Kamis, 02 November 2017

LAPORAN GEL RAMBUT



I.     Tujuan Percobaan
-          Mahasiswa dapat memahami cara pembuatan sediaan farmasi dalam bentuk gel.
-          Menentukan formula dan metode pembuatan serta evaluasi yang tepat dalam pembuatan    gel dengan zat aktif aloe vera.

II.  Latar Belakang
a.      Teori
Gel, kadang-kadang disebut jelly, merupakan sistem semi padat dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah.
 Gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya gel Alumunium hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.
Fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragacanth).
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh.
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa an organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Indonesia hal 315).

1.      Kegunaan Sediaan Gel
Kegunaan gel secara garis besar dibagi menjadi empat seperti :
1)   Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan long acting yang diinjeksikan secara intra muscular.
2)   Gelling agent biasa digunakan sebagai pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada bahan sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
3)   Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.
4)   Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non steril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).


2.      Kekurangan dan Kelebihan Sediaan Gel
Kekurangan :
·         Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkatan kelarutan seperti surfaktan agar gel tersebut tetap jernih.
·         Untuk hidroalkalik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya, matahari, alkohol, akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
Kelebihan :
·         Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian kulit setengah kering meninggalkan film yang tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

3.      Hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi
1)      Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur 3 dimensi.
2)      Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentukan gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
3)      Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
4)      Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
5)      Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
6)      Pemilihan komponen formula yang tidak banyak mengalami perubahan viskositas.
7)      Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat.
8)      Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel.

b.      Zat Aktif
Aloe Vera
·      Keterangan : Aloe adalah getah yang dikeringkan dari daun aloe barbadensis miller (Aloe vera Linne) (Familia Liliaceae), yang dikenal sebagai Aloe Curacao atau dari daun Aloe ferox miller dan hibridanya dengan Aloe africana miller dan aloe spicata baker yang dalam perdagangan dikenal dengan nama Aloe Cape. Kadar ekstrak yang larut dalam air tidak kurang dari 50 %.
·      Pemerian     : bau sedikit asam dan tidak enak, khas.
·      Kelarutan    : tidak larut dalam etanol.

III.             Preformulasi dan Permasalahan
a.        Preformulasi Zat Aktif
1.    Aloe Vera
·      Keterangan             : Aloe adalah getah yang dikeringkan dari daun aloe barbadensis miller(Aloe vera Linne) (Familia Liliaceae), yang dikenal sebagai Aloe Curacao atau dari daun Aloe ferox miller dan hibridanya dengan Aloe africana miller dan aloe spicata baker yang dalam perdagangan dikenal dengan nama Aloe Cape. Kadar ekstrak yang larut dalam air tidak kurang dari 50 % .
·      Pemerian                 : bau sedikit asam dan tidak enak, khas.
·      Kelarutan                : tidak larut dalam etanol
·      Konsentrasi             : 10 %

b.      Preformulasi Zat Tambahan
1.      Carboxymethylcellulosum Natricum = CMC Na
·      Definisi                   : Kerboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5%, natrium (Na) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
·      Pemerian                 : Serbuk atau granul putih sampai krem; higroskopik.
·      Kelarutan                : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain.
·      Kegunaan               : peningkat viskositas.
·      Konsentrasi             : 3 – 6 %
·      Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik.

2.      Tween 80 = Polysorbat 80 (FI III Hal.509)
·      Definisi                   : Adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol.
·      Pemerian                 : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
·      Kelarutan                : Sangat mudah larut dalam ar, larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna; larut dalam etanol, dalam etil asetat; tidak larut dalam minyak mineral.
·      Konsentrasi             : 1 – 15 %
·      Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya; ditempat sejuk dan kering.

3.      Propilenglikol (FI III Hal.534)
·      Pemerian                 : Cairan kental, jernih, tidak berwarna ; tidak berbau ; rasa agak manis ; higroskopis.
·      Kelarutan                : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95 %) P dan dengan kloroform ; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
·      Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik.
·      Khasiat                   : Pelarut.

4.      Methylis Parabenum = Nipagin (FI III Hal.378)
·      Definisi                   : Metilparaben mengandung tidak kurang dari 9,0% dan tidak lebih dari 100,5% C8H8O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
·      Pemerian                 : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
·      Kelarutan                :
·      Kegunaan               : Bahan Pengawet.
·      Konsentrasi             : 0,1 – 0,18 %
·      Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik.

5.      Aquadestillata (FI III Hal.96)
·      Definisi                   : Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
·      Pemerian                 : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
·      Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik.

c.       Permasalahan
1.      Gel yang dibuat mengandung air yang menjadikan gel tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakkan mikroorganisme yang dapat merusak sediaan.
2.      Sediaan terlalu cair karena pada penambahan basis ada yang tidak seimbang dengan bahan lainnya.

d.      PenyelesaianMasalah
1.      Digunakan Nipagin sebagai pengawet, dengan kadar yang ditentukan dapat mempertahankan stabilitas suatu sediaan agar tidak cepat rusak dan juga ditentukan berdasarkan basis gel.
2.      Untuk penambahan basis lebih  baik diambil dengan kadar yang berada  diantara kadar tersebut, tidak mengambil dengan kadar paling besar maupun paling kecil.

IV.    Metoda
a. Formula
1. Aloe Vera 10 %
2. Basis :
R/       CMC Na                     3 %
           Tween 80                    5 %
           Propilenglikol              5 %
           Nipagin                       0,15 %
           Aqua destillata ad       100
           M.f. jelly rambut
           S.U.E
b. Perhitungan dan Penimbangan
v  Untuk 10 kemasan              :
1)  Gentamisin sulfat          :
2) Nipagin                          :
3)   Basis
Setiap 1 wadah beratnya 20 gram, sehingga 10 tube beratnya 200 gram.
v  Berat tiap kandungan basis :
·    CMC Na                                 :
·       Aqua panas untuk CMC         : 20 x 6 gram = 120 ml
·    Tween 80                                :
·    Propilenglikol                          :
·       Aquadestillata                         : 200 – ( 20 + 0,3 + 6 + 120 + 10 + 10 )
: 200 – 166,3 = 33,7 ml
c.     Alat dan Bahan
1.      Mortir dan stamfer
2.      Cawan uap
3.      Waterbath
4.      Kompor
5.      Batang pengaduk
6.      Pipet
7.      Beaker glass
8.      Gelas ukur
9.      Pinset
10.  Wadah gel
11.  Plastik
12.  Perkamen
13.  Timbangan
14.  Anak timbangan
15.  Sudip
16.  Sendok tanduk

d.    Prosedur Pembuatan
1.         Setarakan timbangan, siapkan alat dan bahan obat yang digunakan
2.         Timbang bahan obat
3.         Masukan aqua panas untuk CMC Na dalam cawan, taburi CMC Na di atas waterbath ad tidak ada gumpalan
4.         Masukan aloe vera dan nipagin gerus ad halus
5.         Tambahkan tween 80 dan propilenglikol gerus ad homogen
6.         Masukan sedikit demi sedikit leburan CMC Na dalam mortir gerus ad homogen
7.         Setelah gel jadi, gel dibagi menjadi 10 bagian ( 1 bagian = 20 gram )
8.         Masukkan 5 bagian gel ke dalam wadah gel
9.         Masukkan sisa 5 bagian gel tersebut ke dalam pot plastik untuk diuji


e.     Hasil Evaluasi
1.      Uji Organoleptis
Bentuk
Warna
Bau
Cairan
Putih
Khas aloe vera

2.      Uji Homogenitas
Uji Homogenitas
Keterangan
Tidak ada partikel (homogen)

3.      Uji pH
pH = 7 (bersifat basa)

4.      Uji dengan kertas lakmus

Ø    Bersifat basa: Lakmus merah→biru

5. Uji dengan suhu
Ø     Dengan lemari pendingin : putih, bau khas aloe vera
Ø     Dengan suhu kamar : putih, bau khas aloe vera

V.      PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan jelly rambut dan evaluasinya.
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organikatau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Indonesia hal 315).
Aloe adalah getah yang dikeringkan dari daun aloe barbadensis miller(Aloe vera Linne) (Familia Liliaceae), yang dikenal sebagai Aloe Curacao atau dari daun Aloe ferox miller dan hibridanya dengan Aloe africana miller dan aloe spicata baker yang dalam perdagangan dikenal dengan nama Aloe Cape. Kadar ekstrak yang larut dalam air tidak kurang dari 50 % .
Kerboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5%, natrium (Na) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Serbuk atau granul putih sampai krem; higroskopik. Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain. Suspensing agent, bahan penolong tablet, peningkat viskositas.
Tween 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat. Sangat mudah larut dalam ar, larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna; larut dalam etanol, dalam etil asetat; tidak larut dalam minyak mineral. Konsentrasi 1 – 15 %. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya; ditempat sejuk dan kering.
Propilenglikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna ; tidak berbau ; rasa agak manis ; higroskopis. Dengan kelarutan dapat campur dengan air, dengan etanol (95 %) P dan dengan kloroform ; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak. Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik dengan khasiat sebagai pelarut.
Aquadestillata merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Dapat bercampur dengan pelarut polar. Memiliki kegunaan sebagai pelarut.
Nipagin berbentuk serbuk hablur,putih, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutannya larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dlam 3,5 bagian etanol ( 95%) p dan dalam 3 bagian aseton p : mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida : larut dalam 60 bagian gliserol  p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Dalam praktik, kami melakukan pembuatan sediaan jelly rambut berdasarkan formula yang telah kami buat sebelumnya. Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan, alat yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan jelly rambut ini adalah beaker glass, batang pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan porselen, neraca analitik, alat evaluasi sediaan.
Sedangkan bahan yang dipergunakan adalah aloe vera, CMCNa, tween 80, propilenglikol, aqua destillata, dan nipagin.
Setelah  alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan sesuai dengan perhitungan yang ada, dimana aloe vera ditimbang sebanyak 20 gram, nipagin 0,3 gram. Semua bahan ini ditimbang untuk 10 pembuatan jelly rambut. Sehingga kami menimbang untuk basis gel menjadi: CMC Na 6 gram, aqua panas untuk CMC 120 ml, tween 80 10 gram, propilenglikol 10 gram, dan aquadestillata 33,7 ml.
Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah praktikan membuat basis gel  terlebih dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur dengan beaker glass CMC Na dan aqua panas untuk CMC Na  ad mencair hingga tak ada gumpalan.
Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan jelly rambut. Masukan aloe vera + nipagin gerus ad halus. Tambahkan tween 80 + propilenglikol gerus ad homogen. Masukan sedikit demi sedikit leburan CMC Na gerus ad homogen Tempatkan pada wadah gel yang sesuai menjadi 5 sediaan jelly rambut yang masing-masing sediaan mempunyai berat 20 gram. Dimana sisa sediaan digunakan untuk proses evaluasi disimpan di wadah pot plastik.
Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi organoleptis, homogenitas, keasaman (PH)
Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evaluasi yang dilakukan dengan cara mengamati sediaan gel dilihat dari bentuk, warna, dan bau dari sediaan jelly rambut  yang dibuat tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar  mengetahui sediaan yang dibuat sesuai dengan standar gel yang ada, dalam arti sediaan krim tersebut stabil dan tidak menyimpang dari standar gel.
Evaluasi kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan gel yang baik harus homogen dan bebas dari pertikel- partikel  yang masih menggumpal. Cara kerja pada uji ini yaitu dengan mengoleskan sedikit sediaan gel di kaca objek dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen.
Evaluasi ketiga yaitu uji keasaman (PH) dengan menggunakan indikator PH dengan cara  mencelupkan indikator PH dalam sediaan jelly rambut  dan lihat perubahan warna pada indikator PH yang sudah dicelupkan dan bandingkan warna yang berubah dengan warna PH.
Evaluasi keempat yaitu uji dengan kertas lakmus untuk mengetahui sifat kimia dari jelly rambut.
Evaluasi kelima yaitu uji stabilitas dilakukan dengan cara mendiamkan krim selama 1 hari dalam suatu suhu yang berbeda yaitu:
Ø  Suhu dingin dilakukan menggunakan lemari pendingin
Ø  Suhu kamar
Berdasarakan masing – masing uji diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji organoleptis sediaan jelly rambut yaitu bentuknya cair, bau : khas aloe vera, warna : putih keruh.
Uji homogenitas, hasil yang diperoleh adalah jelly rambut yang dibuat adalah homogen, tidak terdapat partikel yang menggumpal.
Uji keasaman (PH) menggunakan kertas untuk mengukur pH dengan memasukan kertas tersebut ke dalam sediaan gel. Hasil yang diperoleh ialah jelly rambut berpH 7 (basa).
Uji dengan kertas lakmus menghasilkan warna biru pada lakmus merah yang menandakan bahwa jelly rambut bersifat basa.
Uji stabilitas dengan menempatkan sediaan jelly rambut dalam berbagai suhu selama 1 hari. Hasil yang diperoleh:
Ø  Suhu dingin                 :putih keruh, bau khas aloe vera
Ø  Suhu kamar                 :putih keruh, bau khas aloe vera
Pada praktikum pembuatan sediaan jelly rambut  ini menggunakan zat aktif aloe vera yang mana berkhasiat sebagai vitamin rambut. Bahan tambahan lainnya yang digunakan adalah nipagin yang mana berkhasiat sebagai pengawet (anonim, 1979). Untuk mencegah jelly rambut  tidak mudah ditumbuhi jamur ditambah nipagin sebagai pengawet (Moh. Anief, 1998).  Penambahan nipagin yang dianjurkan adalah 0,1% - 0,18% (Moh. Anief, 1998. Hal 112)
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan gel adalah :
1.   Kelarutan
Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah mudah larut, atau sukar larut.
2.   Kestabilan
Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam pembuatan sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut tidak mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam hal pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarut-pelarut tertentu yang digunakan.

VI.   KESIMPULAN
1.    Mahasiswa dapat membuat sediaan jelly rambut dengan menggunakan formula  buatan sendiri.
2.    Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa an organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan
3.    Jelly rambut yang dibuat bentuknya terlalu cair, bau khas aloe vera, warna sediaan putih keruh, jelly rambut tersebut homogen.
4.    Dalam pembuatan jelly rambut harus memperhatikan kestabilan dan kelarutan zat aktif.
5.    Penyimpanan jelly rambut dilakukan dalam wadah tertutup baik atau wadah gel di tempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”.

VII.     DAFTAR PUSTAKA
1.      Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2.      Farmakope Indonesia edisi keempat. 1995. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3.      Howard C. Ansel, Ph.D. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
4.      Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
5.      Handbook of Pharmaceutical Exipients





Link Download File dibawah ini



TAGS : #LAPORAN, #GEL, #RAMBUT, #PHARMACY, #TSSSL

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.