Sabtu, 12 Mei 2018

LAPORAN PERCOBAAN PENGARUH EFEK ANESTESI KETAMIN PADA HEWAN COBA TIKUS

LAPORAN PERCOBAAN PENGARUH EFEK ANESTESI KETAMIN PADA HEWAN COBA TIKUS
DENGAN RUTE PERCOBAAN INTRAPERITONEAL, SUBKUTAN, PERORAL DAN INTRAMUSKULAR


Kelompok 2A/Semester 3
1. Chrisna Agustina
2. Diantika Putri
3. Fatin Nursalam
4. Frienderik Muarota Hondro
5. Gemalita Dewi Rahardjo
6. Irna Agustiani
7. Julia Salsabila
8. Kevin Zamharir Abil Fidaa
9. Lala Makbulah
10. Maejelin Sameaputty
11. Meri Dayani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
JURUSAN FARMASI TA. 2016-2017



KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmakologi mengenai “ PENGARUH EFEK  ANESTESI KETAMIN PADA HEWAN COBA TIKUS DENGAN RUTE PERCOBAAN INTRAPERITONEAL, SUBKUTAN, PERORAL DAN INTRAMUSKULAR
            Laporan praktikum farmakologi ini disusun berdasarkan data-data yang telah diperoleh selama praktikum Farmakologi, yang telah dilaksanakan pada tanggal  29 September 2016 bertempat di Labolatorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Jakarta II, Jurusan Farmasi.
            Dengan tersusunnya Laporan praktikum Farmakologi ini, kami mengucapkan terimakasih kepada para dosen pembimbing praktikum farmakologi yang telah memandu kami dalam melaksanakan praktikum hingga selesai,khususnya kepada :
1. Dra. Sujati Woro Indijah, M. Si, Apt. selaku pembimbing praktikum faramakologi.
2. Purnama Fajri, S. Farm, M. Biomed, Apt selaku pembimbing praktikum farmakologi.
3. Serta seluruh anggota dari masing-masing kelompok. 
      Kami berharap semoga laporan ini akan bermanfaat bagi semua pihak  yang berkepentingan dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, kami menyadari adanya kekurangan  dari laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Jakarta, 30 September 2016



          Tim Penyusun



Bab I
Pendahuluan

1.1         Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan tidak ketinggalan pula perkembangan dibidang kefarmasian, maka dari itu kita sebagai ahli madya farmasi dituntut mempunyai kemampuan yang memadai dan harus siap menghadapi dunia luar yang semakin maju dan kompeten, sehingga harus dapat memahami dan menerapkan semua ilmu yang diperoleh untuk dimanfaatkan & digunakan serta dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, yang nantinya dapat digunakan dalam menghadapi dunia kerja.
Untuk itu dengan adanya pelajaran dan praktikum farmakologi ini, diharapkan mahasiswa dapat menjadi ahli madya farmasi yang memiliki kemampuan yang dapat bermanfaat untuk dunia kefarmasian. Dalam praktikum ini, mahasiswa mengadakan percobaan tentang efek anestesi terhadap hewan coba tikus dengan rute pemberian intraperitoneal, subkutan, peroral dan intramuscular. Hewan coba diberikan perlakuan sama yaitu dengan memberikan obat ketamin namun dengan rute permberian yang berbeda. Tujuannya adalah untuk membandingkan rute pemberian yang mana yang memberikan efek anestesi paling cepat.
Anestesi adalah keadaan depresi umum beberapa Sistem Saraf Pusat (SSP) reversible di mana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga mirip seperti pingsan. Obat yang dapat menimbulkan anestesi disebut Anestetik. Tujuan pemberian anestetik dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi reflex terhadap manipulasi pembedahan, serta menimbulkan pelemasan otot. Dari sebagian obat anestetik yang beredar, maka mahasiswa memilih ketamin sebagai zat uji.

1.2         Rumusan Masalah.
1.    Bagaimana kecepatan rute pemberian dan pengaruh efek obat anestesi ketamin terhadap hewan percobaan tikus?
2.    Bagaimana perbandingan dari waktu mulai tidur (onset) & lama tidur (durasi) ?

1.3         Tujuan Praktikum.
·       Tujuan Umum :
Mempraktekkan dan mengamati pengaruh efek anestesi pada pemberian ketamin dengan rute ip, sk, peroral dan im terhadap hewan percobaan tikus
·         Tujuan Khusus :
1.    Membandingkan waktu mula tidur (onset).
2.    Membandingkan lama tidur (durasi) dari 4 ekor tikus yang masing-masing telah diberikan obat yang sama secara ip, sk, peroral dan im.

1.4       Manfaat Percobaan
Memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh cara pemberian ketamin terhadap efek anestesi dengan hewan percobaan tikus putih. Disamping itu penulisan ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi :

§ 
Bagi Penulis
a.    Dapat mengetahui rute pemberian obat yang efektif  dalam penggunaan anestetik
b.    Mampu memberikan obat secara oral, ip, sk, dan im pada hewan coba tikus dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul (sonde) untuk oral, dan jarum suntik yang ujungnya lancip untuk ip, sk dan im. 

§  Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang rute pemberian obat yang efektif dalam
penggunaan anestesi. 

§  Bagi Akademik
Memberikan masukan – masukan untuk ke efektifan dalam pemberian
anestesi.



Bab II
Tinjauan Pustaka


Anestetik
            Anestetik adalah hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun tidak disertai hilangnya kesadaran. Diperkenalkan oleh Oliver W. Holmes pada tahun 1846. Pada umumnya anestetik terdiri dari anestetik local dan umum.
            Anestetik umum adalah efek analgesia yang disertai oleh hilangnya kesadaran. Anestetik umum digunakan dalam upaya untuk mempermudah orang melakukan tindakan operasi. Anestetik umum bekerja di susunan saraf pusat. Efek yang ditimbulkan tergantung dari dosis mulai dari sedasi (tenang-mengantuk), hipnotis (menidurkan), anestesi (hilang kesadaran), koma, dan mati.
Pada penggunaan anestesi terdapat beberapa tahap yang perlu diperhatikan,yaitu :
- Tahap analgesia pada tahap ini rasa nyeri hilang dan terasa nyaman.
- Tahap eksitasi pada tahap ini akan menyebabkan kesadaran hilang dan menimbulkan kegelisahan, batuk, muntah, ketawa, nafas tidak teratur,kejang bahkan dapat menimbulkan kematian.
- Tahap anestesia pada tahap ini pernfasan teratur , cepat seperti dalam keadaan tidur, pada REM pernafasan dada dan perut kemudian menjadi pernafasan perut.
- Tahap kelumpuhan sumsum tulang pada tahap ini perut melemah, kolaps pembuluh darah dan dapat menghentikan detak jantung yang kemudian menyebabkan kematian.

Ketamin HCl Injectio 
Ciri                              : Larutan steril Ketamin Hidroklorida dalam air untuk injeksi. Mengandung Ketamin HCl, setara dengan Ketamin (C13H16ClNO) tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Farmakokinetik         : Metabolismenya melalui konjugasi di hati dan diekskresikan melalui kemih. Metabolitnya memiliki daya kerja analgetis (t1/2 nya k.l 2 jam) yang berlangsung lebih lama daripada efek hipnotisnya.
Efek Samping           : Berupa hipertensi, kejang-kejang, sekresi ludah yang kuat dan peningkatan tekanan intracranial dan intraokuler, juga mengurangi prestasi kegiatan jantung dan paru-paru.gangguan psikis (halusinasi) dapat timbul pada periode pemulihan.
Indikasi                      : Anestetik umum
Dosis                          : i.m 10 mg/kg, i.v 2mg/kg bobot badan. 

Prosedur pemberian
a. Oral (pada pemberian ketamin) 
·         Tikus diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan 
·         Meletakkan tikus pada alas kawat, biarkan tikus memegang kawat dengan kaki depannya 
·         Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara jari telunjuk dan ibu jari 
·         Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke tangan kiri diantara jari manis dan jari kelingking 
·         Melakukan pemberian oral, diawali dengan memasukkan ujung sonde ke dalam mulut 
·         Kemudian secara perlahan dimasukkan melalui dinding mulut atas sampai ke
esophagus 
·         Dorong piston sonde hingga cairan obat masuk seluruhnya. 

b. Intraperitoneal (ip) 
·         Pindahkan ekor tikus dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri, tarik kulit abdomennya sehingga menjadi tegang. 
·         Pada saat penyuntikan, posisi kepala tikus lebih rendah dari abdomennya. 
·         Jarum disuntikan dengan membentuk sudut 45o dengan abdomen. Agak menepi dari garis tengah, untuk menghindari terkenanya kandung kemih. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.

c. Subkutan (sk) 
·         Tarik kulit kepala tikus 
·         Jarum disuntikan kebawah kulit kepala

d. Intramuskular (im) 
·         Tarik kaki mencit 
·      Jarum disuntikan kedalam otot paha cek tidak masuk ke vena dengan menarik piston alat suntik


Bab III
Metode Percobaan

      3.1    Rancangan 
                Dalam praktikum efek anestesi pada tikus kali ini dilakukan rancangan sebagai berikut :
1. semua tikus dipuasakan 2 jam.
2. menggunakan kandang bulat ambil 4 ekor tikus.
3. beri nomor tikus (meja 1 no. 1-2, meja 2 no.3-4), kemudian timbanglah.
4. semua volume direncanakan 100mg/kgBB tikus.
5. hitung, ukur dosis dan berikan masing-masing ip, sk, peroral dan im.
6. tempatkan masing-masing tikus pada wadah pengamatan.
7. amati hal-hal yang dapat teramati
8. hitung rat-rata onset dan durasi tidur.

3.2    Tempat dan Waktu
 1.      Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II
2.    Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal   29 September  2016 pukul 09.00-15.00 WIB

3.3    Alat dan Bahan
Bahan :
1.    Ketamin HCl sebagai zat uji
2.    Tikus putih dengan bobot rata-rata 302,9 gr sebagai hewan coba
Alat :
1.   Timbangan hewan                                           
2.   Sonde oral, ip, sk dan im.                   
           3.   Kapas                                                                                                     
4.   Wadah tempat pengamatan   
3.4     Prosedur Kerja
Prosedur percobaan :
1. semua tikus dipuasakan 2 jam.
2. menggunakan kandang bulat ambil 4 ekor tikus.
3. beri nomor tikus (meja 1 no. 1-2, meja 2 no.3-4), kemudian timbanglah.
4. semua volume direncanakan 100mg/kgBB tikus.
5. hitung, ukur dosis dan berikan masing-masing obat ketamnin ip, sk, peroral dan im.
6. tempatkan masing-masing tikus pada wadah pengamatan.
7. Mengamati mencit hingga tikus tidur(jika tidur), dikatakan tidak tidur jika hingga 60 menit, tikus tidak tertidur
8. Mencatat waktu tidur mencit hingga saat tikus bangun kembali

3.5      Perhitungan Dosis
            Kelompok Frienderik
            1. Tikus no. 3 berat badan 317,5 g                      
                Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
                Sediaan ketamin 50mg/ml
                (317,5 g)/(1000 g ) x 100 mg = 31,75 mg
               Dosis (ml) = (31,75 mg)/(50 mg ) x 1 ml = 0,64 ml   (IP)
            2. Tikus no. 4 berat badan 302,1 g
                Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
                Sediaan ketamin 50 mg/ml
                (302,1 g)/(1000 g ) x 100 mg = 30,21 mg
               Dosis (ml) = (30,21 mg)/(50 mg) x 1 ml = 0,60 ml   (SK)

            Kelompok Achmad
            3.  Tikus no. 1 berat badan 304,89 g
                Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
                Sediaan ketamin 50mg/ml
                (304,89 g)/(1000 g ) x 100 mg = 30,489 mg
               Dosis (ml) = (30,4889 mg)/(50 mg ) x 1 ml = 0,6096 ml  (ORAL)
            2. Tikus no.2  berat badan 287,5 g
                Ketamin dosis tikus 100 mg/kg
                Sediaan ketamin 50 mg/ml
                ( 287,5 g)/(1000 g ) x 100 mg = 28,75 mg
               Dosis (ml) = (28,75 mg)/(50 mg) x 1 ml = 0,575 ml   (IM)

3.6      Cara Analisis
Cara analisis yang digunakan adalah dengan mengamati dan menganalisa perbandingan onset dan durasi dari dari masing-masing tikus yang telah diberikan obat ketamin secara per-oral, ip, im dan sk.

3.7      Definisi Operasional 
·                     Mulai tidur     : Selesai disuntik, tikus ditelentangkan di tengah bejana dan tidak mampu tengkurap 
·                     Bangun          : Tikus tengkurap sendiri dan bergerak meninggalkan pusat bejana 
·                     Onset             : Waktu jarum suntik dicabut – waktu mulai tidur (menit) 
·                     Durasi            : Waktu mulai tidur – waktu bangun (menit)


Bab IV
Hasil dan Pembahasan


4.1      Hasil Penelitian
Hasil Penelitian (Kel.Frienderik)
No
tikus
Perla
kuan
Berat
(g)
Obat (ml)
Waktu
Onset
Waktu
Durasi
Keterangan
oral
tidur
(‘)
aver
bangun
(‘)
Aver

III
KET (ip)
317,5
0,64
12:28
12:43
15

15:00
137


I  ̶
KET (sk)
302,1
0,60
12:24
12:30
6

15:00
150



Hasil penelitian (Kel. Achmad)
No tikus
Perla
kuan
Berat
(g)
Obat (ml)
Waktu
Onset
Waktu
Durasi
Keterangan
oral
tidur
(‘)
aver
bangun
(‘)
Aver

I
KET (o)
304,8
0,61
12:02
12:09
7

15:09
180


II
KET (im)
287,5
0,57
12:13
12:20
7

15:20
180




REKAPITULASI DATA PERCOBAAN
No. tikus
perlakuan
Onset
Durasi
(‘)
Aver
(‘)
Aver
I  ̶
Ketamin
6
8,75
150
161,75
I
Ketamin
7
180
II
Ketamin
7
180
III
Ketamin
15
137




Perbandingan Onset & Durasi Rute Pemberian Ketamin Pada Hewan Coba Tikus





4.2      Pembahasan. 
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membandingkan rata-rata waktu onset dan durasi tidur dari 4 tikus yang diberikan 4 perlakuan anastesi yang berbeda, tikus pertama diberikan Ket (O), kedua Ket (im), ketiga Ket (ip), dan keempat Ket (Sk).
            Dari grafik perbandingan di atas, onset dari perlakuan tikus dengan rute pemberian oral, im dan sk memiliki onset yang hampir sama yaitu 6-7 menit sedangkan rute pemberian ip onsetnya 15 menit. Kemudian durasi dari perlakuan tikus dengan rute pemberian oral, im dan sk memiliki durasi yang lebih besar dari durasi rute ip. Jika diurutkan dari waktu onset terlambat – tercepat, urutannya adalah Ip, Sk, ( im dan O).
            Dari keterangan diatas ada beberapa hal yang didapat, yaitu dari perlakuan oral dan im ternyata memiliki hasil sesuai yang diharapkan (efek anastesi cepat dan bertahan lama), sedangkan pada perlakuan ip (efek anastesi lambat dan tidak tahan lama), dan pada perlakuan Sk (efek anastesi cepat dan bertahan kurang lama), maka jika diurutkan berdasarkan sifat anastesi yang paling diharapkan-kurang adalah : O dan im, sk, ip.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang tertera pada brosur Ketamine-hameln solution for injection bahwa seperti dengan agen anestetik umum lainnya, respon individu terhadap injeksi ketamin 50 mg agak bervariasi, tergantung pada rute administrasi, umur pasien, dan seiring menggunakan agen yang lain. Dosis yang direkomendasikan tidak dapat diubah-ubah. Dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien.  Jadi, intravena dengan dosis 20 mg/kg biasanya memproduksi anastesi bedah pada detik ke 30 setelah injeksi dan efek anastesi nya biasanya berakhir pada menit ke 5-10.


Bab V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 
Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut
1.    Pengaruh efek anestesi pada pemberian ketamin lebih efektif dengan cara im dibandingkan ip,sk dan oral terhadap hewan percobaan Tikus.
2.    Ketamin dengan rute im dan oral memiliki rata-rata durasi yang lebih panjang dibandingkanip dan sk.

5.2      Saran
1.    Untuk mendapatkan efek anestesi paling efektif sebaiknya diberikan ketamin dengan rute im dan iv
2.    Sebaiknya waktu pengamatan diperpanjang, dikarenakan hewan uji masih tertidur.
3.    Ketika mengambil sediaan menggunakan sonde, sebaiknya harus lebih teliti, jangan sampai dosis kurang/lebih dan pastikan sudah tidak ada gelembung dalam sonde.

Daftar Pustaka
  1. Anonim, Farmakope Indonesia edisi III. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
  2. Anonim, Famakope Indonesia edisi IV. 1995. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indoesia.
  3. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat – Obat Penting edisi VI. 2006. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
  4. Handoko, T, Suharto, B. Farmakologi dan Terapi edisi IV. 1995. Jakarta : Bag Farmakologi FKUI Jakarta.
  5. Pengantar Praktikum Farmakologi
  6. Brosur Ketamin-hameIn












Link Download File dibawah ini



Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.