Senin, 19 November 2018

Cream Cinolon-N ( Laporan, Etiket, Dus, Brosur )


Laporan Praktikum
Sediaan Semi Solid dan Liquid
Cinolon N Cream
poltek.png

Praktikum ke : 1
Kelompok B 14
Rayana Jakasurya
NIM : P2.31.39.0.14.0
Risna Tridayanti
NIM : P2.31.39.0.14.0
Rizka Pratiwi
NIM :P2.31.39.0.14.0

Dosen Pengawas :
Dra. Yetri Elisya, M.Farm., Apt


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II
Jurusan Farmasi


DAFTAR ISI

Kata Pengantar            .           .           .           .           .           .           .           .           .           i
Daftar Isi         .           .           .           .           .           .           .           .           .           .           ii
BAB I             .           .           .           .           .           .           .           .           .           .           1
            Tujuan .           .           .           .           .           .           .           .           .           .           1
            Latar Belakang            .           .           .           .           .           .           .           .           1
            Preformulasi dan Permasalahan Farmasetik   .           .           .           .           .           4
            Metoda            .           .           .           .           .           .           .           .           .           9
                        Formula           .           .           .           .           .           .           .           .           9
                        Penimbangan   .           .           .           .           .           .           .           .           9
                        Alat dan Bahan           .           .           .           .           .           .           .           10
                        Prosedur Pembuatan   .           .           .           .           .           .           .           11
                        Evaluasi           .           .           .           .           .           .           .           .           12
BAB II            .           .           .           .           .           .           .           .           .           .           14
            Pembahasan    .           .           .           .           .           .           .           .           .           14
BAB III          .           .           .           .           .           .           .           .           .           .           16
            Kesimpulan     .           .           .           .           .           .           .           .           .           16
            Daftar Pustaka.           .           .           .           .           .           .           .           .           17
            Etiket, Dus, dan Brosur           .           .           .           .           .           .           .           18

 


BAB I

I.        TUJUAN
Mahasiswa mampu membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan krim sebagai obat dengan formula zat aktif.
II.     LATAR BELAKANG
A.  Teori
Krim (menurut Farmakope Indonesia Ed.IV) adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Krim (menurut Farmakope Indonesia Ed.III) adalah sediaan setengah padat, berisi emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim (menurut Formularium Nasional edisi kedua) adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Ada dua tipe krim, krim tipe minyak-air (M/A) dan krim tipe air-minyak (A/M). Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem campurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Agar lebih stabil di samping zat pengawet, ditambahkan zat antioksidan. Dianjurkan peracikannya secara aseptik. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 bulan.
Semua alat yang digunakan untuk pembuatan krim harus bersih dan sebelum digunakan harus direbus dalam air dan kemudian didinginkan dan dikeingkan. Jika krim diwadahkan dalam tube alumunium, tidak boleh digunakan zat pengawet senyawa raksa organik. Tube yang mudah berkarat bagian tube sebelah dalam harus terlebih dahulu dilapisi dengan larutan damar dalam pelarut yang mudah menguap.
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis zat dan sift krim yang dikehendaki. Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setaseum, setilalkohol, sterilalkohol, trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglikol, sabun. Untuk krim tipe M/A biasanya menggunakan sabun monovalen seperti triethanolaminum stearat, natrium stearat, kalium stearat, ammonium stearat. Untuk krim tipe A/M biasanya menggunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, cera. Untuk penstabilan krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang umumnya digunakan metil paraben (nipagin) 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup baik atau tube, ditempat yang sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera : “Obat Luar”.
Kelebihan dan kekurangan sediaan krim
Kelebihan:
1.      Mudah menyebar rata
2.      Praktis
3.      Mudah dibersihkan atau dicuci
4.      Cara kerja berlangsung pada jarungan setempat
5.      Tidak lengket terutama tipe m/a
6.      Digunakan sebagai kosmetik
7.      Memberikan rasa dingin (cold cream) beurpa tipe a/m
8.      Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diasorbsi tidak cukup beracun
Kekurangan:
1.         Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
2.         Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
3.         Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.



B.  Prinsip
Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.

C.  Zat aktif
1.      Penggunaan
      Penggunaan untuk pengobatan dermatitis yang terinfeksi. Dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Bentuk gangguan ini biasanya melibatkan ruam gatal pada bengkak, kulit memerah. Kulit yang terkena dermatitis bisa lecet, cairan, mengembangkan kerak atau mengelupas. Contoh dermatitis termasuk dermatitis atopik (eksim), ketombe, dan gatal-gatal yang disebabkan oleh kontak dengan poison ivy atau logam tertentu. Dermatitis adalah kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular.
2.      Farmakologi
      Cinolon-N adalah kombinasi dari Flusinolon Asetonid, suatu glukortikoid sintetik dengan Neomisin Sulfat suatu antibiotika yang bekerja secara lokal. Flusinolon Asetonid efektif terutama karena daya antiinflamasi, anti-pruritus dan vasakonstriksinya. Neomisin Sulfat sebagai antibiotika berspektrum luas umum digunakan untuk pemakaian luar pada berbagai macam infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif. Cinolon-N efektif untuk pemakaian luar pada infeksi kulit dan mukosa yang menimbulkan infeksi.
3.      Dosis
      Oleskan sedikit krim pada kulit yang terinfeksi 2-4 kali sehari, atau menurut petunjuk dokter. Bila diperlukam pembalutan tertutup, oleskan hati-hati sedikit krim pada bagiann kulit yang terinfeksi sampai membentuk lapisan tipis, tutup dengan plastik yang sesuai. Jika dibutuhkan kelembaban tambahkan, sebelum plastik tutup dengan kulit yang terinfeksi dengan kain basa bersih / verban yang lembap.



III.      PREFORMULASI DAN PERMASALAHAN FARMASETIK
A.  Preformulasi zat aktif
1.      Fluocinoloni Acetonidum

Keterangan
Sumber
Nama Lain
Fluosinolon Asetonida
             




FI IV Hal.384

Bobot Molekul
452,50
488,53 (dihidrat)
Pemerian
Serbuk hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau, stabil. Meleleh pada suhu 270˚ dengan perubahan komposisi.
Kelarutan
Tidak larut dalam air, larut dalam metanol, sukar larut dalam eter dan dalam kloroform.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan
Antiinflamasi

2.      Neomycini Sulfas

Keterangan
Sumber
Nama Lain
Neomisina Sulfat







FI III Hal. 429

Pemerian
Serbuk, putih / putih kekuningan, hampir tidak berbau, higroskopik
Kelarutan
Mudah larut dalam 3 bagian air, dalam 1 bagian air larut perlahan-lahan, sangat sukar larut dalam etanol 95%, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam aseton P
Ph
Keasaman-kebasaan pH larutan 3,3% b/v 5,0 sampai 7,5
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak lebih dari 30˚
Khasiat
Antibiotikum
3.      Acidum Stearicum

Keterangan
Sumber
Nama Lain
Asam Stearat





FI III Hal.57


Pemerian
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol 95% P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P
Suhu Lebur
Tidak kurang dari 54˚
Suhu Pemijaran
Tidak lebih dari 0.1%, pengeringan dilakukan menggunakan 4g.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan
Zat tambahan

4.      Triethanolaminum

Keterangan
Sumber
Struktur Kimia
Nama Lain
Trietanolamina, TEA





FI III Hal. 612






Pemerian
Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan
Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P
Bobot Jenis
1,120 sampai 1,128
Suhu Pemijaran
Tidak lebih dari 0,05%
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Khasiat dan penggunaan
Zat Tambahan
5.      Glycerolum

Keterangan
Sumber
Struktur Kimia
http://id.wikipedia.org/wiki/Gliserol
Nama Lain
Gliserol, Gliserin







FI III Hal. 271
Bobot Molekul
92,10
Pemerian
Cairan seperti sirop, jernih, tidak berawarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20˚
Kelarutan
Dapat campur dengan air, dan dengan etanol 95% P. Praktis tidak larut dalam kloroform P. Dalam eter P dan dalam minyak lemak.
pH
Keasaman-kebasaan larutan 10% b/v bereaksi netral terhadap larutan lakmus P
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan
Zat tambahan

6.      Natrii Tetraboras

Keterangan
Sumber
Nama Lain
Natrium Tetraborat , boraks


FI III Hal. 427






FI III Hal. 427



Bobot Molekul
381,37
Pemerian
Hablur transparan tidak berwarna ataus erbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Dalam udara kering merapuh
Kelarutan
Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P, praktis tidak larut dalam etanol 95% P.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan
Antiseptikum ekstern

7.      Aqua Destillata

Keterangan
Sumber
Nama Lain
Air Suling


FI III Hal. 96
Bobot Molekul
18,02
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan
Pelarut

8.      Methylis Parabenum

Keterangan
Sumber
Struktur Kimia
Nama Lain
Metil Paraben, Nipagin M



FI III Hal. 378







FI III Hal. 378
Bobot Molekul
152,15
Pemerian
Sebuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan
Larutan dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
Suhu Lebur
125˚ sampai 128˚
pH
Keasaman-kebasaan larutkan 200mg dalam 250ml air bebas karbondioksida P panas, dinginkan, netralkan dengan natrium hidroksid 0,1 N menggunakan indikator larutan merah metil P, diperlukan tidak lebih dari 0,1 ml.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan
Zat tambahan, zat pengawet


B.  Permasalahan Farmasetik
·           Pada sediaan krim yang terbagi menjadi 2 tipe, yaitu minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M), sehingga sediaan sulit untuk menyatu.
·           Pada sediaan krim mudah untuk terjadi penjamuran.
·           Neomisin sulfat sebagai antibiotika berspektrum luas dan juga mudah bereaksi dengan logam
C.  Penyelesaian Masalah
·           Sediaan krim ditambahkan pengemulsi untuk melarutkannya yaitu berupa triaethanolaminum.
·           Bila dalam resep krim diencerkan (dilarutkan) dalam air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah krim tidak menjadi busuk maka ditambahkan nipagin sebagai pengawet.
·           Krim yang mengandung neomisin sulfat harus dilapisi dengan plastik ketika dimasukkan ke dalam tube agar tidak bereaksi dengan logam.

IV.       METODA
A.  Formula
·      Cinolon-N (ISO Vol 49 hal 353)
R/ Flusinolon asetonid..........................0,25 mg/g
         Neomisin Sulfat...............................5 mg/g
·      Basis Vanishing Cream (FMS Hal.110)
R/ Acid stearin                                         142
     Glycerin                                              100
     Natr. Biborat                                       2,5
Triaethanolamin                                  10
     Aqua Dest.                                          750
     Nipagin                                               qs
     Mf. Cream
     S.U.E 

B.  Perhitungan dan Penimbangan
·      Perhitungan (Cinolon-N 10 tube X 10 g = 100 g)
1.      Fluosinolon Asetonid            : 0,25mg          X 100g            = 25 mg
2.      Neomisin Sulfat                     : 5mg               X 100g            = 500 mg
3.      Nipagin                                  :                  X 125g            = 0,18 g
Basis Cream                           : 100g – (0,025g+0,5g+0,18g) = 99,3 g
                                               99,3g ≈ 100g + 25% = 125 g
4.      Acid. Stearin                          :              X 125g            = 17,67 g
5.      Glycerin                                 :             X 125g            = 12,4 g
6.      Na. Biborat                            :              X 125g            = 0,31g
7.      Triaethanolamin                     :              X 125g            = 1,24 g
8.      Aq. Dest                                 :              X 125g            = 93,3 g

·      Perhitungan pengenceran Fluosinolon Asetonid
Fluosinolon Asetonid                  : 50 mg
Basis cream                                  : 950 mg
Hasil pengenceran                        :  X 1000 mg            = 500 mg
Sisa pengenceran                         : 1000 mg – 500 mg    = 500 mg
·      Penimbangan
1.      Fluosinolon Asetonid             : 0,05 g
2.      Neomisin Sulfat                     : 0,5 g
3.      Nipagin                                  : 0,18 g
4.      Acid. Stearin                          : 17,67 g
5.      Glycerin                                 : 12,4 g
6.      Natr. Biborat                          : 0,31 g
7.      Triethanolamin                       :1,24 g
8.      Aq. Dest                                 : 93,3 g

C.  Alat dan Bahan
·      Alat
1.      Lumpang                                                           8. Serbet
2.      Alu                                                                     9. Cawan penguap
3.      Sudip                                                                 10. Alat timbangan
4.      Sendok tanduk                                                  11. Water bath
5.      Kertas perkamen                                                12. Beaker Glass
6.      Pot plastik
7.      Tube
·      Bahan
1.        Fluosinolon Asetonid
2.        Neomisin Sulfate
3.        Nipagin
4.        Acid stearin
5.        Glycerin
6.        Natr. Biborat
7.        Triaethanolamin
8.        Aq. Dest

D.  Prosedur Pembuatan
1.      Siapkan alat dan bahan, bersihkan alat
2.      Timbang bahan
3.      Lebur glyserin + acid stearin dalam water bath
4.      Panaskan lumpang dan alu, setelah panas masukkan triaethanolamin + nipagin + na. biborat + air panas kemudian gerus sampai larut dan homogen + hasil leburan sedikit demi sedikit. Gerus sampai dingin dan membentuk basis cream.
5.      Timbang basis sebanyak 950mg untuk pengenceran fluisinolon asetonid. Kemudian lakukan pengenceran.
6.      Timbang basis sebanyak 99g + hasil pengenceran fluisinolon asetonid + neomisin sulfate, aduk sampai homogen.
7.      Masukkan dalam masing-masing tube.


E.   Evaluasi
No.
Pengujian
Keterangan


1.

Pengamatan organoleptis
Evaluasi organoleptis dilakukan dengan menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, dan konsistensi.
Hasil pengamatan
Bentuk         : semi solid
Warna         : putih
Bau             : bau khas vanishing cream
(Terlampir I)




2.





Uji Stabilitas Fisik
Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995). Pengujian dilakukan dalam suhu kamar, suhu dingin, dan suhu panas.

Hasil Pengamatan
Suhu sejuk      : stabil
Suhu kamar  : stabil
Suhu panas   : stabil
(Terlampir II)



3.


Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sample (sebagian) krim diatas kaca objek. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan krim yang dibuat telah tercampur secara merata atau tidak.
Hasil Pengamatan
Halus dan homogen.
(Terlampir III)

4.

Uji pH
Pengujian pH menggunakan indikator universal. Uji ini dilakukan dengan cara melarutkan sample sebanyak 500mg dalam air sebanyak 10ml. Bertujuan untuk mengetahui pH atau tingkat keasaman pada krim yang telah dibuat.
Hasil Pengamatan
pH dalam keadaan basa, yaitu 8.
(Terlampir IV)


BAB II


V.           PEMBAHASAN
                      Penggunaan Cinolon-N adalah untuk penyakit dermatitis yang terinfeksi. Dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Meskipun dermatitis dapat memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk, gangguan ini biasanya melibatkan ruam gatal pada bengkak, kulit memerah. Kulit yang terkena dermatitis bisa lecet, cairan, mengembangkan kerak atau mengelupas. Contoh dermatitis termasuk dermatitis atopik (eksim), ketombe, dan gatal-gatal yang disebabkan oleh kontak dengan poison ivy atau logam tertentu. Dermatitis adalah kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular.
Cinolon-N adalah kombinasi dari fluocinolon asetonida, suatu glukokortikoid sintetik dengan neomycin sulfate suatu antibiotika yang bekerja secara lokal. Fluocinolon asetonida efektif terutama karena daya anti inflamasi, anti pruritus, dan vosokonstriksinya. Neomycin sulfat sebagai antibiotik berspektrum luas. Umum digunakan untuk pemakaian luar dan berbagai macam infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif. Cinolon-N efektif untuk pengobatan luar pada infeksi kulit dan mukosa yang menimbulkan inflamasi.
                  Dalam pembuatan krim ini menggunakan basis vanishing cream. Flucinolone acetonidum berbentuk anhidrat atau mengandung 2 molekul air; mengandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 102%. Neomisin Sulfas atau dikenal dengan Neomisin Sulfat adalah campuran garam sulfat zat antimikroba yang dihasilkan biakan pilihan Streptomyces fradiae. Mengandung Neomisina sulfat tidak kurang dari jumlah yang setara dengan 60% Neomisina, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Penggunaan neomisin sulfate tidak digunakan secara parenteral karena toksisitasnya yang terkuat dari semua aminoglikosida, khususnya ketulian irreversibel. Hanya digunakan per oral untuk sterilisasi usus pra-bedah. Bila digunakan untuk waktu lama, neomisin dapat mengakibatkan perubahan mukosa usus dengan terganggunya penyerapan gizi. Walaupun sukar diasorbsi, penggunaan oral terus menerus dapat ototoxicity.
                  Selain itu, zat ini banyak digunakan secara topikal pada conjunctivitas dan otitis media dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperlambat timbulnya resistensi dan memperluas daya kerjanya. Misalnya dikombinasi dengan basitrasin (salep mata Nebacetin) dan polimiksin B (tetes kuping Otosporin).
                  Basis krim yang kami gunakan pada praktek kali ini adalah vanishing cream (FMS Hal.110)
1.      Acidum stearicum (FI III Hal. 57)
Campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat, C16H32O2.
2.      Glycerolum (FI III Hal. 271)
Cairan seperti sirop, jernih, tidak berawarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20˚.
3.      Natrii Tetraboras (FI III Hal. 427)
Hablur transparan tidak berwarna ataus erbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Dalam udara kering merapuh. Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P, praktis tidak larut dalam etanol 95% P.
4.      Triaethanolaminum (FI III Hal. 612)
Campuran dari trietanolamina, dietanolamina, dan monoetilamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina,N(C2H4OH)3. Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P.
5.      Methylis Parabenum (FI III Hal. 378)
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101.0% C8H8O3. Sebuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larutan dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
6.      Aqua Destillata (FI III Hal. 96)
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

BAB III


VI.       KESIMPULAN
               Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Pada dasarnya pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
               Penggunaan Cinolon-N adalah untuk penyakit dermatitis yang terinfeksi. Dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. bentuk, gangguan ini biasanya melibatkan ruam gatal pada bengkak, kulit memerah. Kulit yang terkena dermatitis bisa lecet, cairan, mengembangkan kerak atau mengelupas. Contoh dermatitis termasuk dermatitis atopik (eksim), ketombe, dan gatal-gatal yang disebabkan oleh kontak dengan poison ivy atau logam tertentu. Dermatitis adalah kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular.


VII.   DAFTAR PUSTAKA

1.    Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
2.    Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
3.    Ansel. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI press
4.    Departemen Kesehatan RI.1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta
5.    Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1971. Formularium Medicamentorum Selection. Surabaya
6.    Drs. Tjay Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

VIII.         ETIKET, DUS, DAN BROSUR

(Etiket)
CINOLON-N®
FluocinoloneAcetonide,
 Neomycin Sulfate
Cream

Net weight : 10 g
Each gram contains:
FluocinoloneAcetonide …… 0.25 mg
Neomycin Sulfate ………….. 5      mg
INDICATIONS, CONTRA – INDICATIONS, ADVERSE REACTIONS,
PRECAUTIONS, DOSAGES, see enclosed brochure.
ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY/
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KEEP IN COOL (15o – 25oC)
AND DRY PLACE
Manufactured by: PT CAPRIFARMINDO LABS.
                        Bandung – Indonesia
For                      : PT SANBE FARMA
                        Bandung – Indonesia

Reg No.           : DKL8722203729A1
Batch No.         :
Exp. Date         :                      
On crimp
 

             
              (Dus)


               (Brosur)
Pada bagian kuit yang tertutup rapat dapat timbul iritasi, rasa terbakar, gatal dan kekeringan kulit

PERHATIAN
Hindari pemakaian jangka panjang, terutama pada bayi dan anak-anak
 Hati-hati bila digunakan wanita hamil.

DOSIS
Oleskan sedikit krim pada kulit yang terinfeksi 2-4 kali sehari
Atau menurut petunjuk dokter
Bila diperlukan cara pembalutan tertutup, oleskan hati-hati sedikit   krim pada bagian kulit yang terinfeksi sampai membentuk lapisan tipis, tutup dengan plastik yang sesuai.
Jika dibutuhkan kelembaban tambahan, sebelum plastik, tutup bagian kulit yang terinfeksi dengan kain kasa bersih/verban yang lembab.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KEMASAN
Dus : isi tube 10 gram
No Reg : DKL8722203729A1

PENYIMPANAN
Simpan di tempat sejuk (15°-25°C) dan kering

Dibuat oleh : PT CAPRIFARMINDO  LABS.
           Bandung - Indonesia
Untuk  : PT  SANBE FARMA
           Bandung – Indonesia
DP BF 110  -



CINOLON-N
Fluocinolone Acetonide,
Neomycin Sulfate
Krim Topikal
KOMPOSISI
Tiap gram mengandung :
Fluocinolone acetonide......................................................0.25 mg
Neomycin Sulfate....................................................................5 mg
FARMAKOLOGI
Cinolon-N adalah kombinasi dari Fluocinolon asetonida, suatu glukokortiloid sintetik dengan Neomycin sulfate suatu antibiotika yang bekerja secara lokal.
Fluocinolon Asetonida efektif terutama karena daya anti inflamasi, anti pruritus, dan vosokonstriksinya
Neomycin sulfat sebagai antibiotik berspektrum luas. Umum digunakan untuk pemakaian luar dan berbagai macam infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif.
Cinolon-N efektif untuk pengobatan luar pada infeksi kulit dan mukosa yan menimbulkan inflamasi.
INDIKASI
Dermatitis yang terinfeksi
KONTRA-DIKSI
Hipersensitivitas terhadap salah satu komponen dalam Cinolon-N
EFEK SAMPING
hipersentififitas



CINOLON-N
Fluocinolone Acetonide,
Neomycin Sulfate
Topical Cream
COMPOSITIONS
each gram contains:
Fluocinolone acetonide.........................................................0.25 mg
Neomycin Sulfate......................................................................5 mg
PHARRMACOLOGY
Cinolon-N is a combinationFluocinolone acetonide, a syntetic glucocortiroid, and Neomycin sulfate an antibiotic with lokal activity.
Fluocinolon asetinida is primary effektive because of its anti inflamatory, anti pruritic, and vosocontrikstis action.
Neomysin sulfat as a board-spectrum antibiotic has been widely used for topical aplicationin a variety of infection of the skin and mucous membranes caused by suspectible microorganism
Cinolon-N is effevtive for topikal treatment of various infections of skin and mucosa which cause  inflammation.
INDICATIONS
Infected dermatitis

CONTRA-INDIACTION
Hypesensitivity to any of the components of Cinolon-N

ADVERSE REACTIONS
hypersensitivity



Irritation, burning, itchingand dryness wich may occur at the site of occlusive dressing

PRECAUSTIONS
   Aplication for proionged periods, especially for infacts and children should be avoided
    It should be use with caution on pregnant women

DOSAGES
Apply a small quantity of the cream tothe effected ara 2-4 times     daily.
Or as direction by the physicians
When a occlusive dressing technique required, gentle rub a small   amount of the preparation in to the lesion until leaving a thin film on the lesion and cover with a suitable plastic
If additional moisture is desire, cover he lesion with a dampened clean cotton cloth before the plastic.
ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY

PRESENTATIONS
Box of tube 10 grams
No Reg : DKL8722203729A1

STORAGE
keep in a cool  (15°-25°C) and dry place

Manufactured by : PT CAPRIFARMINDO  LABS.
                            Bandung - Indonesia
For   : PT  SANBE FARMA
         Bandung – Indonesia
DP BF 110  -



Lampiran I
Pengujian Organoleptis
                                             

Lampiran II
Uji Stabilitas Fisik
A.    Suhu sejuk (8˚ - 15˚)
Hari 1                                                              Hari 2
                         
Hari 3                                                              Hari 4
           

Hari 5                                                              Hari 6
                               

B.     Suhu kamar (15˚ - 30˚)

Hari 1                                                              Hari 2             
                                                                          
Hari 3                                                              Hari 4
                             




Hari 5                                                              Hari 6
                 

C.     Suhu hangat (30˚ - 40˚)
Hari 1                                                              Hari 2
            
Hari 3                                                              Hari 4
            


Hari 5                                                              Hari 6

              

Lampiran III
Uji Homogenitas
                                   
Lampiran IV
Uji pH
                                               
Link Download File dibawah ini



Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.