LAPORAN PERCOBAAN PENGARUH EFEK
ANESTESI KETAMIN PADA HEWAN COBA TIKUS
DENGAN RUTE PERCOBAAN
INTRAPERITONEAL, SUBKUTAN, PERORAL DAN INTRAMUSKULAR
Kelompok 2A/Semester 3
1. Chrisna Agustina
2. Diantika Putri
3. Fatin Nursalam
4. Frienderik Muarota Hondro
5. Gemalita Dewi Rahardjo
6. Irna Agustiani
7. Julia Salsabila
8. Kevin Zamharir Abil Fidaa
9. Lala Makbulah
10. Maejelin Sameaputty
11. Meri Dayani
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
JURUSAN FARMASI TA. 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya kami dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan praktikum farmakologi mengenai “ PENGARUH
EFEK ANESTESI KETAMIN PADA HEWAN COBA
TIKUS DENGAN RUTE PERCOBAAN INTRAPERITONEAL, SUBKUTAN, PERORAL
DAN INTRAMUSKULAR”
Laporan praktikum farmakologi ini
disusun berdasarkan data-data yang telah diperoleh selama praktikum
Farmakologi, yang telah dilaksanakan pada tanggal 29 September 2016 bertempat di Labolatorium
Farmakologi Politeknik Kesehatan Jakarta II, Jurusan Farmasi.
Dengan tersusunnya Laporan praktikum
Farmakologi ini, kami mengucapkan terimakasih kepada para dosen pembimbing
praktikum farmakologi yang telah memandu kami dalam melaksanakan praktikum hingga
selesai,khususnya kepada :
1. Dra. Sujati Woro Indijah, M. Si, Apt. selaku
pembimbing praktikum faramakologi.
2.
Purnama Fajri, S. Farm, M. Biomed, Apt selaku pembimbing praktikum farmakologi.
3.
Serta seluruh anggota dari masing-masing kelompok.
Kami berharap semoga laporan ini akan bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan dan dapat
menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.
Sebagai manusia yang mempunyai
keterbatasan, kami menyadari adanya kekurangan
dari laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada seluruh
pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Jakarta, 30 September 2016
Tim
Penyusun
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
dan tidak ketinggalan pula perkembangan dibidang kefarmasian, maka dari itu
kita sebagai ahli madya farmasi dituntut mempunyai kemampuan yang memadai dan
harus siap menghadapi dunia luar yang semakin maju dan kompeten, sehingga harus
dapat memahami dan menerapkan semua ilmu yang diperoleh untuk dimanfaatkan
& digunakan serta dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, yang nantinya
dapat digunakan dalam menghadapi dunia kerja.
Untuk itu dengan adanya pelajaran dan praktikum
farmakologi ini, diharapkan mahasiswa dapat menjadi ahli madya farmasi yang
memiliki kemampuan yang dapat bermanfaat untuk dunia kefarmasian. Dalam
praktikum ini, mahasiswa mengadakan percobaan tentang efek anestesi terhadap
hewan coba tikus dengan rute pemberian intraperitoneal, subkutan, peroral dan
intramuscular. Hewan coba diberikan perlakuan sama yaitu dengan memberikan obat
ketamin namun dengan rute permberian yang berbeda. Tujuannya adalah untuk
membandingkan rute pemberian yang mana yang memberikan efek anestesi paling
cepat.
Anestesi adalah keadaan depresi umum beberapa
Sistem Saraf Pusat (SSP) reversible di mana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan sehingga mirip seperti pingsan. Obat yang dapat menimbulkan anestesi
disebut Anestetik. Tujuan pemberian anestetik dengan maksud mencapai keadaan
pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi reflex
terhadap manipulasi pembedahan, serta menimbulkan pelemasan otot. Dari sebagian
obat anestetik yang beredar, maka mahasiswa memilih ketamin sebagai zat uji.
1.2
Rumusan
Masalah.
1. Bagaimana kecepatan rute
pemberian dan pengaruh efek obat anestesi ketamin
terhadap hewan percobaan tikus?
2. Bagaimana perbandingan
dari waktu mulai tidur (onset) & lama tidur (durasi) ?
1.3
Tujuan
Praktikum.
·
Tujuan Umum :
Mempraktekkan dan mengamati pengaruh efek anestesi pada pemberian ketamin
dengan rute ip, sk, peroral dan im terhadap hewan percobaan tikus
·
Tujuan
Khusus :
1. Membandingkan waktu mula tidur (onset).
2. Membandingkan lama tidur
(durasi) dari 4 ekor tikus yang masing-masing telah diberikan obat yang sama
secara ip, sk, peroral dan im.
1.4 Manfaat Percobaan
Memberikan suatu gambaran mengenai
pengaruh cara pemberian ketamin terhadap efek anestesi dengan hewan percobaan tikus
putih. Disamping itu penulisan
ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi :
§ Bagi Penulis
§ Bagi Penulis
a. Dapat mengetahui rute pemberian obat yang
efektif dalam penggunaan anestetik
b. Mampu memberikan obat secara oral, ip, sk, dan
im pada hewan coba tikus dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul
(sonde) untuk oral, dan jarum suntik yang ujungnya lancip untuk ip, sk dan im.
§ Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang rute pemberian obat yang efektif dalam
penggunaan anestesi.
§ Bagi Akademik
Memberikan masukan – masukan untuk ke efektifan dalam pemberian
anestesi.
§ Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang rute pemberian obat yang efektif dalam
penggunaan anestesi.
§ Bagi Akademik
Memberikan masukan – masukan untuk ke efektifan dalam pemberian
anestesi.
Bab II
Tinjauan Pustaka
Anestetik
Anestetik
adalah hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun tidak disertai
hilangnya kesadaran. Diperkenalkan oleh Oliver W. Holmes pada tahun 1846. Pada
umumnya anestetik terdiri dari anestetik local dan umum.
Anestetik
umum adalah efek analgesia yang disertai oleh hilangnya kesadaran. Anestetik
umum digunakan dalam upaya untuk mempermudah orang melakukan tindakan operasi.
Anestetik umum bekerja di susunan saraf pusat. Efek yang ditimbulkan tergantung
dari dosis mulai dari sedasi (tenang-mengantuk), hipnotis (menidurkan),
anestesi (hilang kesadaran), koma, dan mati.
Pada penggunaan anestesi terdapat beberapa tahap yang perlu diperhatikan,yaitu :
- Tahap analgesia pada tahap ini rasa nyeri hilang dan terasa nyaman.
- Tahap eksitasi pada tahap ini akan menyebabkan kesadaran hilang dan menimbulkan kegelisahan, batuk, muntah, ketawa, nafas tidak teratur,kejang bahkan dapat menimbulkan kematian.
- Tahap anestesia pada tahap ini pernfasan teratur , cepat seperti dalam keadaan tidur, pada REM pernafasan dada dan perut kemudian menjadi pernafasan perut.
- Tahap kelumpuhan sumsum tulang pada tahap ini perut melemah, kolaps pembuluh darah dan dapat menghentikan detak jantung yang kemudian menyebabkan kematian.
Pada penggunaan anestesi terdapat beberapa tahap yang perlu diperhatikan,yaitu :
- Tahap analgesia pada tahap ini rasa nyeri hilang dan terasa nyaman.
- Tahap eksitasi pada tahap ini akan menyebabkan kesadaran hilang dan menimbulkan kegelisahan, batuk, muntah, ketawa, nafas tidak teratur,kejang bahkan dapat menimbulkan kematian.
- Tahap anestesia pada tahap ini pernfasan teratur , cepat seperti dalam keadaan tidur, pada REM pernafasan dada dan perut kemudian menjadi pernafasan perut.
- Tahap kelumpuhan sumsum tulang pada tahap ini perut melemah, kolaps pembuluh darah dan dapat menghentikan detak jantung yang kemudian menyebabkan kematian.
Ketamin HCl Injectio
Ciri : Larutan steril Ketamin Hidroklorida dalam air untuk injeksi. Mengandung Ketamin HCl, setara dengan Ketamin (C13H16ClNO) tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Farmakokinetik : Metabolismenya melalui konjugasi di hati dan diekskresikan melalui kemih. Metabolitnya memiliki daya kerja analgetis (t1/2 nya k.l 2 jam) yang berlangsung lebih lama daripada efek hipnotisnya.
Efek Samping : Berupa hipertensi, kejang-kejang, sekresi ludah yang kuat dan peningkatan tekanan intracranial dan intraokuler, juga mengurangi prestasi kegiatan jantung dan paru-paru.gangguan psikis (halusinasi) dapat timbul pada periode pemulihan.
Indikasi : Anestetik umum
Dosis : i.m 10 mg/kg, i.v 2mg/kg bobot badan.
Prosedur pemberian
a. Oral (pada pemberian ketamin)
· Tikus diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan
· Meletakkan tikus pada alas kawat, biarkan tikus memegang kawat dengan kaki depannya
· Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara jari telunjuk dan ibu jari
· Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke tangan kiri diantara jari manis dan jari kelingking
· Melakukan pemberian oral, diawali dengan memasukkan ujung sonde ke dalam mulut
· Kemudian secara perlahan dimasukkan melalui dinding mulut atas sampai ke
esophagus
· Dorong piston sonde hingga cairan obat masuk seluruhnya.
b. Intraperitoneal (ip)
· Pindahkan ekor tikus dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri, tarik kulit abdomennya sehingga menjadi tegang.
· Pada saat penyuntikan, posisi kepala tikus lebih rendah dari abdomennya.
· Jarum disuntikan dengan membentuk sudut 45o dengan abdomen. Agak menepi dari garis tengah, untuk menghindari terkenanya kandung kemih. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.
c. Subkutan (sk)
· Tarik kulit kepala tikus
· Jarum disuntikan kebawah kulit kepala
d. Intramuskular (im)
· Tarik kaki mencit
· Jarum disuntikan kedalam otot paha cek tidak masuk ke vena dengan menarik piston alat suntik
Bab III
Metode
Percobaan
3.1 Rancangan
Dalam praktikum efek anestesi pada tikus kali ini dilakukan rancangan sebagai berikut :
Dalam praktikum efek anestesi pada tikus kali ini dilakukan rancangan sebagai berikut :
1. semua tikus
dipuasakan 2 jam.
2. menggunakan
kandang bulat ambil 4 ekor tikus.
3. beri nomor tikus
(meja 1 no. 1-2, meja 2 no.3-4), kemudian timbanglah.
4. semua volume
direncanakan 100mg/kgBB tikus.
5. hitung, ukur dosis
dan berikan masing-masing ip, sk, peroral dan im.
6. tempatkan
masing-masing tikus pada wadah pengamatan.
7. amati hal-hal yang
dapat teramati
8. hitung rat-rata
onset dan durasi tidur.
3.2 Tempat dan Waktu
1. Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II
2. Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 September 2016 pukul 09.00-15.00 WIB
1. Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II
2. Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 September 2016 pukul 09.00-15.00 WIB
3.3 Alat dan Bahan
Bahan :
1. Ketamin HCl sebagai
zat uji
2. Tikus putih dengan
bobot rata-rata 302,9 gr
sebagai hewan coba
Alat :
1. Timbangan hewan
2. Sonde oral, ip, sk dan im.
3.
Kapas
4. Wadah tempat pengamatan
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur
percobaan :
1. semua tikus dipuasakan 2 jam.
2. menggunakan kandang bulat
ambil 4 ekor tikus.
3. beri nomor tikus (meja 1 no.
1-2, meja 2 no.3-4), kemudian timbanglah.
4. semua volume direncanakan
100mg/kgBB tikus.
5. hitung, ukur dosis dan berikan
masing-masing obat ketamnin ip, sk, peroral dan im.
6. tempatkan masing-masing tikus
pada wadah pengamatan.
7. Mengamati mencit
hingga tikus tidur(jika tidur), dikatakan tidak tidur jika hingga 60 menit,
tikus tidak tertidur
8. Mencatat waktu tidur mencit
hingga saat tikus bangun kembali
3.5
Perhitungan Dosis
Kelompok Frienderik
1.
Tikus no. 3 berat badan 317,5 g
Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
Sediaan ketamin 50mg/ml
(317,5 g)/(1000 g ) x 100 mg =
31,75 mg
Dosis (ml) = (31,75 mg)/(50 mg ) x 1 ml = 0,64
ml (IP)
2. Tikus no. 4 berat badan 302,1 g
Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
Sediaan ketamin 50 mg/ml
(302,1 g)/(1000 g ) x 100 mg =
30,21 mg
Dosis (ml) = (30,21 mg)/(50 mg) x 1 ml = 0,60
ml (SK)
Kelompok Achmad
3.
Tikus no. 1 berat badan 304,89 g
Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
Sediaan ketamin 50mg/ml
(304,89 g)/(1000 g ) x 100 mg = 30,489
mg
Dosis (ml) = (30,4889 mg)/(50 mg ) x 1 ml = 0,6096
ml (ORAL)
2. Tikus no.2 berat badan 287,5 g
Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
Sediaan ketamin 50 mg/ml
( 287,5 g)/(1000 g ) x 100 mg =
28,75 mg
Dosis (ml) = (28,75 mg)/(50 mg) x 1 ml =
0,575 ml (IM)
3.6 Cara Analisis
Cara analisis yang digunakan adalah dengan
mengamati dan menganalisa perbandingan onset dan durasi dari dari masing-masing
tikus yang telah diberikan obat ketamin secara per-oral, ip, im dan sk.
3.7 Definisi Operasional
· Mulai tidur : Selesai disuntik, tikus ditelentangkan di tengah bejana dan tidak mampu tengkurap
· Bangun : Tikus tengkurap sendiri dan bergerak meninggalkan pusat bejana
· Onset : Waktu jarum suntik dicabut – waktu mulai tidur (menit)
· Durasi : Waktu mulai tidur – waktu bangun (menit)
· Mulai tidur : Selesai disuntik, tikus ditelentangkan di tengah bejana dan tidak mampu tengkurap
· Bangun : Tikus tengkurap sendiri dan bergerak meninggalkan pusat bejana
· Onset : Waktu jarum suntik dicabut – waktu mulai tidur (menit)
· Durasi : Waktu mulai tidur – waktu bangun (menit)
Bab IV
Hasil dan
Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
Hasil
Penelitian (Kel.Frienderik)
No
tikus
|
Perla
kuan
|
Berat
(g)
|
Obat
(ml)
|
Waktu
|
Onset
|
Waktu
|
Durasi
|
Keterangan
|
|||
oral
|
tidur
|
(‘)
|
aver
|
bangun
|
(‘)
|
Aver
|
|||||
III
|
KET
(ip)
|
317,5
|
0,64
|
12:28
|
12:43
|
15
|
15:00
|
137
|
|||
I ̶
|
KET
(sk)
|
302,1
|
0,60
|
12:24
|
12:30
|
6
|
15:00
|
150
|
Hasil
penelitian (Kel. Achmad)
No
tikus
|
Perla
kuan
|
Berat
(g)
|
Obat
(ml)
|
Waktu
|
Onset
|
Waktu
|
Durasi
|
Keterangan
|
|||
oral
|
tidur
|
(‘)
|
aver
|
bangun
|
(‘)
|
Aver
|
|||||
I
|
KET
(o)
|
304,8
|
0,61
|
12:02
|
12:09
|
7
|
15:09
|
180
|
|||
II
|
KET
(im)
|
287,5
|
0,57
|
12:13
|
12:20
|
7
|
15:20
|
180
|
REKAPITULASI
DATA PERCOBAAN
No.
tikus
|
perlakuan
|
Onset
|
Durasi
|
||
(‘)
|
Aver
|
(‘)
|
Aver
|
||
I ̶
|
Ketamin
|
6
|
8,75
|
150
|
161,75
|
I
|
Ketamin
|
7
|
180
|
||
II
|
Ketamin
|
7
|
180
|
||
III
|
Ketamin
|
15
|
137
|
Perbandingan
Onset & Durasi Rute Pemberian Ketamin Pada Hewan Coba Tikus
4.2 Pembahasan.
Pada praktikum kali ini
bertujuan untuk membandingkan rata-rata waktu onset dan durasi tidur dari 4
tikus yang diberikan 4 perlakuan anastesi yang berbeda, tikus pertama diberikan
Ket (O), kedua Ket (im), ketiga Ket (ip), dan keempat Ket (Sk).
Dari grafik perbandingan di atas, onset dari perlakuan
tikus dengan rute pemberian oral, im dan sk memiliki onset yang hampir sama
yaitu 6-7 menit sedangkan rute pemberian ip onsetnya 15 menit. Kemudian durasi
dari perlakuan tikus dengan rute pemberian oral, im dan sk memiliki durasi yang
lebih besar dari durasi rute ip. Jika diurutkan
dari waktu onset terlambat – tercepat, urutannya adalah Ip, Sk, ( im dan O).
Dari keterangan diatas ada beberapa hal yang didapat,
yaitu dari perlakuan oral dan im ternyata memiliki hasil sesuai yang diharapkan
(efek anastesi cepat dan bertahan lama), sedangkan pada perlakuan ip (efek
anastesi lambat dan tidak tahan lama), dan pada perlakuan Sk (efek anastesi
cepat dan bertahan kurang lama), maka jika diurutkan berdasarkan sifat anastesi
yang paling diharapkan-kurang adalah : O dan im, sk, ip.
Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan yang tertera pada brosur Ketamine-hameln solution for injection bahwa
seperti dengan agen anestetik umum lainnya, respon individu terhadap injeksi
ketamin 50 mg agak bervariasi, tergantung pada rute administrasi, umur pasien,
dan seiring menggunakan agen yang lain. Dosis yang direkomendasikan tidak dapat
diubah-ubah. Dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Jadi, intravena dengan dosis 20 mg/kg biasanya
memproduksi anastesi bedah pada detik ke 30 setelah injeksi dan efek anastesi
nya biasanya berakhir pada menit ke 5-10.
Bab V
Kesimpulan
dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut
Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut
1. Pengaruh
efek anestesi pada pemberian ketamin
lebih efektif dengan cara im dibandingkan ip,sk dan oral terhadap hewan
percobaan Tikus.
2. Ketamin dengan rute im dan oral memiliki
rata-rata durasi yang lebih panjang dibandingkanip dan sk.
5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan efek anestesi paling efektif sebaiknya
diberikan ketamin dengan rute im dan iv
2. Sebaiknya waktu pengamatan diperpanjang,
dikarenakan hewan uji masih tertidur.
3. Ketika mengambil sediaan menggunakan sonde,
sebaiknya harus lebih teliti, jangan sampai dosis kurang/lebih dan pastikan
sudah tidak ada gelembung dalam sonde.
Daftar Pustaka
- Anonim, Farmakope Indonesia edisi III. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
- Anonim, Famakope Indonesia edisi IV. 1995. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indoesia.
- Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat – Obat Penting edisi VI. 2006. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
- Handoko, T, Suharto, B. Farmakologi dan Terapi edisi IV. 1995. Jakarta : Bag Farmakologi FKUI Jakarta.
- Pengantar Praktikum Farmakologi
- Brosur Ketamin-hameIn
Link Download File dibawah ini