan
jumlah koloni representatif
-
Jika tidak terdapat jumlah koloni
representatif, ALTB merupakan prakiraan dari pengenceran tertinggi
Keuntungan dari
metode pertumbuhan agar atau metode uji Angka Lempeng Total adalah dapat
mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui
adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam contoh.
Adapun kelemahan
dari metode ini adalah :
1.
Kemungkinan terjadinya koloni yang
berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan,
rantai atau kelompok.
2.
Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah
sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat
tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen
selama masa inkubasi.
3.
Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu
yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan media agar sehingga menghalangi
mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung.
II.
ALAT DAN BAHAN
1.
Petri dish
2.
Tabung reaksi
3.
Pipet ukur
4.
Erlenmeyer
5.
Pepton Dilution Fluid (PDF)
6.
Plate Count agar
7.
Sample makanan, minuman, dan jamu
III.
CARA KERJA
v JAMU
1. Larutkan serbuk jamu
yang beratnya 7 gram dengan menggunakan PDF hingga 70 ml
2. Buat pengenceran
sample jamu mulai konsentrasi , , , ,
3. Masukkan 1 ml sampel dari pengenceran , , duplo ke dalam petri dish
4. Tambahkan PCA
secukupnya aduk hingga rata dan biarkan membeku
5. Inkubasi 24 – 48 jam
pada suhu C
6. Hitung Angka Lempeng
Total Bakteri
v MAKANAN RINGAN
1. Hancurkan makanan
dalam kemasan sebelum dibuka, berat makanan sebesar 18 gram, kemudian
larutkan dengan menggunakan PDF hingga
180 ml
2. Buat pengenceran
sample makanan mulai konsentrasi , ,
3. Masukkan 1 ml sampel dari pengenceran , , duplo
ke dalam petri dish
4. Tambahkan PCA
secukupnya aduk hingga rata dan biarkan membeku
5. Inkubasi 24 – 48 jam
pada suhu C
6. Hitung Angka Lempeng
Total Bakteri
v MINUMAN
RINGAN
1. Buat pengenceran
sample minuman mulai konsentrasi , , ,
2. Masukkan 1 ml sampel dari pengenceran , , duplo ke dalam petri dish
3. Tambahkan PCA
secukupnya aduk hingga rata dan biarkan membeku
4. Inkubasi 24 – 48 jam
pada suhu C
5. Hitung Angka Lempeng
Total Bakteri
IV.
HASIL DAN PENGAMATAN PRAKTIKUM
v ALTB
JAMU SERBUK ( Kelompok 1)
Sample : Jamu Pegel Linu
Diproduksi : PT. Sido Muncul
No. Batch :
No. Reg : POM TR 082 280 381
Konsentrasi sample : , , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 28 37
ü : 16 17
ü : 14 15
ü
ALTB : (28 + 37) : 2 : = 32,5 x Kol / g
=
3,25 x Kol / g
“SYARAT
ALTB JAMU SERBUK < Kol
/ g”
KESIMPULAN : JAMU PEGAL LINU MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
JAMU SERBUK ( Kelompok 2)
Sample : Jamu Pegel Linu
Diproduksi : PT. AIR MANCUR
No. Batch :
No. Reg : TR092206091
Konsentrasi sample : , , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 7 18
ü : 4 3
ü : 1 2
ALTB : (7 + 18) : 2 : = 1,5 x Kol / g
“SYARAT
ALTB JAMU SERBUK < Kol
/ g”
KESIMPULAN : JAMU
PEGEL LINU DENGAN NO. BATCH 13112504
MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
JAMU SERBUK ( Kelompok 3)
Sample : Jamu Pegal Linu
Diproduksi : PT.Jamu Jago
No. Batch :13120902
No. Reg : POM TR 072 271 541
Konsentrasi sample : , , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 20 72
ü : 24 39
ü : 35 26
ALTB : 61 x 105 : 2 : 30,5 x Kol / g
=
3,01 x Kol / g
“SYARAT
ALTB JAMU SERBUK < Kol
/ g”
KESIMPULAN : JAMU
PEGAL LINU DENGAN NO. BATCH 13120902 MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
JAMU SERBUK ( Kelompok 4)
Sample : Jamu Ngeres Linu
Diproduksi : PT. Nyonya Meneer
No. Batch :
No. Reg : Depkes RI No. TR. 771 215 181
Konsentrasi sample : , , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 35 29
ü :
15 18
ü : 30 46
ALTB : 38 x 105
Kol / g
=
3,8 x Kol / g
“SYARAT
ALTB JAMU SERBUK < Kol
/ g”
KESIMPULAN : JAMU
NGERES LINU MEMENUHI
SYARAT ALTB
v ALTB
MAKANAN RINGAN ( Kelompok 1)
Sample : Potatos
Diproduksi : PT Garuda Indonesia
No. Batch :
No. Reg : BPOM RI MD 2277110752036
Konsentrasi sample : , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 5 5
ü : 7 8
ü : 10 4
ALTB :
(10 + 4) : 2 : = 7 Kol / g
“SYARAT
ALTB MAKANAN RINGAN < Kol
/ g”
KESIMPULAN : POTATOS MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
MAKANAN RINGAN ( Kelompok 2)
Sample : Good Time
Diproduksi : PT ARNOTT’S INDONESIA
No. Batch : K17D23
No. Reg : BPOM RI MD 236228001009
Konsentrasi sample : , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 27 4
ü : 2 8
ü : 1 24
ALTB : (27 + 4) : 2 : = 1,55 x Kol / g
“SYARAT
ALTB MAKANAN RINGAN < Kol
/ g”
KESIMPULAN : GOOD TIME MEMENUHI
SYARAT ALTB
v ALTB
MAKANAN RINGAN ( Kelompok 3)
Sample : Roma Biskuit Kelapa
Diproduksi : PT Mayora Indah Tbk
No. Batch : 0120 TG 1003307511
No. Reg : BPOM RI MD 227110302036
Konsentrasi sample : , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 2
1
ü : 1
5
ü : 0
0
ALTB : 0 Kol / g
“SYARAT
ALTB MAKANAN RINGAN < Kol
/ g”
KESIMPULAN :
ROMA BISKUIT KELAPA DENGAN NO. BATCH 0120 TG 1003307511 MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
MAKANAN RINGAN ( Kelompok 4)
Sample : Biskuit Energi
Diproduksi : PT Mondelez Indonesia
No. Batch :
No. Reg : BPOM RI MD 23510063288
Konsentrasi sample : , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 20 24
ü : 1 3
ü : 1 1
ALTB : 22 x 103 Kol / g
“SYARAT
ALTB MAKANAN RINGAN < Kol
/ g”
KESIMPULAN : BISKUIT ENERGI BISKUIT
KENTANG DENGAN NO. BATCH 14 L MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
MINUMAN RINGAN ( Kelompok 1)
Sample : Arinda
Diproduksi : PT Sinar Maju
No. Batch : -
No. Reg : BPOM RI MD 449610279022
Konsentrasi sample : , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 6 1
ü : 2 2
ü : 2 1
ALTB : (6 + 1) : 2 : = 3,5 Kol / ml
“SYARAT
ALTB MINUMAN RINGAN < Kol
/ ml”
KESIMPULAN : ARINDA MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
MINUMAN RINGAN ( Kelompok 2)
Sample : Teh semesta
Diproduksi : PT Aman Food Industri
No. Batch :
No. Reg : NO. PIRT 213320103592
Konsentrasi sample : , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 5 5
ü : 5 6
ü : 2 0
ALTB : (5 + 5) : 2 : = 5 Kol / ml
“SYARAT
ALTB MINUMAN RINGAN < Kol
/ ml”
KESIMPULAN : BUAVITA
GRAPE DENGAN NO. BATCH 4703101 MEMENUHI
SYARAT ALTB
v ALTB
MINUMAN RINGAN ( Kelompok 3)
Sample : Teh Rio
Diproduksi : PT Tirta Alam Segar
No. Batch :
No. Reg : BPOM RI MD 250110013955
Konsentrasi sample : , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü : 6 0
ü : 0
0
ü : 2 1
ALTB : 1,5 x 102 Kol / mL
“SYARAT
ALTB MINUMAN RINGAN < Kol
/ ml”
KESIMPULAN : TEH RIO
MEMENUHI SYARAT ALTB
v ALTB
MINUMAN RINGAN
Sample : Teh Gelas
Diproduksi : CS2 Pola Sehat
No. Batch : -
No. Reg : BPOM RI MD 268331001041
Konsentrasi sample : , , ,
Jumlah koloni tiap konsentrasi
ü :
ü :
ü :
ALTB : 25 Kol / ml
= 2,5 x 101 Kol/ml.
“SYARAT
ALTB MINUMAN RINGAN < Kol
/ ml”
KESIMPULAN : Teh Gelas
MEMENUHI SYARAT ALTB
V.
PEMBAHASAN
Uji
mikrobiologis suatu sediaan merupakan salah satu uji yang sangat penting untuk
mengetahui kualitas suatu sediaan.
Makanan, minuman, obat tradisional berasal dari alam yaitu dari hewan,
tumbuhan, mineral ataupun sediaan galeniknya. Oleh karena didalam pengadaannya
bahan-bahan tersebut mengalami proses pengangkutan dan penyimpanan dalam waktu
yang cukup lama.
Sehingga
dalam proses tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroba didalamnya. Untuk
mengetahui bahwa bahan baku, bahan tambahan maupun sediaan jadi tidak mengalami
perubahan sifat serta bebas dari kontaminan mikroba, maka diperlukan uji
mikrobiologis, meliputi pengujian angka lempeng total (ALT). Jika telah
dilakukan uji-uji tersebut, dan tidak ditemukan bakteri dan kapang yang sesuai
standar SNI, maka produk tersebut layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Sampel
yang digunakan pada percobaan ini dibuat dalam berbagai tingkat pengenceran
yaitu , , , , dengan tujuan memperkecil konsentrasi pengawet
yang digunakan oleh sediaan tersebut dan untuk memudahkan perhitungan jumlah
koloni bakteri yang tumbuh.
Pada
uji ALT bakteri, medium yang digunakan adalah medium NA (Nutrient Agar), sebab
medium ini mengandung karbon dan nitrogen yang dapat digunakan oleh bakteri
untuk melakukan proses metabolisme dan pengenceran sampel yang dibuat sebanyak
3 kali hingga diperoleh sampel dengan
tingkat pengenceran , , .
Media
NA digunakan karena merupakan media yang paling cocok untuk kultur bakteri.
Selanjutnya cawan petri diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37 ºC dalam
keadaan terbalik. Cawan petri diinkubasi dalam keadaan terbalik untuk
menghindari kontaminasi dari air yang mengembun diatas cawan petri yang mungkin
menetes jika cawan petri diletakan pada posisi normal. Inkubasi dilakukan
selama 2 x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal
setelah masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang
masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata.
Pada sample beberapa jamu serbuk ditandai
dengan hasil positif adanya bakteri. Pada pengenceran terkecil menunjukkan
jumlah koloni yang lebih banyak daripada pengenceran yang semakin besar. Akan
tetapi, walaupun dalam jamu tersebut mengandung beberapa koloni bakteri, jamu
tersebut sudah memenuhi syarat Angka Lempeng Total Bakteri.
Begitupun
dengan sample makanan yang sudah dilakukan percobaan, ada beberapa makanan yang
tidak mengandung koloni bakteri, akan tetapi makanan tersebut juga tetap
mengandung bakteri. Akan tetapibeberapa sample makanan yang telah diuji
tersebut semuanya memenuhi syarat Angka Lempeng Total Bakteri untuk dengan aman
di konsumsi.
Kemudian
beberapa sample minuman kemasan “jus buah” yang telah kami uji, ada beberapa
minuman yang negatif mengandung bakteri dan ada beberapa minuman yang positif
mengandung bakteri, akan tetapi jumlah bakteri tersebut tidak sebanyak bakteri
yang terkandung dalam makanan. Dan minuman tersebut telah memenuhi syarat Angka
Lempeng Total Bakteri untuk dengan aman di konsumsi.
VI.
KESIMPULAN
Dari hasil
pembahasan yang telah dijelaskan dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu :
1.
Pengenceran
merupakan salah satu faktor yang penting dalam penghitungan koloni.
2.
Prinsip
perhitungan koloni bakteri adalah semakin tinggi tingkat pengenceran semakin
rendah jumlah koloni bakteri.
3.
Media
NA digunakan karena merupakan media yang paling cocok untuk kultur bakteri.
4.
Koloni
adalah kumpulan dari mikrobia yang memilki kesamaan sifat-sifat seperti bentuk,
susunan, permukaan, dan sebagainya
5.
Makanan,
minuman, dan jamu tradisional yang sudah diuji seperti Malkist roma rasa abon,
buavita lychee, dan jamu basmingin sudah memenuhi syarat Angka Lempeng Total
Bakteri (ALTB).
MPN COLIFORM
MOST PROBABLE NUMBER
COLIFORM
I. TEORI DASAR
Penggunaan
air pada proses pembuatan makanan, minuman, dan jamu berpeluang untuk
terkontaminasi oleh bakteri. Pada prinsipnya air di alam dianggap tidak steril.
Pada umumnya komponen mikrobiologi dalam persyaratan makanan, minuman dan jamu
dinyatakan dengan Escherichia coli
sebagai bakteri indicator. Parameter yang digunakan untuk persyaratan
mikrobiologi antara lain total coliform dan fecal coliform. Analisis
mikrobiologi dapat dilakukan dengan cara metode tabung ganda dan system
membrane filter. Metode tabung ganda dilakukan untuk mengetahui total coliform
dan fecal coliform menggunakan metode MPN.
Bakteri coliform
adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain dengan kata lain
merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya pencemaran bakteri
patogen. Penentuan coliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Keuntungan mendeteksi coliform adalah jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Coliform merupakan suatu grup
bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya pencemaran dan kondisi sanitasi
yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Pada saat
perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan kurang dari standart
yang telah di tetapkan, maka suatu sampel bisa di katakan murni.
Metode MPN merupakan uji deretan tabung
yang menyuburkan pertumbuhan coliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga
jumlah coliform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka
indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah coliform
dalam sampel.
Pemeriksaan MPN coliform adalah
pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah terdekat bakteri
coli dan coliform dalam 100 ml sampel. Dalam melakukan pemeriksaan MPN coliform
complete test ada beberapa tahapan yang
harus dilalui :
1.
Uji Penduga (Presumptive test)
Pada tahap ini,
pemeriksaan dilakukan menggunakan media Lactose Broth (LB). Media ini digunakan
bukan tanpa alasan melainkan dengan tujuan dan fungsi khusus yaitu untuk
mendeteksi ada tidaknya bakteri coliform didalam sampel.
2.
Uji Penguat (Confirmed Test)
Pada tahap kedua, pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan media Brillian Green Lactose Broth (BGLB). Media ini
digunakan dengan maksud untuk media penyubur bagi bakteri coliform sekaligus
sebagai media selektif bagi bakteri selain bakteri coliform. Dengan komposisi
media yang mengandung laktossa dan garam empedu inilah yang dapat mengizinkan
dan mendorong bakteri-bakteri coliform untuk tumbuh secara optima.
3.
Uji Pelengkap (Completed Test)
Tahap
ini adalah tahap dimana dilakukan pembiakan sampel ke media seperti media Mac
conkey ataupun media selektif untuk bakteri jenis Gram negatif batang. Sampel dari
media BGLB yang menunjukan hasil positif diinokulasikan pada media Mac Conkey
untuk selanjutnya dilakukan identifikasi jenis spesies dari bakteri yang
terdapat didalam sampel dengan menggunakan media uji biokimia.
Output
metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth
unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel.
Namun, pada umumnya nilai MPN juda diartikan sebagai perkiraan jumlah individu
bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN
memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat
jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi.
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan
sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme
yang sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan
tabung positif (kadang-kadang tetapi tidak selalu). Semakin besar jumlah sampel
yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin sering
tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan
(semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif
yang muncul. Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan
tabung positif (kadang-kadang tetapi tidak selalu). Semua tabung positif yang
dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet
saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat
mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini
menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan.
II.
KAJIAN PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
1. Lactose broth
2. Tabung reaksi dan tabung durham
3. Sample uji
4. Pipet ukur
5. PDF
6. Erlenmeyer
B.
Cara Kerja
1. Buat suspensi sampel + PDF di dalam Erlenmeyer
2. Memasukkan 9 ml PDF ke dalam
masing-masing tabung reaksi (3 tabung pengenceran)
3. Memasukkan 1 ml
suspensi sampel ke dalam tabung pengenceran pertama (10-1).
4. Memindahkan 1 ml suspensi dari tabung
pengenceran pertama (10-1) ke dalam tabung pengenceran kedua (10-2),
kemudian menutup tabung reaksi dengan kapas.
5. Memindahkan 1 ml suspensi dari tabung
pengenceran kedua (10-2) ke dalam tabung pengenceran ketiga (10-3),
kemudian menutup tabung reaksi dengan kapas.
6. Memasukkan masing-masing 9 ml medium LB ke
dalam 9 tabung reaksi yang telah berisi tabung durham.
7. Lalu memasukkan tabung durham secara terbalik
ke dalam 9 tabung reaksi.
8. Memasukkan masing-masing 1 ml suspensi dari
tabung pengenceran pertama (10-1) ke dalam 3 tabung reaksi yang
telah berisi medium LB dan tabung durham, kemudian menutupnya dengan kapas.
9. Memasukkan masing-masing 1 ml suspensi dari
tabung pengenceran kedua (10-2) ke dalam 3 tabung reaksi yang telah
berisi medium LB dan tabung durham, kemudian menutupnya dengan kapas.
10. Memasukkan masing-masing 1 ml suspensi dari
tabung pengenceran ketiga (10-3) ke dalam 3 tabung reaksi yang telah
berisi medium LB dan tabung durham, kemudian menutupnya dengan kapas.
11. Memasukkan 9 tabung uji tersebut ke dalam
inkubator selama 24-48 jam pada suhu 37oC.
12. Amati dan hitung jumlah tabung positif yang
terdapat gelembung gas dan mengalami
perubahan warna.
13. Hitung MPN coliform dengan merujuk pada table
MPN coliform
III.
HASIL DAN PENGAMATAN PRAKTIKUM
v Kelompok 1
·
MPN coliform jamu serbuk
Sampel :
Jamu Pegel Linu
Diproduksi :
PT. Sido Muncul
No. Batch :
-
No. Registrasi :
POM TR 082 280 381
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
2
|
2
|
1
|
26
|
Syarat MPN Coliform
jamu < 3/g
Kesimpulan : Jamu Pegel Linu tidak memenuhi syarat MPN Coliform
·
MPN coliform makanan ringan
Sampel :
Potatos
Diproduksi : PT. Garuda Indonesia
No. Batch :
No. Registrasi : BPOM RI MD 2277110352036
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
0
|
0
|
1
|
3
|
Syarat MPN Coliform makanan
< 3/g
Kesimpulan : Potatos tidak memenuhi syarat MPN
Coliform
·
MPN coliform minuman ringan
Sampel :
Arinda
Diproduksi : PT. Sinar maju Indonesia
No. Batch :
-
No. Registrasi : BPOM RI MD 449610279022
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
0
|
0
|
0
|
< 3
|
Syarat MPN Coliform
minuman < 3/g
Kesimpulan : Arinda memenuhi syarat MPN Coliform
v Kelompok 2
·
MPN coliform jamu serbuk
Sampel :
Jamu Pegel Linu
Diproduksi :
PT. Sido Muncul
No. Batch :
13112504
No. Registrasi :
TR 082 380 341
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
0
|
0
|
0
|
<3
|
Syarat MPN Coliform
jamu < 3/g
Kesimpulan : Jamu Pegel Linu memenuhi syarat MPN Coliform
·
MPN coliform makanan ringan
Sampel :
Good Time
Diproduksi : PT. Mayora Indah Tbk
No. Batch :
0432JN1003302201
No. Registrasi : MD 227110305036
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
0
|
0
|
1
|
3
|
Syarat MPN Coliform
makanan < 3/g
Kesimpulan : Good Time tidak memenuhi syarat MPN Coliform
·
MPN coliform minuman ringan
Sampel :
Teh
Diproduksi : PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk
No. Batch :
4703101
No. Registrasi : BPOM RI MD 0449610301022
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
2
|
0
|
0
|
9
|
Syarat MPN Coliform
minuman < 3/g
Kesimpulan : Buavita
Grape tidak memenuhi syarat MPN Coliform
v Kelompok 3
·
MPN coliform jamu serbuk
Sampel :
Jamu Pegal Linu
Diproduksi :
PT. Jamu Jago
No. Batch :
No. Registrasi :
TR 072 271 541
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
1
|
1
|
0
|
7
|
Syarat MPN Coliform
jamu < 3/g
Kesimpulan : Jamu Pegal Linu tidak memenuhi syarat MPN Coliform
·
MPN coliform makanan ringan
Sampel :
Roma Biskuit Kelapa
Diproduksi : PT. Mayora Indah Tbk
No. Batch :
0120TO1003307511
No. Registrasi : MD 227110302036
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
0
|
1
|
0
|
3
|
Syarat MPN Coliform
makanan < 3/g
Kesimpulan : Roma
Biskuit Kelapa tidak memenuhi syarat MPN Coliform
·
MPN coliform minuman ringan
Sampel :
The Rio
Diproduksi : PT. Tirta Alam Segar
No. Batch :
-
No. Registrasi : MD 480013027499
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
1
|
0
|
1
|
7
|
Syarat MPN Coliform
minuman < 3/g
Kesimpulan : Teh Rio tidak memenuhi syarat MPN Coliform
v Kelompok 4
·
MPN coliform jamu serbuk
Sampel :
Jamu Ngeres Linu
Diproduksi :
PT. Nyonya Meneer
No. Batch :
No. Registrasi : Depkes RI No. TR 771215181
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
3
|
3
|
0
|
240
|
Syarat MPN Coliform
jamu < 3/g
Kesimpulan : Jamu Ngeres Linu tidak memenuhi syarat MPN Coliform
·
MPN coliform makanan ringan
Sample : Biskuat Energi
Diproduksi : PT Mondelez Indonesia
No. Batch :
No.
Reg : BPOM RI MD 23510063288
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
0
|
0
|
1
|
3
|
Syarat MPN Coliform
makanan < 3/g
Kesimpulan : Biskuat Energi tidak memenuhi syarat MPN Coliform
·
MPN coliform minuman ringan
Sample : Teh Gelas
Diproduksi :
PT CS2 Pola Sehat
No. Batch :
No. Reg : BPOM RI MD 268331001041
Tabung gas positif
10-1
|
10-2
|
10-3
|
MPN Coliform
|
0
|
0
|
0
|
< 3
|
Syarat MPN Coliform
minuman < 3/g
Kesimpulan : Teh Gelas
memenuhi syarat MPN Coliform
IV. PEMBAHASAN
Metode MPN biasanya biasanya
dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair,
meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih
dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Waktu, mutu sampel, biaya,
tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif
koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri
(metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap
sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu
indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel. Pada
metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama
10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian dari hasil
perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN.
Untuk metode MPN (most
probable number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi,
perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang
mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau
terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Fungsi dari tabung durham
sendiri sebagai media untuk menampung gas akibat metabolisme bakteri. Dan
penyebab lain dari terbentuknya gas dalam tabung, diakibatkan karena
kontaminasi dari udara ketika proses isolasi dalam inkubator. Medium LB
digunakan karena medium ini berfungsi sebagai media untuk mendeteksi kehadiran Coliform
dalam air dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya.
Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme
bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi
untuk organism Coliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah
presumptive test untuk Coliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3%
ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.
Gelembung udara yang
dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas dari respirasi
mikroorganisme, sehingga dapat dilihat hasil dari respirasi mikroorganisme
tersebut berupa gelembung gas. Sedangkan kekeruhan yang terdapat pada tabung
reaksi disebabkan karena adanya aktivitas dari suatu mikroorganisme. Kekeruhan
yang terjadi pada tabung-tabung reaksi tersebut berbeda, ada yang mengalami
kekeruhan pada bagian permukaannya saja dan juga ada yang mengalami
kekeruhan merata pada seluruh media dan sampel. Kekeruhan yang terjadi merata
pada media disebabkan karena adanya mikroorganisme anaerob fakultatif, yaitu
mikroorganisme yang mampu hidup ataupun tumbuh dengan atau tanpa adanya
oksigen. Kekeruhan yang terjadi pada permukaannya saja disebabkan karena adanya
mikroorganisme aerob.
V.
KESIMPULAN
Dari
hasil pengamatan dan penjelasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pengenceran dalam metode MPN merupakan faktor
penting agar mendapatkan konsentrasi mikroorganisme yang sesuai dan
menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif.
2. Pada metode MPN Coliform tersebut digunakan
medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi.
3. Gelembung udara dan kekeruhan yang terjadi pada
tabung durham dan tabung reaksi mengindikasikan adanya aktivitas
mikroorganisme.
4.
Pada
sampel jamu, makanan dan minuman yang sudah diuji ada yang memenuhi syarat MPN
Coiform, dan ada pula yang tidak.
TABEL MPN COLIFORM
JUMLAH GAS TABUNG POSITIF
|
MPN per GRAM/ml
|
BATAS KEYAKINAN 95%
|
|||
1 : 10
|
1 : 100
|
1 : 1000
|
Min
|
Max
|
|
0
|
0
|
0
|
<
3
|
||
0
|
0
|
1
|
3
|
<
0.5
|
5
|
0
|
1
|
0
|
3
|
<
0.5
|
9
|
1
|
0
|
0
|
4
|
<
0.5
|
20
|
1
|
0
|
1
|
7
|
1
|
21
|
1
|
1
|
0
|
7
|
1
|
23
|
1
|
1
|
1
|
11
|
3
|
36
|
1
|
2
|
0
|
11
|
3
|
36
|
2
|
0
|
0
|
9
|
1
|
36
|
2
|
0
|
1
|
14
|
3
|
37
|
2
|
1
|
0
|
15
|
3
|
44
|
2
|
1
|
1
|
20
|
7
|
89
|
2
|
2
|
0
|
21
|
4
|
47
|
2
|
2
|
1
|
28
|
10
|
150
|
3
|
0
|
0
|
9
|
1
|
36
|
3
|
0
|
1
|
14
|
3
|
37
|
3
|
0
|
2
|
15
|
3
|
44
|
3
|
1
|
0
|
20
|
7
|
89
|
3
|
1
|
0
|
21
|
4
|
47
|
3
|
1
|
2
|
28
|
10
|
150
|
3
|
2
|
0
|
93
|
15
|
380
|
3
|
2
|
1
|
150
|
30
|
440
|
3
|
2
|
2
|
210
|
35
|
470
|
3
|
3
|
0
|
240
|
36
|
1300
|
3
|
3
|
1
|
460
|
74
|
2400
|
3
|
3
|
2
|
1100
|
150
|
4800
|
3
|
3
|
3
|
2400
|
PRAKTIKUM
III
FLORA
NORMAL UDARA, KULIT, DAN MULUT
Mikroorganisme dapat
ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan. Habitat alam
mikroorganisme antara lain tanah, air, udara, makanan(susu).
Mikroorganisme yang
terdapat pada tubuh manusia tak dapat digolongkan dengan tegas apakah ia
termasuk suatu spesies yang patogen bagi manusia tersebut. Flora dalam tubuh
manusia dapat menetap (resident) atau selewat (transient). Flora normal yang
menetap tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin
menguntungkan bila ia berada di lokasi yang semestinya dan tanpa adanya keadaan
abnormal. Mereka dapat menyebabkan penyakit bila karena keadaan tertentu berada
di tempat yang tak semestinya atau bila ada faktor predisposisi.
Flora
Normal Udara
Berbagai mikroorganisme
dapat ditemukan dalam udara karena udara merupakan habitat flora normal.
Walaupun mikroorganisme sering ditemukan di udara, mereka tidak berkembang biak
disana. Udara luar jarang mengandung bakteri patogen, mungkin karena efek
pengeringan, ozon, dan radiasi ultraviolet.
Udara dalam ruangan
mungkin mengandung bakteri dan virus patogen yang berasal dari kulit, tangan,
pakaian, dan terutama dari saluran napas atas manusia.
Tujuan
Praktikum
1.
Mengetahui flora
normal udara
2.
Melakukan
pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi keberadaan flora normal udara
Alat
dan Bahan
1.
agar NA
2.
inkubator
3.
NaCl 0.9%
Cara
Kerja
1.
buka tutup lempeng
agar (1), letakkan pada meja praktikum, biarkan terbuka selama 5-10 menit
2.
buka tutup lempeng
agar (2), letakkan di luar ruangan praktikum, biarkan terbuka 5-10 menit
3.
tutup kembali
masing-masing lempeng agar, inkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu 35o
4.
amati jumlah
koloni yang ada
Hasil
Pengamatan
Udara
Luar Ruangan
|
Udara
Dalam Ruangan
|
|
Jumlah
Koloni
|
10
|
25
|
Flora Normal Kulit
Bakteri yang paling
sering ditemukan di kulit adalah Staphylococcus
epidermidis, micrococcus, Streptococcus alpha dan nonhemolyticus, difteroid aerob dan
anaerob dan Sarcinae. Staphylococcus aureus hanya menetap di
hidung dan dalam jumlah yang kecil.
Mencuci tangan dapat
mengurangi jumlah kuman sampai 90% dan jumlah semula akan kembali dalam 8 jam.
Tujuan
Praktikum
1.
Mengetahui flora
normal kulit
2.
Melakukan
pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi keberadaan flora normal kulit
Cara
kerja
1.
buka tutup lempeng
agar(1), letakkan 3 jari pada lempeng agar, tutup kembali
2.
cuci tangan dengan
sabun, keringkan dengan kasa steril,buka tutup lempeng agar(2), letakkan 3 jari
pada lempeng agar, tutup kembali
3.
inkubasi terbalik
selama 24 jam pada suhu 35oC
4.
amati jumlah
koloni
Hasil
Pengamatan
Flora
normal kulit sebelum cuci tangan
|
Flora
normal kulit sesudah cuci tangan
|
|
Jumlah
Koloni
|
»
|
83
|
Flora Normal Rongga Mulut
Beberapa bakteri yang
terdapat pada mulut adalah Staphylococcus
epidermidis, Staphylococcus aureus,
beberapa mikrokokus berpigmen, dan Staphylococcus
yang bersifat anaerob ditemukan di permukaan gigi dan saliva, Streptococcus viridians, Enterococcus, Neisseria berpigmen, dll.
Mikroorganisme yang
banyak terdapat pada saluran napas terutama faring adalah Streptococcus alfa dan nonhemolyticus,
difteroid, Haemophilus, Mycoplasma, Pneumococcus, dan Bacteroides.
Tujuan
Praktikum
1.
Mengetahui flora
normal rongga mulut
2.
Melakukan
pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi keberadaan flora normal rongga mulut
Cara
kerja
1.
buka tutup lempeng
agar
2.
batuk ±
1 kali
3.
tutup kembali
lempeng agar, inkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu 35oC
4.
amati jumlah
koloni
Hasil
Pengamatan
Jumlah koloni : 138
Flora Normal Kuku dan Rambut
Tujuan
Praktikum
1.
Mengetahui flora
normal kuku dan rambut
2.
Melakukan
pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi keberadaan flora normal pada kuku dan
rambut
Cara
Kerja
1.
siapkan potongan
kuku dan helai rambut
2.
buka tutup lempeng
agar, lempeng agar dibagi menjadi dua bagian
3.
letakkan potongan
kuku pada bagian 1 dari lempeng agar, letakkan helai rambut pada bagian 2
lempeng agar
4.
tutup kembali
lempeng agar, inkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu 35oC
5.
amati jumlah
koloni
Hasil
Pengamatan
Flora
normal kuku
|
Flora
normal rambut
|
|
Jumlah
Koloni
|
3
|
14
|
KEPEKAAN
BAKTERI TERHADAP SUHU DAN DESINFEKTAN
Pertumbuhan mikroba
sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu, kelembaban dan pengaruh lain.
Kepekaan kuman terhadap zat kimia tertentu dapat dipakai untuk menghindari
kontaminasi pada alat ataupun bahan.
Tujuan
Praktikum
1.
Memahami pengaruh
pemanasan terhadap pertumbuhan kuman
2.
Memahami pengaruh
proses sterilisasi terhadap pertumbuhan kuman
Alat
dan Bahan
1.
biakan kuman
2.
lempeng NA
3.
kapas usap steril
4.
uang logam
5.
ose
6.
spiritus (untuk
pembakaran)
Cara
Kerja I
1.
ambil satu buah
uang logam tempelkan pada permukaan lempeng agar
2.
ambil satu buah
uang logam lain, bakar hingga memijar dan tempelkan pada permukaan lempeng agar
lain
3.
inkubasi selama 24
jam pada suhu 37oC
4.
amati jumlah
koloni
Cara
Kerja II
1.
lempeng agar
dibagi menjadi dua bagian
2.
buka tutup lempeng
agar
3.
goreskan ose yang
telah terdapat satu sengkelit biakan bakteri pada salah satu bagian lempeng
agar
4.
bakar ose hingga
memijar, goreskan pada bagian lain lempeng agar
5.
tutup kembali
lempeng agar, inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC
6.
amati jumlah
koloni
Hasil
Pengamatan
Uang
logam tidak dipijar
|
Uang
logam dipijar
|
Ose
tidak dibakar
|
Ose
dibakar
|
|
Jml
Koloni
|
-
|
-
|
4
|
-
|
PRAKTIKUM
IV
KEPEKAAN
KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. (Obat-Obat Penting, edisi keenam: 65).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya
ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin).
Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh
dr.Florey (Oxford). Berdasarkan pembuatannya antibiotic terbagi menjadi 2
yaitu ;
·
Antibiotik semisintetis
Apabila pada persemaian (culture substrate) dibubuhi
zat-zat pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasi ke dalam antibiotikum
dasarnya. Hasilnya disebut senyawa
semisintetis, misalnya penisilin-v.
·
Antibiotik sintetis
Tidak lagi dibuat secara biosintetis, melainkan
seluruhnya melalui sintesa kimiawi,
misalnya kloramfenikol.
Antibiotika sering digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit infeksi bakterial. Antibiotika dapat bersifat bakteriostatik dan juga
bakterisid. Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotika guna
penanggulangan penyakit infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan
kepekaan (tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena
lambat laun telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotika.
Resistensi merupakan zona hambat antibiotik yang
terjadi terhadap bakteri, sedangkan sensitifitas merupakan zona hambat yang
tidak terjadi pada antibiotik terhadap bakteri.
Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :
1. Sifat
resisten kuman tersebut terhadap antibiotik yang diberikan.
2. Akibat
pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.
3. Akibat
penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.
Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini
adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman
penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk
mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.
Pemeriksaan kepekaan
kuman terhadap antibiotika dilakukan dengan :
a)
Cara
Cakram (Disc Method)
Menggunakan
cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar
tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan
diperiksa, kemudian di inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan
pertumbuhan kuman disekeliling cakram antibiotika, maka kuman yang diperiksa
sensitif terhadap antibiotika tersebut, Cara ini disebut juga cara difusi agar,
yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.
b)
Cara
Tabung (Tube Dilution Method)
Membuat
penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair.
Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan
jumlah tertentu dan kemudian di inkubasi. Dengan cara ini akan diketahui
konsentrasi terendah antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).
c)
Cara
penipisan seri agar lempeng.
Pada
umumnya cara ini hampir sama dengan cara tabung atau penipisan kaldu pepton,
perbedaannya terletak pada media yang digunakan yaitu pada cara ini menggunakan
media padat. Kelemahan cara ini adalah tidak dapat di gunakan untuk semua jenis
bakteri. Untuk beberapa bakteri tertentu seperti bakteri yang membentuk koloni
yang sangat halus dalam media agar kaldu pepton (contoh:Streptococcus) atau bakteri yang akan menyebar pertumbuhannya dalam
media padat (contoh : Proteus)cara
ini tidak dapat digunakan.
Pada
umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode
Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme
oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk)
yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Bahan dan alat yang diperlukan untuk
melakukan metode ini yaitu :
1.
Kapas usap steril
2.
Suspensi kuman
3.
MHA
4.
Cakram antibiotic
5.
Pinset
Cara kerja :
1.
Buat suspensi antibiotika dengan kadar tertentu
2.
Buat suspensi bakteri dengan kekeruhan McFarland 0,5.
3.
Celupkan kapas steril kedalam suspensi bakteri, usapkan
kapas pada lempeng Muller Hinton Agar hingga merata. Biarkan suspensi mongering
4-5 menit.
4.
Letakkan cakram steril pada lempeng agar, teteskan pada
cakram steril larutan antibiotika sebanyak 20 µl.
5.
Inkubasi pada suhu 35oC selama 18-24 jam
6.
Perhatikan ada tidaknya zona hambat yang terbentuk disekitar
cakram.
Hasil Pengamatan
Amoxcilin
|
Cholarampenikol
|
Tetrasiklin
|
||||
Staphylococcus
aureus
|
6
cm
|
6
cm
|
4,5
cm
|
5,5
cm
|
5,5
cm
|
5
cm
|
Escherichia
coli
|
3
cm
|
3,3
cm
|
3,9
cm
|
4
cm
|
4
cm
|
3,4
cm
|
PRAKTIKUM
V
Pembiakan
Bakteri
I.
TEORI DASAR
Mikroorganisme
sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, ada beberapa diantaranya
bermanfaat dan ada pula yang merugikan. Mikroorganisme terdapat dimana-mana di
dalam lingkungan kita, mereka ada pada tubuh kita, di dalam tubuh kita dan
disekeliling kita, contohnya pada air.
Populasi
mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini sangatlah besar dan cukup
kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka
terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai contoh, sekali kita bersin
dapat menebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Alam di sekitar kita, baik itu
tanah, air, maupun udara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme. Penelitian
yang layak mengenai mikroorganismedalam berbagai habitat ini memerlukan teknik
untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan
istilah biakan campuran, menjadi spesies yang berbeda-beda yang dikenal dengan
istilah biakan murni. Biakan murni ini terdiri dari satu populasi sel yang
semuanya berasal dari satu sel induk.
Di
alam, populasi mikroba merupakan populasi campuran dari berbagai mikroorganisme
atau yang disebut juga biakan campuran. Teknik biakan murni digunakan untuk
memisahkan berbagai macam bakteri tersebut. Untuk dapat memperoleh biakan murni
digunakan beberapa teknik biakan yaitu metode agar tuang, metode sebar dan
metode goresan.
Dalam
keadaan sebernarnya (di alam bebas) boleh dikatakan tidak ada bakteri yang
hidup tersendiri dan terlepas dari spesies lainnya. Kerap kali bakteri patogen
kedapatan bersama-sama bakteri yang ada. Yang terakhir ini boleh disebut
penyerbu yang membonceng (secondary
invaders). Mungkin juga bakteri patogen yang membonceng. Untuk menentukan
siapa yang membonceng dan siapa yang dibonceng diberikan pedoman, siapa yang
kedapatan disitu lebih dulu, dan siapa yang datang terkemudian.
Oleh
karena itu percobaan pembuatan biakan murni dilakukan guna menambah
keterampilan dan pengetahuan mengenai cara pembuatan biakan murni. Untuk
memudahkan pemeriksaan perlulah diadakan pemijaran, sehingga sewaktu diperlukan
bakteri selaluu tersedia.
TUJUAN
·
Untuk mendapatkan biakan kuman yang baru.
·
Untuk mengetahui cara pembiakan kuman.
·
Mampu meremajakan kembali biakan bakteri
ALAT DAN BAHAN
·
5 buah Agar miring NA
·
Kawat Ose
·
Bursen
·
Label
·
Biakan bakteri :
1. Staphyllococus aureus
2. Escherichia coli
3. Bacillus subtilis
4. Bacillus violens
5. Serratia marcecens
Cara
Kerja :
·
Ambil 5 tabung reaksi yg berisi agar miring.
·
Siapkan biakan bakteri yg sudah tersedia pada agar miring.
·
Beri nama dengan menggunakan label.
·
Siapkan kawat ose, sterilisasi dengan cara
dibakar ujungnya.
·
Ambil biakan bakteri.
·
Pijarkan ujung tabung biakan agar tidak ada bakteri yang
tertinggal.
·
Pindahkan kedalam media agar miring secara zig-zag.
·
Pijarkan ujung tabung agar miring , kemudian tutup
dengan kapas
KESIMPULAN
Membiakan suatu bakteri dapat dilakukan dengan agar miring .
Dan biasanya hasil biakan mikroba berbeda-beda ada yang berwarna dan ada yang tidak tergantung pada biakan mikroba yang digunakan.
Membiakan suatu bakteri dapat dilakukan dengan agar miring .
Dan biasanya hasil biakan mikroba berbeda-beda ada yang berwarna dan ada yang tidak tergantung pada biakan mikroba yang digunakan.
PEWARNAAN GRAM
I. TEORI DASAR
Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan
air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk
melihat dan mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,
sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel
bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan
sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena
tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan
membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat
ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti
spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat
(Entjang, 2003) Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,
kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel
bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram ini bertujuan untuk
melihat bakteri bersifat gram positif atau negatif dan bentuknya. Pewarnaan
Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna
penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini
berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan
struktur dinding sel mereka. Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu
:
·
Zat warna utama (violet kristal).
·
Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan
untuk mengintensifkan warna utama.
·
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu
solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
·
Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah
perlakuan denga alcohol.
a. Bakteri Gram Negatif Bakteri
gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu
gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak.
Ciri-ciri bakteri gram negatif
yaitu:
1.
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm,
berlapis tiga atau multilayer.
2.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),
peptidoglikan terdapat didalam.
3.
Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ±
10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat
4.
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
5.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna
dasar misalnya kristal violet.
6.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
7.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
8.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat.
9.
Peka terhadap streptomisin.
10. Toksin yang
dibentuk Endotoksin
b. Bakteri Gram Positif Bakteri
gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu
proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan
klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan
struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)
Ciri-ciri bakteri gram positif
yaitu:
1. Struktur dinding
selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
2. Dinding selnya
mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai
lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung
asam tekoat.
3. Bersifat lebih
rentan terhadap penisilin.
4. Pertumbuhan dihambat
secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5. Komposisi nutrisi
yang dibutuhkan lebih rumit.
6. Lebih resisten
terhadap gangguan fisik.
7. Resistensi terhadap
alkali (1% KOH) larut
8. Tidak peka terhadap
streptomisin
9. Toksin yang dibentuk Eksotoksin
Endotoksin
Bakteri gram negatif memiliki 3
lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan
tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna
merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan
yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel
menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan
warna biru (Fitria, 2009). Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah
jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan
tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
II. TUJUAN
Untuk membedakan bakteri menjadi dua golongan yaitu
bakteri gram positif dan bakteri gram negative.
III. ALAT DAN BAHAN
·
Aqua dest
·
Carbol kristal ungu
·
Fuchsin
·
Lugol
·
Alkohol 95%
·
Kaca objek
·
Cover glass
·
Mikroskop
·
Immersion oil
• Biakan kuman : Staphyllococus aureus, Escherichia coli, Bacillus subtilis, Bacillus violens, Serratia marcecens.
•
IV. CARA KERJA
•
Ambil satu sengkelit
biakan kuman, letakkan pada kaca objek, suspensi dengan air kemudian difiksasi
•
tambahkan pewarna I
kristal ungu biarkan selama lima menit, cuci dengan air
•
tambahkan cairan lugol
biarkan 45-60 detik cuci dengan air
•
bilas dengan alcohol 95%
sampai warna ungu tidak mengalir, cuci dengan air
•
Tambahkan pewarna II
fuchsin, diamkan 1-2 menit. Cuci denagn air, keringkan
•
tambahkan minyak
imersi, tutup dengan cover glass, periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran
40x dan 100x objektif.
V. Hasil Pengamatan :
|
Setelah Pewarnaan , jika bakteri berwarna merah maka
bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif (-),dan jika berwarna ungu maka
bakteri gram positif (+).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa :
ü Mikroorganisme
merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil.
ü Mikroorganisme
memiliki banyak peranan dalam kehidupan, baik peranan yang menguntungkan maupun
peranan yang merugikan.
ü Banyak
sample jamu, makanan dan minuman yang kita lakukan terlihat di mikroskop
berbentuk basil dan berwarna ungu termasuk bakter gram positive
ü Sedangkan yg
berbentuk cocobasil dan berwarna merah termasuk bakteri gram negative
ü pengerjaan
mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan
yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemar
SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan antara lain :
- Perlu perhatian yang lebih lagi dalam menjaga kebersihan, mengingat begitu sentral dan akibat apabila makanan tersebut terdapat banyak mikroba yang dapat menyebabkan efek infeksi dan keracunan makanan dalam tubuh kita. jangan dibiarkan berada pada suhu kamar yang akanme mungkinkan mikroorganisme yang mengontaminasi berkembangbiak.
- Perlunya penelitian-penelitian lebih lanjut tentang kehidupan mikroorganisme yang bermanfaat dalam bidang menfermentasikan makanan, minuman dan jamu.
3. Cara pembuatan media pertumbuhan
mikroba agar tidak terjadi kontaminasi. Sebaiknya para praktikan memakai masker
untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Buku Pedoman
Praktikum Mikrobiologi. 2010. Buku Pedoman Praktikum Mikrobiologi. Jakarta
Tim Penyusun Serial Buku
Ajar Farmasi. 2006. Mikrobiologi.
Jakarta
Link Download File dibawah ini