Kamis, 02 November 2017

LAPORAN GEL PIROXICAM



I.    Tujuan Percobaan
A. Tujuan Umum:
1.   Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui cara penelusuran pustaka untuk mengumpulkan data zat berkhasiat tertentu dan zat tambahan yang diperlukan sebagai data penunjang dalam penyusunan formulasi sediaan.
2.   Mengetahui langkah-langkah pembuatan sediaan gel yang baik dan benar.
3.   Mengetahui basis gel yang cocok untuk suatu formulasi gel.
4.   Mengamati pengaruh basis gel terhadap karakteristik fisik dan pelepasan bahan aktif.

B.  Tujuan khusus:
1.   Mahasiswa mampu membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan krim sebagai obat dengan formula zat aktif  Piroxicamum
2.   Menguji kestabilan gel dengan menggunakan basis CMC Na dan Tween 80.

II. Latar Belakang
A.  Dasar Teori
Ø  Anatomi dan Fisiologi Kulit
            Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kima. Dimana kulit berfungsi sebagai sistem epitel pada tubuh untuk menjaga kelurnya substansi-substansi penting dalam tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa kimia namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa senyawa kimia namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa senyawa obat/bahan yang berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik / efek toksik baik yang bersifat setempat/.sistemik (Aiache.1993). Dari suatu penelitian diketahui bahwa pergerakan air melalui lapisan kulit yang tebal tergantung pada pertahanan stratum corneum yang berfungsi sebagai ratelimiting barier pada kulit (Swarbick dan Boylan. 1995) Secara mikroskopis kulit tersusun dari berbagai lapisan yang berbeda beda dari luar dalam epidermis, lapisan dermis, subkutan (Aiache.1993)


Ø  Definisi Gel
Sediaan semi padat meliputi salep, pasta, krim dan gel. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Gel merupakan system semi padat yang terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Ansel. 2008). Gel pada umumnya memilki karakteristik yaitu strukturnya yang kaku. Gel dapat berupa sediaan yang jernih atau buram, polar atau non polar dan hidroalkoholik tergantung konstituennya. Gel biasanya terdiri dari gom alami (tragacanth, guar atau xanthan), bahan semi sintesis ( methylcellulose, carboxymethylcellulose atau hydroxyethylcellulose ), bahan sintesis ( carbomer ). Viskositas gel pada umumnya sebanding dengan jumlah dan berat molekul bahan pengental yang ditambahkan. Gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic gels. Lipophilic gel (oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari parafin cair. Polletilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silica koloid sabun – sabun alumunium atau seng. Sedangkan hydrophilic gels, basisnya terbuat dari air, gliserol atau propilen glikol yang ditambah dengan gelling agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium, aluminium silikat (Ansel. 2008) Keuntungan sediaan gel meliputi elastic, kemampuan penyebarannya pada kulit baik ; daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori ; mudah dicuci dengan air ; pelepasan obatnya baik.


Ø  Kegunaan Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis besardi bagi menjadi empat seperti:
1.    Gel merupakan suatu sistem yangdapat diterima untuk pemberian oral,dalam bentuk sediaan yang tepat,atau sebagai kulit kapsul yang dibuatdari gelatin dan untuk bentuksediaan obat long–acting yangdiinjeksikan secara intramuskular.
2.    Gelling agent biasa digunakan sebagaibahan pengikat pada granulasi tablet,bahan pelindung koloid padasuspensi, bahan pengental padasediaan cairan oral, dan basissuppositoria.
3.    Pada kosmetik, gel telah digunakandalam berbagai produk kosmetik,termasuk pada shampo, parfum,pasta gigi, kulit dan sediaanperawatan rambut.
4.    Gel dapat digunakan untuk obat yangdiberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubangtubuh atau mata (gel steril).

Ø  Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel
Keuntungan sediaan gel:
a.    Efek pendinginan pada kulit saat digunakan
b.    Penampilan sediaan yang jernih dan elegan
c.    Pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu
d.    Mudah dicuci dengan air
e.    Pelepasan obatnya baik
f.     Kemampuan penyebarannya pada kulit baik
Kekurangan sediaan gel
a.    Pada hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
b.    Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
c.    Pada hidroalkoholik: gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

Ø  Sifat atau Karakteristik Gel
1.    Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengankomponen lain
2.    Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
3.    Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
4.    Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
5.    Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.
6.    Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

Sifat dan karakteristik gel adalah sebagaiberikut (Disperse system):
a.    Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

b.   Sinersis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel.
Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan.Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
d.      Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.
Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel.

e.    Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan. Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser.
Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

f.     Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin, agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk solemn jadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

g.    Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non-Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

Ø  Komponen Gel
a.    Gelling Agents
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar.
Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih didalam sistem yang mengandung sampai15% minyak mineral.
Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :
1.    Polimer (gel organik)
1.1.   Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik, meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral. Sistem cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat anionik sehingga penggunaannya harus dihindari. Beberapa contoh gum alam:
Ø Natrium alginat: 1,5-2% digunakan sebagai lubrikan, dan 5-10% digunakan sebagai pembawa.
Ø Karagenan: Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang cenderung getas, merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap jernih dengan keberadaan ion K.
Ø Tragakan: Digunakan sebanyak 2-3% sebagai lubrikan, dan 5% sebagai pembawa. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7, rentan terhadap degradasi oleh mikroba.
Ø Pektin: Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan. Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

1.2.Derivat selulosa:
Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus dicegah adanya kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme.
Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil, resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, NaCMC, dan HPMC

1.3.   Polimer sintetis (karbomer =karbopol)
Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. Viskositas disperse karbomer dapat menurun dengan adanya ion-ion. Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam konsentrasi kecil.

2.    Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan atau film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 80oC) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks.

3.    Koloid padat terdispersi
Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gallant dengan cara pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel. Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan non-polar. Untuk cairan polar diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel.

4.    Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi.

5.    Gellants lain
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media non-polar seperti beeswax, carnauba wax, dan setil ester wax.

6.    Polivinil alkohol
Digunakan ntuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit.

7.    Clays (gel anorganik)
Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas.

b.   Bahan Tambahan
1.    Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent, adalah sebagai berikut:
Ø Tragakan: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dengan propilhidroksi benzoat 0,05 % w/v
Ø Na alginate: metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
Ø Pektin: asam benzoat 0,2 %w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v
Ø Starch glyserin: metal hidroksi benzoat 0,1-0,2 %w/v atau asam benzoat 0,2% w/v
Ø MC: fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02%w/v
Ø Na CMC: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dengan propel hidroksi benzoat 0,02 % w/v
Ø Polivinil alkohol: klorheksi dinasetat 0,02 %  w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunakan pelarut air yang mengandung metal paraben 0,075% dan propil paraben 0,025% sebagai pengawet.

2.    Penambahan Bahan higroskopis
Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20%.

3.    Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitif  terhadap logam berat. Contohnya EDTA.

B.  Prinsip
Gel mempunyai mekanisme pembentukan sebagai berikut, apabila senyawa polimer atau makromolekul (struktur kompleks) yang bersifat hidrofil atau hidrokoloid didispersikan kedalam air maka akan mengembang.
Gel terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada menggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini akan saling bertaut. Kemudian terjadi proses hidrasi molekul air melalui pembentukan ikatan hydrogen, dimana molekul-molekul dari medium pendispersi cair akan terperangkap dalam lubang-lubang struktur molekul kompleks tersebut sehingga membentuk suatu struktur padatan. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang semi-padat dengan struktur gel.
Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel non-elastis. Gel elastis, dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula ketika gaya yang ada ditiadakan. Sedangkan gel non-elastis,tidak dapat berubah ketika di beri gaya.

Adapun beberapa sifat gel yang penting adalah sebagai berikut:
a.    Hidrasi
Gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali kebentuk awalnya.

b.   Menggembung
Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan kedalam zat cair. Akibatnya volume gel bertambah atau menggembung.

c.    Sinersis
Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut sinersis.

d.   Tiksotropi
Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi (diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.
Gel dapat berupa koloid lipofil yang setengah kaku. Gel terjadi jika medium pendispersi diabsorbsi oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.
Gel merupakan campuran koloidal antara fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat.
Dalam pembuatan gel, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan formulasinya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1.    Penampilan gel: transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
2.    Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
3.    Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
4.    Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
5.    Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
6.    Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7.    Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel).
8.    Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

C. Zat Aktif
1)   Penggunaan: 
Osteoartritis, kelainan muskuloskeletal akut atau setelah traumatik (terpukul, terbentur, teriris, dll) termasuk tendinitis (radang urat), tenosinovitis, periartritis, otot tegang, keseleo, dan nyeri pinggang.
2)   Farmakologi:
Aktifitas kerja piroksikam melalui interaksi beberapa tahap respon imun dan inflamasi, antara lain penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglandin, penghambatan agregasi netrofil dalam pembuluh darah, dan penghambatan migrasi polimorfonuklear (PMR) dan monosit ke daerah inflamasi.

3)    Dosis:
Oleskan tipis-tipis pada bagian yang sakit 3-4 kali sehari.

III.   Preformulasi dan Permasalahan Farmasetik
A.  Preformulasi Zat Aktif
1.    Piroxicamum
Nama Zat Aktif
Piroxicamum
Literatur
Sinonim
Piroksikam
FI IV hal 683
Berat Molekul
331,35
FI IV hal 683
Struktur
FI IV hal 683
 Rumus Molekul
C15H13N3O4S
FI IV hal 683
Pemerian
Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning
FI IV hal 683
Kelarutan
Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air
FI IV hal 683
Khasiat
Analgetik & Antiinflamasi 0.5%
FI IV hal 683
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
FI IV hal 683





B.     Preformulasi zat tambahan

1. CMC Na
Nama Zat Aktif
CMC Na
Literatur
Sinonim
Carboxymethylcellulose sodium
FI IV hal 175
Berat Molekul
90000-700000
FI IV hal 175
Struktur


http://www.arthrocareent.com/img/img-medium/ac_ent_illustration_cmc_structure.jpg

FI IV hal 175
Rumus Molekul
-

Pemerian
Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis
FI IV hal 175
Kelarutan
Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain
FI IV hal 175
Khasiat
-          Emulsifying agent 0,25%-1.0%
-          Gel-forming agent 4,0%-6.0%
-          Binding agent 1%-6%solution or solid as required
Pharmaceutical Excepients Hal 48
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat
FI IV hal 175

2.    Tween 80
Nama Zat Aktif
Tween 80
Literatur
Sinonim
Polyoxyethyllene sorbitan monooleate
FI IV hal 687
Berat Molekul
1310
Pharmaceutical Excipients ed 2  Hal 375
Struktur
Polysorbate_60.png
FI IV hal 687
Rumus Molekul
C64H124O26
Pharmaceutical Excipients ed 2 Hal 375
Pemerian
Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat
FI IV hal 687
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak mineral
FI IV hal 687
Khasiat
Emulsifying agent
-          Used alone in oil-in-water emulsions 1-15%
-          Used in combination with hydrophhilic emulsifers in o/w emulsions 1-10%
-          Used to increase the water holding properties of ointments 1-10%
-          Solubiling agent 1-10%
-          Wetting agent 0.1-3%
Pharmaceutical Excipients  ed 2 Hal 375
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan kering
FI IV hal 687

3.    Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat di minum. Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses destilasi (penyulingan) air ledeng. Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non parenteral.
Nama Zat Aktif
Aqua Destillata
Literatur
Sinonim
Air Suling
FI III hal.96
Berat Molekul
18,02
FI III hal.96
Rumus Molekul
H2O
FI III hal.96
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
FI III hal.96
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI III hal.96

4.    Methylis Parabenum
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% CHO  dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Nama Zat Aktif
Methylis Parabenum
Literatur
Sinonim
Metil Paraben
FI IV hal.551
BeratMolekul
152,15
Pharmaceutical Excepients ed 2 Hal 310
Struktur
http://dc247.4shared.com/doc/s8KPhi9V/preview_html_6a4f7ba4.gif
FI IV hal.551
Rumus Molekul
Metil p-hidroksilbenzoat
CHO
Pharmaceutical Excepients ed 2 Hal 310
Pemerian
Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
FI IV hal.551
Kelarutan
Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanoldan dalam eter.
FI IV hal.551
Khasiat
-          IM.IV.SC Injections 0.065-0.25%
-          Opthalmic preparations 0.015-0.05
-          Oral Solutions and suspensions 0.015-0.2%
-          Topical preparation 0.02-0.3%
-          Vaginal Preparation 0.1-0.18%
Pharmaceutical Excepients ed 2 Hal 310
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI IV hal.551



C.    Permasalahan Farmasetik

Piroksikam merupakan bahan yang sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.
Sedangkan dalam massa gel yang dibuatn banyak mengandung air. Sehingga salah satu basis gel yang digunakan yaitu CMC Na. Hal ini dikarenakan sebagai pengental, CMC Na mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC Na.

IV. Metode
A.                Formula
R/  Piroksikam             0,5%
CMC Na               6 %
Tween 80              5%
Nipagin                 0,17 %
Aquadest               ad 20

B.                 Perhitungan
Untuk pembuatan 10 tube Gel Piroksikam @20 gram
Ø  Zat Aktif (Martindale, 1982)
1.      Piroksikam                 = 0,5% x 20                                          
                                          = 0,1 g x 10 = 1 gr
Ø Zat Tambahan  (Martindale, 1982)
1.   CMC Na                       = 6% x 20                        
                                      = 1,2g x 10 = 12 gr
Air untuk CMC Na       = 10 x CMC Na = 10 x 1,2          
                                      = 12 ml x 10 = 120 ml
2.   Tween 80                      = 5% x 20
                                      = 1 g x 10 = 10 gr
Air untuk Tween 80      = 1 x Tween 80 = 1 x 1 = 1 g = 1 ml
                                      = 1 ml x 10 = 10 ml
3.   Nipagin                         = 0,17% x 20 = 0,034 gr
                                      = 0,034 g x 10 = 0,34 gr
4.   Aquadest                      = 20 – (0,1 + 1,2 + 12 + 1 +1 +0,034)
                                          = 20 – 15,64 = 4,36 g = 4,36 ml
= 4,36 ml x 10 = 43,6 ml ~ 44 ml

C.    Penimbangan
1.      Piroksikam                   = 10 gram
2.      CMC Na                      = 12 gram
      Air untuk CMC Na     = 120 ml
3.      Tween 80                    = 10 gram
      Air untuk Tween 80    = 10 ml
4.      Nipagin                        = 0,34 gram
5.      Aquadest                     =  44 ml

D.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
No.
Alat
Jumlah
1
Mortir dan Stemper
1 pasang
2
Pinset
1 buah
3
Pot plastik
2 buah
4
Pipet tetes
3 buah
5
Sudip
2 buah
6
Pot gel
5 buah
7
Spatel
1 buah
8
Sendok tanduk
1 buah
9
Cawan Uap
2 buah
10
Gelas Ukur 100 ml
1 buah
11
Gelas ukur 25 ml
1 buah
12
Timbangan
1 pasang
13
Anak timbangan
1 paket
14
Kertas perkamen
25 lembar
15
Penangas air
1 buah
16
Beaker glass
1 buah
17
Batang pengaduk
1 buah

Bahan yang digunakan:

No.
Bahan
Spesifikasi
khasiat
Jumlah
1
Piroksikam
Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning
Analgetik- Antiinflamasi 0.5%
10 g
2
CMC Na
Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis
Emulsifying agent 0,25%-1.0%
120 g
3
Tween 80
Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat
Emulsifying agent
Used alone in oil-in-water emulsions 1-15%

100 ml
4
Nipagin
Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah
Topical preparation 0.02-0.3%

0,34 g
5
Aquadest
Cairan jernih, diperoleh melalui proses destilasi
Pelarut
44 ml


E.  Prosedur Pembuatan
1.         Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.         Siapkan air panas sesuai jumlah yang dibutuhkan.
3.         Taburkan CMC Na diatas air panas dalam beaker glass kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk, lalu leburkan diatas water bath.
4.         Buat larutan tween 80 dalam air hangat.
5.         Masukan campuran no. 4 ke dalam beaker glass yang berisi CMC Na, lalu diaduk.
6.         Gerus nipagin ad halus, tambahkan air panas sebagian gerus ad larut.
7.         Masukan campuran no. 6 kedalam beaker glass yang sama aduk ad homogen. Tambahkan sisa air panas, aduk ad terbentuk massa gel. (massa 1)
8.         Gerus piroksikam ad halus, tambahkan massa 1 sedikit demi sedikit gerus ad homogen.
9.         Masukkan kedalam pot gel @20 gram, beri etiket dan masukkan ke dalam wadah sekunder.
10.     Lakukan evaluasi.

F.   Evaluasi
No
Evaluasi dan Prosedur Evaluasi
1.
Pengamatan organoleptis
Evaluasi organoleptis dilakukan dengan menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, dan konsistensi. Adapun hasil pengamatan organoleptis dari sediaan yang kami buat adalah sebagai berikut:
Bentuk                     : semi solid
Warna                       : putih
Bau                          : tidak berbau
Konsistensi              : halus dan homogen
2.
Uji Stabilitas Fisik
Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995).
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994).
Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.
Uji stabilitas fisik dilakukan untuk mengamati pemisahan fase air dan fase minyak dalam sediaan selama penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 10 hari dan untuk mengamati pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan sediaan krim setelah penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 10 hari.
Adapun hasil uji stabilitas fisikdalam berbagai suhu dari sediaan yang kami buat adalah sebagai berikut:
Suhu sejuk 80-150         : stabil
Suhu kamar 150-300      : stabil
  Suhu panas >400           : stabil

pH
        Derajat keasaman (pH) suatu larutan dapat ditentukan menggunakan indikator universal.  Indikator universal yang kami gunakan adalah Indikator Kertas (Indikator Stick) , Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna.
        Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
        Adapun hasil uji pH dari sediaan yang kami buat adalah netral dengan pH 7.

V.      Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan dan evaluasi sediaan gel dengan menggunakan bahan aktif piroksikam yang merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat enolat. AINS mampu menghambat sintesis mediator nyeri prostaglandin dan sangat bermanfaat sebagain anti nyeri. Adapun alasan dibuat dalam bentuk sediaan gel adalah untuk memberikan suasana dingin pada saat pemakaian secara topikal. Gel, kadang- kadang disebut jeli dan merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik yang kecil atau molekul organik yang besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase. Pada pembuatan sedian gel ini digunakan bahan aktif piroksikam yang berupa serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang , tidak berbau dan berbentuk monohidrat berwarna kuning. Kelarutan piroksikam sangat sukar larut dalam air, dalam asam encer dan sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali yang mengandung air.
Adapun massa gel yang kami buat terdiri dari campuran CMC Na dan tween 80. Karena kami menggunakan air yang cukup banyak dan pada sediaan gel banyak mengandung air yang dapat menjadi medium tumbuhnya mikroba, maka kami menambahkan bahan pengawet berupa metil pareben dengan kadar 0,17%.
Alasan kami menggunakan CMC Na sebagai salah satu basis dalam pebuatan massa gel karena piroksikam sangat sukar larut dalam air. Sebagai pengental, CMC Na mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC Na.
Prinsip yang kami gunakan dalam pembuatan gel adalah berdasarkan pembentukan suatu massa gel yang apabila senyawa polimer atau makromolekul (struktur kompleks) yang bersifat hidrofil atau hidrokoloid didispersikan kedalam air maka akan mengembang.
Proses pembuatan gel dimulai dengan menaburkan CMC Na diatas air panas dalam beaker glass kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk, lalu leburkan diatas water bath. Kemudian larutkan tween 80 dengan air hangat, kemudian masukkan larutan tween 80 tersebut ke dalam beaker glass yang berisi CMC Na, lalu diaduk.
Lalu larutkan metil paraben dengan air panas qs, kemudian larutannya juga dimasukkan ke dalam beaker glass yang sama, aduk. Masukkan sisa air panas ke dalam beaker glass, kemudian diaduk ad terbentuk massa gel yang sesuai. Setelah itu piroksikam digerus ad halus. Kemudian  tambahkan basis gel sedikit demi sedikit, gerus ad homogen. Setelah dikemas, kemudian gel akan diuji atau dievaluasi.
Evaluasi yang kami lakukan meliputi pengamatan organoleptis, uji stabilitas fisik dan pH. Pada pengamatan organoleptik, sediaan memiliki bentuk semi solid yang berwarna putih dan juga tidak berbau dengan konsistensi yang halus dan homogen. Setelah dilakukan uji stabilitas fisik, krim ini memiliki stabilitas fisik yang cukup baik. Krim akan tetap stabil atau tetap konsistensinya pada suhu sejuk, suhu kamar ataupun suhu panas. Pada penentuan pHnya, krim ini termasuk ke dalam golongan netral dengan pH 7.
VI.        Etiket
1.    Bagian dus gel piroksikam 20 gram

2.    Brosur Diprosone-OV Cream 10 gram
a.    Tampak depan:


b.      Tampak belakang:




3.    Etiket tube Diprosone-OV Cream 10 gram

 
VII.  Kesimpulan dan Saran
a.      Kesimpulan
Formula yang kami gunakan untuk membuat Gel Piroksikam 20 gram adalah sebagai berikut:
No.
Bahan
Jumlah
(untuk 1 pot gel)
Jumlah
(untuk 10 pot gel)
1
Piroksikam
0,1 gr
10 gr
2
CMC Na
Air untuk CMC Na
1,2 gr
12 ml
12 gr
120 ml
3
Tween 80
Air untuk Tween 80
1 gr
1 ml
10 gr
10 ml
4
Nipagin
0,034 gr
0,34 gr
5
Aquadest
4,36 ml
44 ml


Selain itu, kesimpulan dari evaluasi yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
No.
Pengamatan
Hasil
1
Pengamatan organoleptis
Bentuk          : semi solid
Warna           : putih
Bau               : tidak berbau
Konsistensi   : halus dan homogen
2
Uji stabilitas fisik
Suhu sejuk    : stabil
Suhu kamar  : stabil
Suhu panas   : stabil
3
PH
Netral (pH 7)

b.      Saran
            Apabila ingin membuat sediaan semi padat salah satunya gel, harus mengetahui terlebih dahulu basis gel yang cocok dengan zat aktif gel tersebut. Dan berhati- hati lah dalam melakukan pembuatan gel kita harus memperhatikan prosedur pembuatan.















VIII.   Daftar Pustaka

a.    Ditjen POM Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
b.    Ditjen POM Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
c.    Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
d.    Anonim. 2012. Informasi Spesialite Obat  (ISO). Volume 47. Jakarta: ISFI
e.    Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi III, Jakarta: UI Press
f.     Ansel, Haward C. 1989. Pengantar Buku Sediaan Farmasi edisi IV. Jakarta: UI Press
g.    Sartono. 1996. Obat-obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
h.    Reynold, James EF, Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight edition. The pharmaceutical press : London, 1982.
i.          Wade Ainley, J weller Paul , Handbook of Pharmaceutical Excepients second edition. The pharmaceutical press : London, 1994













KATA PENUTUP

Demikian laporan praktikum pembuatan Gel Piroksikam. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan ikut berpartisipasi dalam praktikum. Kami sadar dalam pembuatan laporan ini  masih banyak kekurangan, maka dari itu kami mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan. Mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk menuju kesempurnaan. 

Penyusun







Link Download File dibawah ini



TAGS : #LAPORAN, #GEL, #PIROXICAM, #PHARMACY, #TSSSL

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.