Laporan Praktikum
Sediaan Semi Solid dan
Liquid
Cinolon N Cream
Praktikum ke : 1
Kelompok
B 14
Rayana
Jakasurya
NIM : P2.31.39.0.14.0
Risna
Tridayanti
NIM : P2.31.39.0.14.0
Rizka
Pratiwi
NIM :P2.31.39.0.14.0
Dosen
Pengawas :
Dra. Yetri Elisya, M.Farm., Apt
Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Jakarta II
Jurusan Farmasi
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar . . . . . . . . . i
Daftar
Isi . . . . . . . . . . ii
BAB
I . . . . . . . . . . 1
Tujuan . . . . . . . . . . 1
Latar Belakang . . . . . . . . 1
Preformulasi
dan Permasalahan Farmasetik . . . . . 4
Metoda . . . . . . . . . 9
Formula . . . . . . . . 9
Penimbangan . . . . . . . . 9
Alat dan Bahan . . . . . . . 10
Prosedur Pembuatan . . . . . . . 11
Evaluasi . . . . . . . . 12
BAB
II . . . . . . . . . . 14
Pembahasan . . . . . . . . . 14
BAB
III . . . . . . . . . . 16
Kesimpulan . . . . . . . . . 16
Daftar Pustaka. . . . . . . . . 17
Etiket, Dus, dan Brosur . . . . . . . 18
BAB I
I.
TUJUAN
Mahasiswa mampu membuat dan mengevaluasi bentuk
sediaan krim sebagai obat dengan formula zat aktif.
II.
LATAR
BELAKANG
A. Teori
Krim (menurut
Farmakope Indonesia Ed.IV) adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.
Krim (menurut
Farmakope Indonesia Ed.III) adalah sediaan setengah padat, berisi emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim (menurut
Formularium Nasional edisi kedua) adalah sediaan setengah padat berupa
emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%, dimaksudkan untuk pemakaian
luar.
Ada dua tipe krim, krim tipe minyak-air
(M/A) dan krim tipe air-minyak (A/M). Stabilitas krim rusak, jika terganggu
sistem campurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi
disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua
tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Agar lebih
stabil di samping zat pengawet, ditambahkan zat antioksidan. Dianjurkan
peracikannya secara aseptik. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika
diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim
yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 bulan.
Semua alat yang digunakan untuk pembuatan
krim harus bersih dan sebelum digunakan harus direbus dalam air dan kemudian
didinginkan dan dikeingkan. Jika krim diwadahkan dalam tube alumunium, tidak
boleh digunakan zat pengawet senyawa raksa organik. Tube yang mudah berkarat
bagian tube sebelah dalam harus terlebih dahulu dilapisi dengan larutan damar
dalam pelarut yang mudah menguap.
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan
dengan jenis zat dan sift krim yang dikehendaki. Untuk membuat krim digunakan
zat pengemulsi berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik. Sebagai
zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setaseum,
setilalkohol, sterilalkohol, trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan,
polisorbat, polietilenglikol, sabun. Untuk krim tipe M/A biasanya menggunakan
sabun monovalen seperti triethanolaminum stearat, natrium stearat, kalium
stearat, ammonium stearat. Untuk krim tipe A/M biasanya menggunakan sabun
polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, cera. Untuk penstabilan krim
ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang umumnya digunakan
metil paraben (nipagin) 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) 0,02%
hingga 0,05%. Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup baik atau tube,
ditempat yang sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera : “Obat Luar”.
Kelebihan
dan kekurangan sediaan krim
Kelebihan:
1. Mudah
menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah
dibersihkan atau dicuci
4. Cara
kerja berlangsung pada jarungan setempat
5. Tidak
lengket terutama tipe m/a
6. Digunakan
sebagai kosmetik
7. Memberikan
rasa dingin (cold cream) beurpa tipe a/m
8. Bahan
untuk pemakaian topikal jumlah yang diasorbsi tidak cukup beracun
Kekurangan:
1.
Susah dalam
pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
2.
Gampang pecah
disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
3.
Mudah kering dan
mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan.
B. Prinsip
Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak
diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan
sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
C.
Zat aktif
1.
Penggunaan
Penggunaan untuk pengobatan dermatitis
yang terinfeksi. Dermatitis
adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Bentuk
gangguan ini biasanya melibatkan ruam gatal pada bengkak, kulit memerah. Kulit yang terkena dermatitis bisa lecet, cairan,
mengembangkan kerak atau mengelupas. Contoh dermatitis termasuk dermatitis
atopik (eksim), ketombe, dan gatal-gatal yang disebabkan oleh kontak dengan
poison ivy atau logam tertentu. Dermatitis adalah kondisi umum yang biasanya
tidak mengancam jiwa atau menular.
2.
Farmakologi
Cinolon-N adalah kombinasi dari Flusinolon
Asetonid, suatu glukortikoid sintetik dengan Neomisin Sulfat suatu antibiotika
yang bekerja secara lokal. Flusinolon Asetonid efektif terutama karena daya
antiinflamasi, anti-pruritus dan vasakonstriksinya. Neomisin Sulfat sebagai
antibiotika berspektrum luas umum digunakan untuk pemakaian luar pada berbagai
macam infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
sensitif. Cinolon-N efektif untuk pemakaian luar pada infeksi kulit dan mukosa
yang menimbulkan infeksi.
3.
Dosis
Oleskan sedikit krim pada kulit yang
terinfeksi 2-4 kali sehari, atau menurut petunjuk dokter. Bila diperlukam
pembalutan tertutup, oleskan hati-hati sedikit krim pada bagiann kulit yang
terinfeksi sampai membentuk lapisan tipis, tutup dengan plastik yang sesuai. Jika dibutuhkan kelembaban tambahkan,
sebelum plastik tutup dengan kulit yang terinfeksi dengan kain basa bersih /
verban yang lembap.
III.
PREFORMULASI DAN PERMASALAHAN
FARMASETIK
A.
Preformulasi zat
aktif
1. Fluocinoloni
Acetonidum
Keterangan
|
Sumber
|
|
Nama
Lain
|
Fluosinolon
Asetonida
|
FI IV Hal.384
|
Bobot
Molekul
|
452,50
488,53
(dihidrat)
|
|
Pemerian
|
Serbuk
hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau, stabil. Meleleh pada suhu
270˚ dengan perubahan komposisi.
|
|
Kelarutan
|
Tidak
larut dalam air, larut dalam metanol, sukar larut dalam eter dan dalam
kloroform.
|
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Antiinflamasi
|
2. Neomycini Sulfas
Keterangan
|
Sumber
|
|
Nama
Lain
|
Neomisina
Sulfat
|
FI III Hal. 429
|
Pemerian
|
Serbuk,
putih / putih kekuningan, hampir tidak berbau, higroskopik
|
|
Kelarutan
|
Mudah
larut dalam 3 bagian air, dalam 1 bagian air larut perlahan-lahan, sangat
sukar larut dalam etanol 95%, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam aseton P
|
|
Ph
|
Keasaman-kebasaan
pH larutan 3,3% b/v 5,0 sampai 7,5
|
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak lebih dari 30˚
|
|
Khasiat
|
Antibiotikum
|
3. Acidum Stearicum
Keterangan
|
Sumber
|
|
Nama
Lain
|
Asam
Stearat
|
FI III Hal.57
|
Pemerian
|
Zat
padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat,
mirip lemak lilin.
|
|
Kelarutan
|
Praktis
tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol 95% P, dalam 2 bagian
kloroform P dan dalam 3 bagian eter P
|
|
Suhu
Lebur
|
Tidak
kurang dari 54˚
|
|
Suhu
Pemijaran
|
Tidak
lebih dari 0.1%, pengeringan dilakukan menggunakan 4g.
|
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Zat
tambahan
|
4. Triethanolaminum
Keterangan
|
Sumber
|
|
Struktur
Kimia
|
||
Nama
Lain
|
Trietanolamina,
TEA
|
FI III Hal. 612
|
Pemerian
|
Cairan
kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak,
higroskopik.
|
|
Kelarutan
|
Mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; larut dalam kloroform P
|
|
Bobot
Jenis
|
1,120 sampai 1,128
|
|
Suhu
Pemijaran
|
Tidak
lebih dari 0,05%
|
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya
|
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Zat
Tambahan
|
5. Glycerolum
Keterangan
|
Sumber
|
|
Struktur
Kimia
|
http://id.wikipedia.org/wiki/Gliserol
|
|
Nama
Lain
|
Gliserol,
Gliserin
|
FI III Hal. 271
|
Bobot
Molekul
|
92,10
|
|
Pemerian
|
Cairan
seperti sirop, jernih, tidak berawarna, tidak berbau, manis diikuti rasa
hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai lebih kurang 20˚
|
|
Kelarutan
|
Dapat
campur dengan air, dan dengan etanol 95% P. Praktis tidak larut dalam
kloroform P. Dalam eter P dan dalam minyak lemak.
|
|
pH
|
Keasaman-kebasaan
larutan 10% b/v bereaksi netral terhadap larutan lakmus P
|
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Zat
tambahan
|
6. Natrii Tetraboras
Keterangan
|
Sumber
|
|
Nama Lain
|
Natrium Tetraborat ,
boraks
|
FI III Hal. 427
FI III Hal. 427
|
Bobot Molekul
|
381,37
|
|
Pemerian
|
Hablur transparan tidak
berwarna ataus erbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Dalam
udara kering merapuh
|
|
Kelarutan
|
Larut dalam 20 bagian
air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol
P, praktis tidak larut dalam etanol 95% P.
|
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup
baik
|
|
Khasiat dan penggunaan
|
Antiseptikum ekstern
|
7. Aqua Destillata
Keterangan
|
Sumber
|
|
Nama Lain
|
Air Suling
|
FI III Hal. 96
|
Bobot Molekul
|
18,02
|
|
Pemerian
|
Cairan jernih; tidak
berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
|
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup
baik
|
|
Khasiat dan penggunaan
|
Pelarut
|
8. Methylis Parabenum
Keterangan
|
Sumber
|
|
Struktur
Kimia
|
||
Nama
Lain
|
Metil
Paraben, Nipagin M
|
FI III Hal. 378
FI
III Hal. 378
|
Bobot
Molekul
|
152,15
|
|
Pemerian
|
Sebuk
hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak
membakar diikuti rasa tebal
|
|
Kelarutan
|
Larutan
dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian etanol
(95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam
40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
|
|
Suhu
Lebur
|
125˚
sampai 128˚
|
|
pH
|
Keasaman-kebasaan
larutkan 200mg dalam 250ml air bebas karbondioksida P panas, dinginkan,
netralkan dengan natrium hidroksid 0,1 N menggunakan indikator larutan merah
metil P, diperlukan tidak lebih dari 0,1 ml.
|
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Zat
tambahan, zat pengawet
|
B.
Permasalahan
Farmasetik
·
Pada sediaan krim
yang terbagi menjadi 2 tipe, yaitu minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak
(A/M), sehingga sediaan sulit untuk menyatu.
·
Pada sediaan krim
mudah untuk terjadi penjamuran.
·
Neomisin
sulfat sebagai antibiotika berspektrum luas dan juga mudah bereaksi dengan
logam
C.
Penyelesaian
Masalah
·
Sediaan krim
ditambahkan pengemulsi untuk melarutkannya yaitu berupa triaethanolaminum.
·
Bila dalam resep
krim diencerkan (dilarutkan) dalam air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk
mencegah krim tidak menjadi busuk maka ditambahkan nipagin sebagai pengawet.
·
Krim
yang mengandung neomisin sulfat harus dilapisi dengan plastik ketika dimasukkan
ke dalam tube agar tidak bereaksi dengan logam.
IV.
METODA
A.
Formula
·
Cinolon-N
(ISO Vol 49 hal 353)
R/ Flusinolon
asetonid..........................0,25 mg/g
Neomisin Sulfat...............................5 mg/g
·
Basis
Vanishing Cream (FMS Hal.110)
R/ Acid stearin 142
Glycerin 100
Natr. Biborat 2,5
Triaethanolamin 10
Aqua Dest. 750
Nipagin qs
Mf. Cream
S.U.E
B.
Perhitungan dan Penimbangan
·
Perhitungan
(Cinolon-N 10 tube X 10 g = 100 g)
1.
Fluosinolon Asetonid : 0,25mg X 100g = 25
mg
2.
Neomisin Sulfat : 5mg X 100g = 500 mg
3.
Nipagin :
X
125g = 0,18 g
Basis
Cream : 100g –
(0,025g+0,5g+0,18g) = 99,3 g
99,3g ≈ 100g + 25% = 125 g
4.
Acid. Stearin :
X
125g = 17,67 g
5.
Glycerin :
X
125g = 12,4 g
6.
Na. Biborat :
X 125g = 0,31g
7.
Triaethanolamin :
X 125g = 1,24 g
8.
Aq. Dest :
X 125g = 93,3 g
·
Perhitungan pengenceran
Fluosinolon Asetonid
Fluosinolon
Asetonid : 50 mg
Basis
cream : 950 mg
Hasil
pengenceran :
X
1000 mg = 500 mg
Sisa
pengenceran : 1000 mg – 500 mg = 500 mg
·
Penimbangan
1.
Fluosinolon Asetonid :
0,05 g
2.
Neomisin Sulfat :
0,5 g
3.
Nipagin : 0,18 g
4.
Acid. Stearin :
17,67 g
5.
Glycerin : 12,4 g
6.
Natr. Biborat :
0,31 g
7.
Triethanolamin :1,24
g
8.
Aq. Dest : 93,3 g
C.
Alat dan Bahan
·
Alat
1.
Lumpang 8.
Serbet
2.
Alu 9.
Cawan penguap
3.
Sudip 10. Alat timbangan
4.
Sendok tanduk 11.
Water bath
5.
Kertas perkamen 12.
Beaker Glass
6.
Pot plastik
7.
Tube
·
Bahan
1.
Fluosinolon
Asetonid
2.
Neomisin Sulfate
3.
Nipagin
4.
Acid stearin
5.
Glycerin
6.
Natr. Biborat
7.
Triaethanolamin
8.
Aq. Dest
D.
Prosedur Pembuatan
1.
Siapkan alat dan
bahan, bersihkan alat
2.
Timbang bahan
3.
Lebur glyserin +
acid stearin dalam water bath
4.
Panaskan lumpang
dan alu, setelah panas masukkan triaethanolamin + nipagin + na. biborat + air
panas kemudian gerus sampai larut dan homogen + hasil leburan sedikit demi
sedikit. Gerus sampai dingin dan membentuk basis cream.
5.
Timbang basis
sebanyak 950mg untuk pengenceran fluisinolon asetonid. Kemudian lakukan
pengenceran.
6.
Timbang basis
sebanyak 99g + hasil pengenceran fluisinolon asetonid + neomisin sulfate, aduk
sampai homogen.
7.
Masukkan dalam
masing-masing tube.
E.
Evaluasi
No.
|
Pengujian
|
Keterangan
|
1.
|
Pengamatan
organoleptis
|
Evaluasi
organoleptis dilakukan dengan menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,
tekstur sedian, dan konsistensi.
|
Hasil pengamatan
|
Bentuk : semi solid
Warna : putih
Bau : bau khas vanishing cream
(Terlampir
I)
|
|
2.
|
Uji Stabilitas Fisik
|
Stabilitas
dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas
yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat.
(Dirjen POM,1995). Pengujian dilakukan dalam suhu kamar, suhu dingin, dan
suhu panas.
|
Hasil
Pengamatan
|
Suhu
sejuk : stabil
Suhu kamar : stabil
Suhu panas : stabil
(Terlampir
II)
|
|
3.
|
Uji Homogenitas
|
Uji
homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sample (sebagian) krim diatas kaca
objek. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan krim yang dibuat
telah tercampur secara merata atau tidak.
|
Hasil
Pengamatan
|
Halus dan homogen.
(Terlampir
III)
|
|
4.
|
Uji
pH
|
Pengujian
pH menggunakan indikator universal. Uji ini dilakukan dengan cara melarutkan
sample sebanyak 500mg dalam air sebanyak 10ml. Bertujuan untuk mengetahui pH
atau tingkat keasaman pada krim yang telah dibuat.
|
Hasil Pengamatan
|
pH dalam keadaan basa, yaitu 8.
(Terlampir
IV)
|
BAB II
V.
PEMBAHASAN
Penggunaan
Cinolon-N adalah untuk penyakit dermatitis yang terinfeksi. Dermatitis adalah
istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Meskipun
dermatitis dapat memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk,
gangguan ini biasanya melibatkan ruam gatal pada bengkak, kulit memerah. Kulit yang terkena dermatitis bisa lecet, cairan,
mengembangkan kerak atau mengelupas. Contoh dermatitis termasuk dermatitis
atopik (eksim), ketombe, dan gatal-gatal yang disebabkan oleh kontak dengan
poison ivy atau logam tertentu. Dermatitis adalah kondisi umum yang biasanya
tidak mengancam jiwa atau menular.
Cinolon-N adalah
kombinasi dari fluocinolon asetonida, suatu glukokortikoid sintetik dengan neomycin
sulfate suatu antibiotika yang bekerja secara lokal. Fluocinolon asetonida
efektif terutama karena daya anti inflamasi, anti pruritus, dan
vosokonstriksinya. Neomycin sulfat sebagai antibiotik berspektrum luas. Umum
digunakan untuk pemakaian luar dan berbagai macam infeksi kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif. Cinolon-N efektif untuk
pengobatan luar pada infeksi kulit dan mukosa yang menimbulkan inflamasi.
Dalam
pembuatan krim ini menggunakan basis vanishing cream. Flucinolone acetonidum berbentuk anhidrat atau mengandung 2 molekul air;
mengandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 102%. Neomisin Sulfas
atau dikenal dengan Neomisin Sulfat adalah campuran garam sulfat zat
antimikroba yang dihasilkan biakan pilihan Streptomyces
fradiae. Mengandung Neomisina sulfat tidak kurang dari jumlah yang setara
dengan 60% Neomisina, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Penggunaan
neomisin sulfate tidak digunakan secara parenteral karena toksisitasnya yang
terkuat dari semua aminoglikosida, khususnya ketulian irreversibel. Hanya
digunakan per oral untuk sterilisasi usus pra-bedah. Bila digunakan untuk waktu
lama, neomisin dapat mengakibatkan perubahan mukosa usus dengan terganggunya
penyerapan gizi. Walaupun sukar diasorbsi, penggunaan oral terus menerus dapat
ototoxicity.
Selain
itu, zat ini banyak digunakan secara topikal pada conjunctivitas dan otitis
media dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperlambat timbulnya
resistensi dan memperluas daya kerjanya. Misalnya dikombinasi dengan basitrasin
(salep mata Nebacetin) dan polimiksin B (tetes kuping Otosporin).
Basis
krim yang kami gunakan pada praktek kali ini adalah vanishing cream (FMS Hal.110)
1. Acidum stearicum (FI III
Hal. 57)
Campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian
besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2
dan asam heksadekanoat, C16H32O2.
2. Glycerolum (FI III Hal. 271)
Cairan
seperti sirop, jernih, tidak berawarna, tidak berbau, manis diikuti rasa
hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai
lebih kurang 20˚.
3.
Natrii Tetraboras
(FI III Hal. 427)
Hablur
transparan tidak berwarna ataus erbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan
basa. Dalam udara kering merapuh. Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P, praktis tidak larut
dalam etanol 95% P.
4.
Triaethanolaminum
(FI III Hal. 612)
Campuran
dari trietanolamina, dietanolamina, dan monoetilamina. Mengandung tidak kurang
dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai
trietanolamina,N(C2H4OH)3. Mudah larut dalam
air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P.
5.
Methylis Parabenum
(FI III Hal. 378)
Metil
paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101.0% C8H8O3.
Sebuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larutan dalam 500 bagian air, dalam
20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian
aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut
dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas,
jika didinginkan larutan tetap jernih.
6.
Aqua Destillata
(FI III Hal. 96)
Air
suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Merupakan cairan jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
BAB III
VI.
KESIMPULAN
Krim
adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Pada dasarnya pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak
diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan
sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
Penggunaan Cinolon-N adalah untuk
penyakit dermatitis yang terinfeksi. Dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu
peradangan pada kulit. bentuk, gangguan ini biasanya melibatkan ruam gatal pada bengkak, kulit memerah. Kulit yang terkena dermatitis bisa lecet, cairan,
mengembangkan kerak atau mengelupas. Contoh dermatitis termasuk dermatitis
atopik (eksim), ketombe, dan gatal-gatal yang disebabkan oleh kontak dengan
poison ivy atau logam tertentu. Dermatitis adalah kondisi umum yang biasanya
tidak mengancam jiwa atau menular.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
2. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
3. Ansel. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI press
4. Departemen Kesehatan RI.1978. Formularium Nasional edisi II.
Jakarta
5. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1971. Formularium Medicamentorum Selection.
Surabaya
6. Drs. Tjay Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo
VIII.
ETIKET, DUS, DAN BROSUR
(Etiket)
CINOLON-N®
FluocinoloneAcetonide,
Neomycin Sulfate
Cream
|
Net weight : 10
g
|
Each gram
contains:
FluocinoloneAcetonide
…… 0.25 mg
Neomycin
Sulfate ………….. 5 mg
|
INDICATIONS, CONTRA –
INDICATIONS, ADVERSE REACTIONS,
PRECAUTIONS,
DOSAGES, see enclosed brochure.
ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY/
HARUS
DENGAN RESEP DOKTER
KEEP IN COOL (15o – 25oC)
AND DRY PLACE
Manufactured
by: PT CAPRIFARMINDO LABS.
Bandung
– Indonesia
For : PT
SANBE FARMA
Bandung
– Indonesia
|
Reg
No. : DKL8722203729A1
Batch
No. :
Exp. Date :
|
On
crimp
|
(Dus)
(Brosur)
Pada bagian kuit yang tertutup rapat
dapat timbul iritasi, rasa terbakar, gatal dan kekeringan kulit
PERHATIAN
Hindari pemakaian jangka panjang,
terutama pada bayi dan anak-anak
Hati-hati bila digunakan wanita hamil.
DOSIS
Oleskan sedikit krim pada kulit
yang terinfeksi 2-4 kali sehari
Atau menurut petunjuk dokter
Bila diperlukan cara pembalutan
tertutup, oleskan hati-hati sedikit
krim pada bagian kulit yang terinfeksi sampai membentuk lapisan
tipis, tutup dengan plastik yang sesuai.
Jika dibutuhkan kelembaban tambahan,
sebelum plastik, tutup bagian kulit yang terinfeksi dengan kain kasa
bersih/verban yang lembab.
HARUS DENGAN RESEP
DOKTER
KEMASAN
Dus : isi tube 10 gram
No Reg : DKL8722203729A1
PENYIMPANAN
Simpan di tempat sejuk (15°-25°C)
dan kering
Dibuat
oleh : PT CAPRIFARMINDO LABS.
Bandung - Indonesia
Untuk : PT SANBE FARMA
Bandung – Indonesia
DP BF 110 -
|
CINOLON-N
Fluocinolone Acetonide,
Neomycin Sulfate
Krim Topikal
KOMPOSISI
Tiap
gram mengandung :
Fluocinolone
acetonide......................................................0.25 mg
Neomycin
Sulfate....................................................................5
mg
FARMAKOLOGI
Cinolon-N
adalah kombinasi dari
Fluocinolon asetonida, suatu glukokortiloid sintetik dengan Neomycin
sulfate suatu antibiotika yang bekerja secara lokal.
Fluocinolon Asetonida efektif terutama
karena daya anti inflamasi, anti pruritus, dan vosokonstriksinya
Neomycin sulfat sebagai antibiotik
berspektrum luas. Umum digunakan untuk pemakaian luar dan berbagai macam
infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif.
Cinolon-N efektif untuk pengobatan luar pada
infeksi kulit dan mukosa yan menimbulkan inflamasi.
INDIKASI
Dermatitis
yang terinfeksi
KONTRA-DIKSI
Hipersensitivitas
terhadap salah satu komponen dalam Cinolon-N
EFEK SAMPING
hipersentififitas
|
CINOLON-N
Fluocinolone Acetonide,
Neomycin Sulfate
Topical Cream
COMPOSITIONS
each
gram contains:
Fluocinolone
acetonide.........................................................0.25 mg
Neomycin
Sulfate......................................................................5
mg
PHARRMACOLOGY
Cinolon-N
is a
combinationFluocinolone acetonide, a syntetic glucocortiroid, and Neomycin
sulfate an antibiotic with lokal activity.
Fluocinolon asetinida is primary
effektive because of its anti inflamatory, anti pruritic, and
vosocontrikstis action.
Neomysin sulfat as a board-spectrum
antibiotic has been widely used for topical aplicationin a variety of
infection of the skin and mucous membranes caused by suspectible
microorganism
Cinolon-N is effevtive for topikal treatment of
various infections of skin and mucosa which cause inflammation.
INDICATIONS
Infected
dermatitis
CONTRA-INDIACTION
Hypesensitivity
to any of the components of Cinolon-N
ADVERSE REACTIONS
hypersensitivity
|
Irritation, burning, itchingand
dryness wich may occur at the site of occlusive dressing
PRECAUSTIONS
Aplication for proionged periods, especially for infacts and
children should be avoided
It should be use with caution on pregnant women
DOSAGES
Apply
a small quantity of the cream tothe effected ara 2-4 times daily.
Or as direction by
the physicians
When
a occlusive dressing technique required, gentle rub a small amount of the preparation in to the
lesion until leaving a thin film on the lesion and cover with a suitable
plastic
If
additional moisture is desire, cover he lesion with a dampened clean cotton
cloth before the plastic.
ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY
PRESENTATIONS
Box of tube 10 grams
No Reg :
DKL8722203729A1
STORAGE
keep in a cool (15°-25°C) and dry place
Manufactured by : PT CAPRIFARMINDO LABS.
Bandung - Indonesia
For : PT SANBE FARMA
Bandung – Indonesia
DP BF 110 -
|
Lampiran
I
Pengujian Organoleptis
Lampiran
II
Uji Stabilitas Fisik
A.
Suhu sejuk (8˚ - 15˚)
Hari 1 Hari
2
Hari 3 Hari 4
Hari 5 Hari
6
B.
Suhu kamar (15˚ - 30˚)
Hari 1 Hari
2
Hari 3 Hari
4
Hari 5 Hari
6
C.
Suhu hangat (30˚ - 40˚)
Hari 1 Hari
2
Hari 3 Hari
4
Hari 5 Hari
6
Lampiran
III
Uji Homogenitas
Lampiran
IV
Uji pH