I. Tujuan
Percobaan
A. Tujuan
Umum:
1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui cara
penelusuran pustaka untuk mengumpulkan data zat berkhasiat tertentu dan zat
tambahan yang diperlukan sebagai data penunjang dalam penyusunan formulasi
sediaan.
2. Mengetahui langkah-langkah pembuatan
sediaan gel yang baik dan benar.
3. Mengetahui basis gel yang cocok untuk
suatu formulasi gel.
4. Mengamati pengaruh basis gel terhadap
karakteristik fisik dan pelepasan bahan aktif.
B.
Tujuan khusus:
1.
Mahasiswa
mampu membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan krim sebagai obat dengan formula
zat aktif Piroxicamum
2.
Menguji
kestabilan gel dengan menggunakan basis CMC Na dan Tween 80.
II. Latar
Belakang
A. Dasar Teori
Ø Anatomi
dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna
terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kima. Dimana kulit
berfungsi sebagai sistem epitel pada tubuh untuk menjaga kelurnya
substansi-substansi penting dalam tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel
terhadap senyawa kimia namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh
senyawa senyawa kimia namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh
senyawa senyawa obat/bahan yang berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik
/ efek toksik baik yang bersifat setempat/.sistemik (Aiache.1993). Dari suatu
penelitian diketahui bahwa pergerakan air melalui lapisan kulit yang tebal
tergantung pada pertahanan stratum corneum yang berfungsi sebagai ratelimiting
barier pada kulit (Swarbick dan Boylan. 1995) Secara mikroskopis kulit tersusun
dari berbagai lapisan yang berbeda beda dari luar dalam epidermis, lapisan
dermis, subkutan (Aiache.1993)
Ø Definisi Gel
Sediaan semi padat
meliputi salep, pasta, krim dan gel. Sifat umum sediaan ini adalah mampu
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum
sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Gel merupakan system semi padat yang
terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Ansel. 2008). Gel
pada umumnya memilki karakteristik yaitu strukturnya yang kaku. Gel dapat
berupa sediaan yang jernih atau buram, polar atau non polar dan hidroalkoholik
tergantung konstituennya. Gel biasanya terdiri dari gom alami (tragacanth, guar
atau xanthan), bahan semi sintesis ( methylcellulose, carboxymethylcellulose
atau hydroxyethylcellulose ), bahan sintesis ( carbomer ). Viskositas gel pada
umumnya sebanding dengan jumlah dan berat molekul bahan pengental yang
ditambahkan. Gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic
gels. Lipophilic gel (oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari
parafin cair. Polletilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silica koloid
sabun – sabun alumunium atau seng. Sedangkan hydrophilic gels, basisnya terbuat
dari air, gliserol atau propilen glikol yang ditambah dengan gelling agent
seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium, aluminium silikat
(Ansel. 2008) Keuntungan sediaan gel meliputi elastic, kemampuan penyebarannya
pada kulit baik ; daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori ; mudah dicuci
dengan air ; pelepasan obatnya baik.
Ø Kegunaan
Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis besardi bagi menjadi
empat seperti:
1. Gel merupakan suatu sistem yangdapat
diterima untuk pemberian oral,dalam bentuk sediaan yang tepat,atau sebagai
kulit kapsul yang dibuatdari gelatin dan untuk bentuksediaan obat long–acting
yangdiinjeksikan secara intramuskular.
2. Gelling agent biasa digunakan sebagaibahan
pengikat pada granulasi tablet,bahan pelindung koloid padasuspensi, bahan
pengental padasediaan cairan oral, dan basissuppositoria.
3. Pada kosmetik, gel telah
digunakandalam berbagai produk kosmetik,termasuk pada shampo, parfum,pasta
gigi, kulit dan sediaanperawatan rambut.
4.
Gel
dapat digunakan untuk obat yangdiberikan secara topikal (non streril) atau
dimasukkan ke dalam lubangtubuh atau mata (gel steril).
Ø Keuntungan
dan Kekurangan Sediaan Gel
Keuntungan sediaan gel:
a.
Efek pendinginan pada kulit saat digunakan
b.
Penampilan sediaan yang jernih dan elegan
c.
Pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan
film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori
sehingga pernapasan pori tidak terganggu
d.
Mudah dicuci dengan air
e.
Pelepasan obatnya baik
f.
Kemampuan penyebarannya pada kulit baik
Kekurangan sediaan gel
a. Pada hidrogel: harus
menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan
peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai
perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang
ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi
dan harga lebih mahal.
b.
Penggunaan
emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai
kejernihan yang tinggi.
c.
Pada hidroalkoholik: gel dengan kandungan
alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan
yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan
menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah
sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
Ø Sifat
atau Karakteristik Gel
1.
Zat
pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman
dan tidak bereaksi dengankomponen lain
2.
Pemilihan
bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan
tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang
disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan
topikal.
3.
Karakteristik
gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
4.
Penggunaan bahan pembentuk gel yang
konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit
untuk dikeluarkan atau digunakan.
5.
Gel
dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel
terjadi setelah
pemanasan hingga suhu tertentu.
6.
Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
Sifat dan karakteristik gel adalah
sebagaiberikut (Disperse system):
a.
Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang
dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
b.
Sinersis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di
dalam massa
gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada
waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa
gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi
akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel.
Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan
jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan.Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
d. Efek
suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk
melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan
hingga suhu tertentu.
Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang
dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk
gel.
e.
Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan
berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan
koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan. Gel yang tidak terlalu
hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel
dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser.
Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya
sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan
parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
f.
Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin, agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk solemn jadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan
atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
g.
Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi
padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan
menunjukkan jalan aliran non-Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan
laju aliran.
Ø Komponen
Gel
a.
Gelling Agents
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur
berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk
dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem
tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam
cairan nonpolar.
Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku
sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang
tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel
yang jernih didalam sistem yang mengandung sampai15% minyak mineral.
Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :
1. Polimer
(gel organik)
1.1.
Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik, meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan
netral. Sistem
cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet dengan konsentrasi yang
cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat
anionik sehingga penggunaannya harus dihindari. Beberapa contoh gum alam:
Ø Natrium alginat: 1,5-2% digunakan sebagai
lubrikan, dan 5-10% digunakan sebagai pembawa.
Ø Karagenan: Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa
yang cenderung getas, merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota
bersifat elastis dan tetap jernih dengan keberadaan ion K.
Ø Tragakan: Digunakan sebanyak 2-3% sebagai lubrikan, dan
5% sebagai pembawa. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7,
rentan terhadap degradasi oleh mikroba.
Ø Pektin: Merupakan
gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol sebagai
pendispersi dan humektan. Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat.
1.2.Derivat
selulosa:
Sifat fisik dari
selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. Derivat selulosa rentan terhadap
degradasi enzimatik sehingga harus dicegah
adanya kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan
pengawet dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi
oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme.
Sering digunakan
karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil, resisten
terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat
pada kulit ketika kering. Misalnya MC, NaCMC, dan HPMC
1.3. Polimer
sintetis (karbomer
=karbopol)
Karbomer merupakan
gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. Viskositas
disperse karbomer dapat menurun dengan adanya ion-ion. Merupakan gelling agent yang
kuat, maka hanya diperlukan dalam konsentrasi kecil.
2.
Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan
gel yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan atau film yang tahan air
pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak
pada suhu tinggi (di atas 80oC) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan
kristal yang merupakan pembentukan matriks.
3.
Koloid padat terdispersi
Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gallant dengan
cara pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel. Konsentrasi
rendah dibutuhkan untuk cairan non-polar. Untuk cairan polar diperlukan
konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel.
4.
Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara
minyak mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik.
Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi.
5.
Gellants lain
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media non-polar
seperti beeswax, carnauba wax, dan setil ester wax.
6.
Polivinil alkohol
Digunakan ntuk
membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat
dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit.
7.
Clays (gel anorganik)
Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga
tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium
oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas.
b.
Bahan Tambahan
1.
Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba,
tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba.
Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent, adalah sebagai berikut:
Ø Tragakan: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v
dengan propilhidroksi benzoat
0,05 % w/v
Ø Na alginate: metil hidroksi benzoat 0,1-
0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v
atau asam benzoat 0,2 % w/v
Ø Pektin: asam benzoat 0,2 %w/v
atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol
0,1-0,2 % w/v
Ø Starch glyserin: metal hidroksi benzoat
0,1-0,2 %w/v atau asam benzoat 0,2% w/v
Ø MC: fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v
atau benzalkonium klorida 0,02%w/v
Ø Na CMC: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v
dengan propel hidroksi benzoat
0,02 % w/v
Ø Polivinil alkohol: klorheksi dinasetat
0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung
air. Biasanya digunakan pelarut air yang mengandung metal paraben 0,075% dan propil paraben
0,025% sebagai pengawet.
2.
Penambahan Bahan higroskopis
Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya
gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20%.
3.
Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitif terhadap logam berat. Contohnya EDTA.
B.
Prinsip
Gel mempunyai mekanisme pembentukan sebagai berikut,
apabila senyawa polimer atau makromolekul (struktur kompleks) yang bersifat hidrofil atau hidrokoloid
didispersikan kedalam air maka akan mengembang.
Gel terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada
menggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai
ini akan saling bertaut. Kemudian terjadi proses hidrasi molekul air melalui pembentukan
ikatan hydrogen, dimana molekul-molekul dari medium pendispersi cair akan terperangkap
dalam lubang-lubang struktur molekul kompleks tersebut sehingga membentuk suatu
struktur padatan. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang
semi-padat dengan struktur gel.
Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel
non-elastis. Gel elastis, dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan
kembali ke bentuk semula ketika gaya yang ada ditiadakan. Sedangkan gel
non-elastis,tidak dapat berubah ketika di beri gaya.
Adapun beberapa
sifat gel yang penting adalah sebagai
berikut:
a.
Hidrasi
Gel elastis yang terdehidrasi dapat
diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel
non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali kebentuk awalnya.
b.
Menggembung
Gel elastis yang terdehidrasi
sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan kedalam zat cair. Akibatnya volume gel bertambah atau menggembung.
c.
Sinersis
Gel anorganik akan mengerut jika
dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut sinersis.
d.
Tiksotropi
Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol
cair apabila diberi agitasi (diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.
Gel dapat
berupa koloid lipofil yang setengah kaku. Gel terjadi jika medium
pendispersi diabsorbsi oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak
padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika
dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.
Gel merupakan campuran koloidal antara fase padat dan cair. Penampilan gel seperti
zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu
tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat,
kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti
benda padat.
Dalam pembuatan gel, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penentuan formulasinya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Penampilan gel: transparan atau berbentuk
suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang
cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
2.
Inkompatibilitas
dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat
aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik
(terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
3.
Gelling
agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
4.
Penggunaan
polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan
terhadap mikroba.
5.
Viskositas
sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat
soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat
penggunaan topikal.
6.
Pemilihan
komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat
disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7.
Konsentrasi
polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi
penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang
diatas permukaan gel).
8.
Pelarut
yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar
pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan
rusak.
C.
Zat Aktif
1)
Penggunaan:
Osteoartritis, kelainan muskuloskeletal akut atau setelah traumatik
(terpukul, terbentur, teriris, dll) termasuk tendinitis (radang urat),
tenosinovitis, periartritis, otot tegang, keseleo, dan nyeri pinggang.
2)
Farmakologi:
Aktifitas kerja piroksikam
melalui interaksi beberapa tahap respon imun dan inflamasi, antara lain penghambatan
enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglandin, penghambatan agregasi
netrofil dalam pembuluh darah, dan penghambatan migrasi polimorfonuklear (PMR) dan monosit ke daerah
inflamasi.
3)
Dosis:
Oleskan tipis-tipis pada
bagian yang sakit 3-4 kali sehari.
III. Preformulasi
dan Permasalahan Farmasetik
A. Preformulasi
Zat Aktif
1. Piroxicamum
Nama Zat Aktif
|
Piroxicamum
|
Literatur
|
Sinonim
|
Piroksikam
|
FI IV hal 683
|
Berat Molekul
|
331,35
|
FI IV hal 683
|
Struktur
|
|
FI IV hal 683
|
Rumus Molekul
|
C15H13N3O4S
|
FI IV hal 683
|
Pemerian
|
Serbuk,
hampir putih atau coklat terang atau kuning terang; tidak berbau. Bentuk
monohidrat berwarna kuning
|
FI IV hal 683
|
Kelarutan
|
Sangat
sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut
organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air
|
FI IV hal 683
|
Khasiat
|
Analgetik & Antiinflamasi 0.5%
|
FI IV hal 683
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya
|
FI IV hal 683
|
B. Preformulasi
zat tambahan
1. CMC
Na
Nama Zat Aktif
|
CMC Na
|
Literatur
|
|||
Sinonim
|
Carboxymethylcellulose
sodium
|
FI IV hal 175
|
|||
Berat Molekul
|
90000-700000
|
FI IV hal 175
|
|||
Struktur
|
|
FI IV hal 175
|
|||
Rumus Molekul
|
-
|
|
|||
Pemerian
|
Serbuk
atau granul, putih sampai krem, higroskopis
|
FI IV hal 175
|
|||
Kelarutan
|
Mudah
terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam etanol,
eter, dan pelarut organik lain
|
FI IV hal 175
|
|||
Khasiat
|
-
Emulsifying agent 0,25%-1.0%
-
Gel-forming agent 4,0%-6.0%
-
Binding agent 1%-6%solution or solid as required
|
Pharmaceutical Excepients Hal 48
|
|||
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup rapat
|
FI IV hal 175
|
2. Tween
80
Nama Zat Aktif
|
Tween 80
|
Literatur
|
Sinonim
|
Polyoxyethyllene
sorbitan monooleate
|
FI IV hal 687
|
Berat Molekul
|
1310
|
Pharmaceutical Excipients ed 2 Hal 375
|
Struktur
|
|
FI IV hal 687
|
Rumus Molekul
|
C64H124O26
|
Pharmaceutical Excipients ed 2 Hal 375
|
Pemerian
|
Cairan
seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau
khas lemah, rasa pahit dan hangat
|
FI IV hal 687
|
Kelarutan
|
Sangat
mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna, larut
dalam etanol, dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak mineral
|
FI IV hal 687
|
Khasiat
|
Emulsifying agent
-
Used alone in oil-in-water emulsions 1-15%
-
Used in combination with hydrophhilic emulsifers in o/w emulsions 1-10%
-
Used to increase the water holding properties of ointments 1-10%
-
Solubiling agent 1-10%
-
Wetting agent 0.1-3%
|
Pharmaceutical Excipients ed 2 Hal 375
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan kering
|
FI IV hal 687
|
3.
Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang
dapat di minum. Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses
destilasi (penyulingan) air ledeng. Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut
pada sediaan farmasi non parenteral.
Nama
Zat Aktif
|
Aqua Destillata
|
Literatur
|
Sinonim
|
Air Suling
|
FI
III hal.96
|
Berat Molekul
|
18,02
|
FI
III hal.96
|
Rumus Molekul
|
H2O
|
FI
III hal.96
|
Pemerian
|
Cairan jernih; tidak
berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
|
FI
III hal.96
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik
|
FI
III hal.96
|
4. Methylis
Parabenum
Metil
paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C₈H₈O₃ dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Nama Zat Aktif
|
Methylis Parabenum
|
Literatur
|
Sinonim
|
Metil Paraben
|
FI IV hal.551
|
BeratMolekul
|
152,15
|
Pharmaceutical
Excepients ed 2 Hal 310
|
Struktur
|
|
FI IV hal.551
|
Rumus Molekul
|
Metil p-hidroksilbenzoat
C₈H₈O₃
|
Pharmaceutical
Excepients ed 2 Hal 310
|
Pemerian
|
Hablur kecil, tidak
berwarna atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau berbau khas lemah;
mempunyai sedikit rasa terbakar.
|
FI IV hal.551
|
Kelarutan
|
Sukar larut dalam air,
dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanoldan
dalam eter.
|
FI IV hal.551
|
Khasiat
|
-
IM.IV.SC Injections 0.065-0.25%
-
Opthalmic preparations 0.015-0.05
-
Oral Solutions and suspensions 0.015-0.2%
-
Topical preparation 0.02-0.3%
-
Vaginal Preparation 0.1-0.18%
|
Pharmaceutical
Excepients ed 2 Hal 310
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik
|
FI IV hal.551
|
C. Permasalahan Farmasetik
Piroksikam merupakan bahan yang sangat
sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut
organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.
Sedangkan dalam massa gel yang dibuatn banyak mengandung
air. Sehingga salah satu basis gel yang digunakan yaitu CMC Na. Hal ini dikarenakan sebagai
pengental, CMC Na mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam
struktur gel yang dibentuk oleh CMC
Na.
IV. Metode
A.
Formula
R/ Piroksikam 0,5%
CMC Na 6 %
Tween 80 5%
Nipagin 0,17 %
Aquadest ad 20
B.
Perhitungan
Untuk
pembuatan 10 tube Gel Piroksikam @20 gram
Ø Zat Aktif (Martindale, 1982)
1.
Piroksikam
= 0,5% x 20
= 0,1 g x 10 = 1 gr
Ø Zat Tambahan
(Martindale, 1982)
1.
CMC Na = 6% x 20
= 1,2g x 10 = 12 gr
Air untuk CMC Na = 10 x
CMC Na = 10 x 1,2
= 12 ml x 10 = 120 ml
2.
Tween 80 = 5% x 20
= 1 g x 10 = 10 gr
Air untuk Tween 80 = 1 x
Tween 80 = 1 x 1 = 1 g = 1 ml
= 1 ml x 10 = 10 ml
3.
Nipagin = 0,17% x 20 = 0,034 gr
= 0,034 g x 10 = 0,34 gr
4.
Aquadest = 20 – (0,1 + 1,2 + 12 + 1
+1 +0,034)
= 20 – 15,64 = 4,36 g = 4,36 ml
= 4,36 ml x 10 = 43,6 ml ~ 44 ml
C. Penimbangan
1.
Piroksikam =
10 gram
2.
CMC Na = 12 gram
Air untuk CMC Na = 120 ml
3.
Tween 80 = 10 gram
Air untuk Tween 80
= 10 ml
4.
Nipagin = 0,34 gram
5.
Aquadest = 44 ml
D.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan:
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
Mortir dan Stemper
|
1 pasang
|
2
|
Pinset
|
1 buah
|
3
|
Pot plastik
|
2
buah
|
4
|
Pipet
tetes
|
3 buah
|
5
|
Sudip
|
2 buah
|
6
|
Pot gel
|
5 buah
|
7
|
Spatel
|
1 buah
|
8
|
Sendok tanduk
|
1 buah
|
9
|
Cawan Uap
|
2 buah
|
10
|
Gelas Ukur 100 ml
|
1 buah
|
11
|
Gelas ukur 25 ml
|
1 buah
|
12
|
Timbangan
|
1 pasang
|
13
|
Anak timbangan
|
1 paket
|
14
|
Kertas perkamen
|
25
lembar
|
15
|
Penangas air
|
1 buah
|
16
|
Beaker glass
|
1 buah
|
17
|
Batang pengaduk
|
1 buah
|
Bahan yang
digunakan:
No.
|
Bahan
|
Spesifikasi
|
khasiat
|
Jumlah
|
1
|
Piroksikam
|
Serbuk,
hampir putih atau coklat terang atau kuning terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat
berwarna kuning
|
Analgetik- Antiinflamasi 0.5%
|
10 g
|
2
|
CMC Na
|
Serbuk
atau granul, putih sampai krem, higroskopis
|
Emulsifying agent 0,25%-1.0%
|
120 g
|
3
|
Tween 80
|
Cairan seperti minyak,
jernih berwarna kuning muda hingga
coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat
|
Emulsifying agent
Used alone in oil-in-water emulsions 1-15%
|
100 ml
|
4
|
Nipagin
|
Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah
|
Topical preparation 0.02-0.3%
|
0,34 g
|
5
|
Aquadest
|
Cairan jernih, diperoleh melalui proses
destilasi
|
Pelarut
|
44 ml
|
E.
Prosedur Pembuatan
1.
Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2.
Siapkan air panas sesuai jumlah yang
dibutuhkan.
3.
Taburkan
CMC Na diatas air panas dalam beaker glass
kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk,
lalu leburkan diatas water bath.
4.
Buat
larutan tween 80 dalam air hangat.
5.
Masukan
campuran no. 4
ke dalam
beaker glass yang berisi CMC Na, lalu diaduk.
6.
Gerus
nipagin ad halus, tambahkan air panas sebagian gerus ad larut.
7.
Masukan
campuran no. 6
kedalam beaker glass yang sama aduk ad
homogen. Tambahkan sisa air panas, aduk ad terbentuk massa gel. (massa 1)
8.
Gerus
piroksikam ad halus, tambahkan massa 1 sedikit demi sedikit gerus ad homogen.
9.
Masukkan
kedalam pot gel @20 gram, beri etiket dan
masukkan ke dalam wadah sekunder.
10. Lakukan evaluasi.
F.
Evaluasi
No
|
Evaluasi dan Prosedur Evaluasi
|
1.
|
Pengamatan
organoleptis
Evaluasi organoleptis dilakukan dengan
menggunakan
panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, dan konsistensi. Adapun hasil
pengamatan organoleptis dari sediaan yang kami buat adalah sebagai berikut:
Bentuk : semi solid
Warna : putih
Bau :
tidak berbau
Konsistensi :
halus dan homogen
|
2.
|
Uji Stabilitas Fisik
Stabilitas
dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas
yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat.
(Dirjen POM,1995).
Tujuan
pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat
yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun
sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai
dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu
dicantumkan dalam label (Lachman, 1994).
Ketidakstabilan
formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan
tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya
dapat dipastikan melalui analisis kimia.
Uji
stabilitas fisik dilakukan untuk mengamati pemisahan fase air dan fase minyak dalam sediaan selama penyimpanan 1, 2,
3, 4, 5 dan 10 hari dan untuk mengamati pertumbuhan mikroorganisme pada
permukaan sediaan krim setelah penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 10 hari.
Adapun
hasil uji stabilitas fisikdalam berbagai suhu dari sediaan yang kami buat
adalah sebagai berikut:
Suhu sejuk 80-150 : stabil
Suhu kamar 150-300 : stabil
Suhu panas
>400 : stabil
|
|
pH
Derajat keasaman (pH) suatu larutan
dapat ditentukan menggunakan indikator universal. Indikator universal yang kami gunakan
adalah Indikator Kertas (Indikator Stick) , Indikator kertas berupa kertas
serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta
warna.
Penggunaannya sangat sederhana,
sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya.
Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
Adapun hasil uji pH dari sediaan yang kami buat
adalah netral
dengan pH 7.
|
V.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan dan evaluasi
sediaan gel dengan menggunakan bahan aktif piroksikam yang merupakan salah satu
AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat enolat. AINS mampu menghambat
sintesis mediator nyeri prostaglandin dan sangat bermanfaat sebagain anti
nyeri. Adapun alasan dibuat dalam bentuk sediaan gel adalah untuk memberikan
suasana dingin pada saat pemakaian secara topikal. Gel, kadang- kadang disebut
jeli dan merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel organik yang kecil atau molekul organik yang besar, yang
terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase. Pada pembuatan
sedian gel ini digunakan bahan aktif piroksikam yang berupa serbuk, hampir
putih atau coklat terang atau kuning terang , tidak berbau dan berbentuk
monohidrat berwarna kuning. Kelarutan piroksikam sangat sukar larut dalam air,
dalam asam encer dan sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol
dan dalam larutan alkali yang mengandung air.
Adapun massa gel yang kami buat terdiri
dari campuran CMC Na dan tween 80. Karena kami menggunakan air yang cukup
banyak dan pada sediaan gel banyak mengandung air yang dapat menjadi medium
tumbuhnya mikroba, maka kami menambahkan bahan pengawet berupa metil pareben dengan kadar 0,17%.
Alasan kami menggunakan CMC Na sebagai salah satu basis dalam pebuatan
massa gel karena piroksikam sangat
sukar larut dalam air. Sebagai pengental, CMC Na mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam
struktur gel yang dibentuk oleh CMC
Na.
Prinsip yang kami gunakan dalam pembuatan gel adalah berdasarkan pembentukan suatu massa gel yang
apabila senyawa polimer atau makromolekul (struktur kompleks) yang bersifat hidrofil atau hidrokoloid
didispersikan kedalam air maka akan mengembang.
Proses pembuatan gel dimulai dengan menaburkan CMC Na diatas air panas dalam beaker glass kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk, lalu leburkan diatas water
bath.
Kemudian larutkan tween 80 dengan air hangat, kemudian masukkan larutan tween
80 tersebut ke dalam beaker glass yang berisi CMC Na, lalu diaduk.
Lalu larutkan metil paraben dengan air panas qs,
kemudian larutannya juga dimasukkan ke dalam beaker glass yang sama, aduk.
Masukkan sisa air panas ke dalam beaker glass, kemudian diaduk ad terbentuk
massa gel yang sesuai. Setelah itu piroksikam digerus ad
halus. Kemudian tambahkan basis gel sedikit demi sedikit,
gerus ad homogen. Setelah dikemas, kemudian gel akan diuji atau dievaluasi.
Evaluasi yang kami lakukan meliputi pengamatan organoleptis, uji
stabilitas fisik dan pH. Pada pengamatan organoleptik, sediaan memiliki bentuk
semi solid yang berwarna putih dan juga tidak berbau dengan konsistensi yang
halus dan homogen. Setelah dilakukan uji stabilitas fisik, krim ini memiliki
stabilitas fisik yang cukup baik. Krim akan tetap stabil atau tetap
konsistensinya pada suhu sejuk, suhu kamar ataupun suhu panas. Pada penentuan pHnya,
krim ini termasuk ke dalam golongan netral
dengan pH 7.
VI.
Etiket
1.
Bagian dus gel piroksikam
20 gram
2.
Brosur Diprosone-OV
Cream 10 gram
a.
Tampak depan:
b.
Tampak belakang:
3.
Etiket tube Diprosone-OV Cream 10 gram
VII. Kesimpulan dan Saran
a.
Kesimpulan
Formula yang kami gunakan untuk membuat Gel Piroksikam 20 gram adalah sebagai
berikut:
No.
|
Bahan
|
Jumlah
(untuk 1 pot gel)
|
Jumlah
(untuk 10 pot gel)
|
1
|
Piroksikam
|
0,1 gr
|
10 gr
|
2
|
CMC Na
Air untuk CMC Na
|
1,2 gr
12 ml
|
12 gr
120 ml
|
3
|
Tween 80
Air untuk Tween 80
|
1 gr
1 ml
|
10 gr
10 ml
|
4
|
Nipagin
|
0,034 gr
|
0,34 gr
|
5
|
Aquadest
|
4,36 ml
|
44 ml
|
Selain itu, kesimpulan dari evaluasi yang kami lakukan adalah sebagai
berikut:
No.
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1
|
Pengamatan organoleptis
|
Bentuk :
semi solid
Warna :
putih
Bau :
tidak berbau
Konsistensi :
halus dan homogen
|
2
|
Uji stabilitas fisik
|
Suhu sejuk : stabil
Suhu kamar :
stabil
Suhu panas :
stabil
|
3
|
PH
|
Netral (pH 7)
|
b. Saran
Apabila ingin membuat sediaan semi
padat salah satunya gel, harus mengetahui terlebih dahulu basis gel yang cocok
dengan zat aktif gel tersebut. Dan berhati- hati lah dalam melakukan pembuatan
gel kita harus memperhatikan prosedur pembuatan.
VIII.
Daftar Pustaka
a.
Ditjen
POM Depkes RI.
1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
b.
Ditjen
POM Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
c.
Anief,
M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
d. Anonim. 2012. Informasi
Spesialite Obat (ISO). Volume 47. Jakarta: ISFI
e. Lachman, Leon. 1994. Teori
dan Praktek Farmasi Industri edisi III,
Jakarta: UI Press
f. Ansel,
Haward C. 1989. Pengantar
Buku Sediaan Farmasi edisi IV. Jakarta:
UI Press
g. Sartono. 1996. Obat-obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
h. Reynold, James EF, Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight edition. The pharmaceutical press :
London, 1982.
i.
Wade Ainley, J weller Paul , Handbook of Pharmaceutical Excepients
second edition. The pharmaceutical press : London,
1994
KATA PENUTUP
Demikian laporan praktikum
pembuatan Gel Piroksikam. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan ikut berpartisipasi dalam praktikum. Kami sadar dalam pembuatan
laporan ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu kami mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan. Mohon
kritik dan saran dari para pembaca untuk menuju kesempurnaan.
Penyusun
Link Download File dibawah ini