I.
Tujuan Percobaan
·
Mengetahui
formulasi dan prosedur pembuatan Gel Papain
·
Mampu
membuat sediaan gel yang baik dan menentukan hasil evaluasi pada sediaan gel
II.
Latar Belakang
Ø
Teori
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,
gel kadang-kadang disebut jeli, merupakansistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil ataumolekul organik
yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. (Farmakope Indonesia Edisi IVhalaman
7)
Menurut Formularium Nasional, gel
adalah sediaan massa lembek, berupa suspensiyang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan. Jika massa gel terdiri dari gumpalan zarah
kecil, gel digolongkan sebagai sistem dua fase: massanya bersifat toksotrofik,
artinya massa akan mengentak jika dibiarkan dan akan mencair kembali
jikadikocok. Gel demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung banyak
cairan, umumnyaair, gel disebut jelli. Gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa hingga tidak
menunjukan batas antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya.
(Formularium Nasional halaman 315)
Menurut Ansel, gel didefinisikan
sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang
tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang
besar dan saling diresapi cairan. (Ansel halaman 390)
Penggolongan
Gel
Gel digolongkan sebagai sistem 2 fase :
Ø Gel Hidrofobik (oleogel)
Adalah
sediaan dengan basis yang biasanya mengandung parafin cair dengan minyak lemak
membentuk gel atau slika koloidal atau alumunium atau sabung seng.
Ø Gel Hidrofolik
Adalah
sediaan dengan basis yang biasanya mengandung cair, gliserol membentuk gel
dengan (gelling agennt) yang sesuai seperti tragakan, pati derivat selulosa,
polimer, karboksimivil dan magnesium-alumunium.
Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :
1. Keuntungan
sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada
kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian
di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci
dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
2. Kekurangan
sediaan gel
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat
aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat
kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan
temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
harga lebih mahal.
Kegunaan Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis
besar di bagi menjadi empat seperti:
Ø Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima
untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit
kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long–acting yang
diinjeksikan secara intramuskular.
Ø Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan
pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan
pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
Ø Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam
berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan
sediaan perawatan rambut.
Ø Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan
secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata
(gel steril).
Sifat dan Karakteristik Gel
Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan
gel memiliki sifat sebagai berikut:
Ø Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan
farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
Ø Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat
memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera
ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan
dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topical.
Ø Karakteristik gel harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
Ø Penggunaan bahan pembentuk gel yang
konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit
untuk dikeluarkan atau digunakan.
Ø Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga
suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air
yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu
larutan tersebut akan membentuk gel.
Ø Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase
yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
Karakteristik
Sediaan Gel
Sediaan gel umumnya memiliki
karakteristik tertentu, yakni (disperse system, vol 2 hal 497):
Ø Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen
pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan
volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi
interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila
terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang.
Ø Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat
adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan
berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang
elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan
dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel.
Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks
berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis
dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
Ø Efek suhu
Efek
suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin
membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang
disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
Ø Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat
tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara
efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk
menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera
mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena
terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak
larut.
Ø Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik
dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk
sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi
pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau
deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
Ø Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling
agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non–newton yang
dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
Komponen Gel
Untuk kompenen gel di bagi menjadi
dua gelling agents dan bahan tambahan. Disetiap sedian gel harus memilik kedua
komponen seperti yang ada di bawah ini:
Ø Gelling Agent
Sejumlah polimer digunakan dalam
pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari
sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan
karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu
ada yang membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal
dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi
yang tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk
menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak
mineral.
Ø Bahan tambahan
a.
Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten
terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga
membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus
memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
b.
Penambahan bahan
higroskopis
Bertujuan untuk mencegah kehilangan
air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20
%.
c.
Chelating
agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan
zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA.
2. Evaluasi
Sediaan
a.
Organoleptis
Evaluasi
organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur
sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria
tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item),
menghitung prosentase masing-masing kriteria yang di peroleh, pengambilan
keputusan dengan analisa statistik.
b.
Homogenitas
Homogenitas
sediaan gel ditunjukkan dengan tercampurnya bahan-bahan yang digunakan
dalam formula gel, baik bahan aktif maupun bahan
tambahan secara merata. Cara pengujian homogenitas yaitu dengan meletakkan gel
pada objek glass kemudian meratakannya untuk melihat adanya partikel-partikel
kecil yang tidak terdispersi sempurna.
c.
Evaluasi
pH
Evaluasi pH
menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air
yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan
agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang
tertera pada alat pH meter.
d.
Evaluasi
daya sebar
Dengan cara
sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudianbagian
atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebannya, dan di beri rentang
waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap
penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara
teratur).
Ø
Zat Aktif
a.
Penggunaan
Produk
ini mengandung Isothipendyl HCl sebagai zat aktif yang menunjukkan sinergi anti inflamasi dan
pengeringan sehingga dapat meredakan gejala alergi
seperti gatal, urtikaria, dan alergi yang disebabkan karena gigitan serangga
b.
Farmakologi
Papain mengandung potassium benzylglucosinate yang mampu
mengurangi gula darah sekaligus mempercepat penyembuhan luka dan mengandung
sulfur yang berfungsi untuk mengobati penyakit kulit seperti jerawat, kutil,
bekas luka, dan sebagai gel penghilang rambut. Papain telah terbukti
menginaktifkan kinerja insulin. Flindt menyatakan bahwa papain hanya memiliki
efek pada jaringan yang terinfeksi karena jaringan terinfeksi kekurangan anti
protease plasma yang disebut a1-anti tripsin.
Protease plasma a1-anti tripsin hanya terdapat pada
jaringan sehat dan menghambat pencernaan protein. Jaringan yang terinfeksi
tidak mengandung a1-anti tripsin sehingga papain dapat menembus molekul kolagen
yang terdegradasi.
Papain membantu pembersihan jaringan nekrotik sehingga
hasilnya dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan jaringan dan
tidak merusak jaringan yang sehat disekitar.
Menurut dawkins bahwa papain memiliki efek bakterisid dan
bakteriostatik karena ditemukan aktifitas antibakteri pada papain matang dan
tidak matang pada mikroorganisme terpilih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa papain memiliki
aktivitas antibakteri yang menghambat pertumbuhan organisme gram positif dan
gram negative, dan aktivitas yang ditemukan tidak tergabtung pada kematangan
buahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Emeruwa juga menunjukkan aktivitas
antibakteri yang signifikan pada papain tehadap bakteri gram positif dan gram
negative.
c.
Dosis
Konsentrasi papain yang memiliki daya hambat setara
dengan tetrasiklin 3% b/v terhadap Staphylococcus
epidermis dan Propionibacterium acnes.
Gel ekstrak pepaya bermanfaat untuk mencegah bertambah parahnya jerawat, yaitu
mencegah terjadinya infeksi sekunder oleh Staphylococcus
epidermidis.
III.
Preformulasi dan Permasalahan Farmasetika
1.
Preformulasi
Zat Aktif
a.
Zat
aktif
-
Papain ( FI III Hal 720 )
Diperoleh
dari isolasi getah buah hijau dari daun Carica
papaya L.
Pemerian : Serbuk putih atau putih
kelabu, agak higroskopis.
Kelarutan : Tidak larut sempurna
dalam air dan dalam gliserol P,
praktis tidak larut dalam pelarut organik.
Penyimpanan :
Dalam wadah
tertutup rapat.
Kegunaan : Berbagai gangguan pada kulit
Konsentrasi : 3%
b.
Zat
tambahan
-
CMC Na (Carboxymethylcellulosum Natricum) (FI IV Hal
175)
Pemerian :
Serbuk atau
granul putih sampai krem serta higroskopis.
Kelarutan :
Mudah
terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol
dalam eter dan dalam pelarut organik
lain.
pH : antara 6,5
dan 8,5
Stabilitas : larutan stabil pada pH
2-10, pengendapan
terjadi
pada pH dibawah 2, viskositas larutan
berkurang
dengan cepat pada pH diatas 10.
Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada
pH 7-9, bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam.
OTT :
Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam besi, dan
beberapa logam seperti alumunium, merkuri dan zinc dan juga dengan bom xanthan,
pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran etanol 95%.
Khasiat : Gel-forming agent
Kadar : Emulsifying agent 0,25 – 1,0%
Gel-forming agent 4,0 – 6,0%
Injections 0,05
-0,75%
Oral solutions 0,2
– 1,0%
Tablet binder 1,0 – 6,0%
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
-
Tween 80 ( FI IV Hal 687 )
Pemerian :
Cairan
seperti minyak jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda. Bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan :
Sangat mudah
larut dalam air, larutan tidak berbau
dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol. Dalam etil asetat, tidak larut dalam
minyak mineral.
Stabilitas :
Stabil pada
elektrolit asam lemah dan basa berangsur-angsur akan tersaponi fikasi dengan
asam kuat dan basa.
OTT :
Akan berupa
warna 1 mengendap dengan phenol dengan tanin.
Penyimpanan :
Dalam wadah
tertutup baik, dilindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan : Surfactan
Konsentrasi : Zat pengemulsi
·
Digunakan
tunggal pada emulsi o/w 1-15%
·
Digunakan
kombinasi dengan pengemulsi pada emulsi o/w 1-10%
·
Digunakan
untuk meningkatkan kelarutan air pada emulsi 1-10%
Zat penglarut 1-10%
Wetting agent 0,1-3%
-
Aqua Destilata ( FI III Hal 96 )
Rumus molekul :
H2O
Pemerian :
cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak terasa.
Stabilitas : air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk fisik. Dalam wadah yang sesuai. Terhindar dari kontaminasi
partikel pada saat penggunaan.
OTT :
dalam formula, air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainnya yang mudah
terhidrolisis.
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
-
Nipagin (Handbook of Excipients page 310)
Sinonim : Methyl Parabenum
Pemerian :
Serbuk hablur, warna putih, hampir tidak berbau, tidak
berasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan :
Larutan dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)p dan dalam 3 bagian aseton p, mudah
larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan ; bahan pengawet
Kadar : Injection 0,065
– 0,25%
Ophthalmic preparation 0,015 – 0,05%
Oral solution and suspension 0,15 – 0,20%
Topical preparation 0,02 – 0,3%
Vaginal preparation 0,1 – 0,18%
2.
Permasalahan
Farmasetika
-
Zat aktif
pada serbuk papain bersifat agak higroskopik sehingga dapat menyebabkan sediaan
ditumbuhi mikroba.
-
Papain
tidak bisa diberikan tunggal secara langsung untuk memberikan efek terapi yang
nyaman.
-
Penggunaan
gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan viskositas dari gel
meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan sulit dikeluarkan dari
wadahnya.
-
Sediaan
gel papain diberikan secara topical, sehingga harus nyaman untuk dipakai dan
mendukung atau tidak menurunkan efek terapi papain.
-
Temperature
yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan konsistensi dari basis
berubah dan mengalami penguapan sebagian pada solvennya.
3. Penyelesaian
Masalah
-
Menghindari
terjadinya penguraian pada papain maka harus ditutup rapat/menggunakan wadah
tertutup rapat, agar terhindar dari udara yang dapat merusak kualitas papain.
-
Papain
dibuat dalam bentuk sediaan gel dengan penambahan basis dan zat tambahan.
-
Pada
penggunaan gelling agent harus dengan konsentrasi yang rendah.
-
Agar tidak
lengket dan nyaman perlu ditambahkan bahan penghalus atau emollient.
-
Pada
penyimpanan seharusnya pada suhu rendah untuk menghindarkan terjadinya
sineresis.
IV.
Metoda
1.
Formula
2.
Perhitungan
dan Penimbangan
a.
Perhitungan
1)
Zat aktif : Papain 3% x 200 gr =
6
2)
Basis gel à 10 x 20 gr = 200 gr
a)
CMC Na 6% x 200 gr = 12 gr
b)
Tween 80 5% x 200 gr = 10 gr
3)
Aqua Dest untuk mengembangkan CMC Na
10
x Berat CMC Na à 10 x 12 gr = 120
gr ~ 120 ml
4)
Aqua Dest untuk melarutkan Tween 80
1
x 10 = 10 gr ~ 10 ml
5)
Nipagin = 0,17% x 200
= 0,34 = 340 mg
6)
Sisa Aqua = 200 –
(6+12+10+120+10+0,34)
=
41,66 ~ 42 ml
b.
Penimbangan
-
Papain :
6 gr
-
CMC Na : 12 gr
-
Tween 80 :
10 gr
-
Aqua Dest untuk CMC Na :
120 ml
-
Aqua Dest untuk Tween 80 :
340 mg
-
Sisa aqua :
42 ml
3.
Alat dan
Bahan
a.
Alat
-
Mortir dan
stamper
-
Cawan uap
-
Spatel logam
-
Gelas ukur
-
Waterbath
-
Batang
pengaduk kaca
-
Wadah 20 g
-
Pipet
tetes
-
Perkamen
-
Anak
timbangan
-
Alat
evaluasi sediaan
b.
Bahan
-
Papain
-
CMC Na
-
Tween 80
-
Aqua dest.
-
Nipagin
4.
Prosedur
Pembuatan
1.
Menyiapkan
alat dan bahan
2.
Menimbang
bahan sesuai dengan perhitungan
3.
Panaskan
mortir
4.
Masukan
CMC Na ke dalam mortir, tambahkan Aqua hangat 120 ml ke dalam mortir gerus ad
mengembang
5.
Campurkan Tween 80 + Aqua dest hangat 10 ml ke dalam
mortir sedikit demi sedikit gerus ada halus dan homogen ( M1)
6.
Masukan
Papain + Nipagin ke dalam mortir gerus
ad halus kemudian tambahkan M1 gerus ad halus dan homogen
7.
Tambahkan
sisa aqua dest 42 ml gerus ad halus dan homogen
8.
Dilakukan
penimbangan sediaan per wadah 20 gram, kemudian sediaan gel dimasukkan ke dalam
wadah
9.
Beri etiket
dan dikemas dalam dus beserta brosur informasinya
Penyerahan:
ü
Wadah = Wadah gel
ü
Etiket = Biru
ü
Label = -
ü
Signa = Untuk pemakaian luar
5.
Evaluasi
a.
Organoleptis
1.
Bau : Khas
2.
Warna : Putih pekat
3.
Tekstur
sediaan : Lembut dan tidak
lengket
b.
Evaluasi
PH
Bersifat basa, mengubah lakmus merah menjadi biru.
c.
Uji Aseptabilitas
Sediaan
Pengolesan pada
kulit : krim nyaman untuk digunakan dan halus saat menyentuh permukaan kulit.
d.
Resistensi
Panas (Menurut FI IV
·
Suhu kamar
(150 – 300) : Stabil.
Sediaan tidak mengalami perubahan warna ataupun tekstur sediaan.
·
Suhu
dingin (tidak lebih dari 80) :
Stabil. Sediaan tidak mengalami perubahan warna ataupun tekstur sediaan.
·
Suhu panas
(300 – 400) : Stabil.
Sediaan tidak mengalami perubahan warna ataupun tekstur sediaan.
V.
Pembahasan
Menurut Formularium Nasional, gel
adalah sediaan massa lembek, berupa suspensiyang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan. Jika massa gel terdiri dari gumpalan zarah
kecil, gel digolongkan sebagai sistem dua fase: massanya bersifat toksotrofik,
artinya massa akan mengentak jika dibiarkan dan akan mencair kembali
jikadikocok. Gel demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung banyak cairan,
umumnyaair, gel disebut jelli. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul yang
terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa hingga tidak menunjukan batas
antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya.
Papain adalah enzim proteolitik yang
berasal dari getah pepaya dan merupakan enzim paling kuat yang dihasilkan oleh
seluruh bagian tanaman pepaya. Papain yang terdapat dalam getah pepaya
merupakan jenis enzim proteolitik yaitu enzim yang mengkatalis ikatan peptida
menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino.
Senyawa yang terkandung dalam papain
adalah karpain, alkaloid bercincin laktonat dengan 7 kelompok rantai metilen.
Papain juga mengandung 11,6% Potasium benzylglucosinolate yang mampu mengurangi gula darah sekaligus
mempercepat penyembuhan luka dan 1,2% sulfur yang berfungsi mengobati penyakit
kulit seperti jerawat, kutil, bekas luka, dan sebagai krim penghilang rambut.
Papain telah terbukti menginaktifkan kinerja insulin.
Basis yang digunakan dalam pembuatan gel
ini adalah basis gel hidrofilik, yang terdiri dari CMC Na, Tween 80 dan juga
air. Basis yang digunakana haruslah stabil dan stabil secara kimia dan fisika.
Selain penggunaan basis, juga digunakan pengawet nipagin. Walaupun gel
merupakan sediaan yang cukup banyak mengandung air, tetap digunakan pengawet
agar gel dapat bertahan lebih lama.
Proses pembuatan gel dimulai dengan
penimbangan bahan-bahan yang akan digunakan. Kemudian dilakukan peleburan basis
CMC Na. Setelah itu pencampuran basis yang sudah dilebur dilakukan di dalam
mortir, yang kemudian ditambahkan Tween 80 dan air secara perlahan. Setelah itu
barulah pencampuran piroksikam dan nipagin. Pengadukan dilakukan secara
terus-menerus hingga sediaan homogen.
Setelah sediaan terbentuk, dilakukan
evaluasi. Mulai dari organoleptis, pH, suhu dan homogenitasnya. Evaluasi
dilakukan dimulai dari evaluasi organoleptis hingga suhu dalam waktu yang telah
ditentukan.
Hasil yang di dapat saat praktikum:
No.
Tube
|
Berat
Tube
|
Berat
Bersih
|
Berat
Kotor
|
Penyimpangan
|
1.
|
3.700
mg
|
20.000
mg
|
23.400
mg
|
1,5 %
|
2.
|
3.700
mg
|
20.000
mg
|
23.400
mg
|
1,5 %
|
3.
|
3.700
mg
|
20.000
mg
|
23.400
mg
|
1,5 %
|
4.
|
3.700
mg
|
20.000
mg
|
23.400
mg
|
1,5 %
|
5.
|
3.700
mg
|
20.000
mg
|
23.300
mg
|
2 %
|
VI.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1.
Del
didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organic yang besar dan saling diresapi cairan. Bahan aktif yang digunakan
adalah isothipendyl HCl.
2.
Persentase
pada formula sangat menentukan formulasi akhir sediaan. Dalam pembuatan gel
perlu diperhatikan tingkat pemanasan dan pengadukannya.
3.
Secara umum pH gel menurun dengan bertambahnya
waktu penyimpanan, sehingga dapat disimpulkan bahwa basis gel sendiri mengalami
penguraian yang menyebabkan penurunan pH. Penurunan pH tidak drastis, hanya
turun sekitar 0,01-0,06/minggu. pH gel untuk kulit yaitu 5,0-10,0.
4.
Gel
ekstrak pepaya bermanfaat untuk mencegah bertambah parahnya jerawat, yaitu
mencegah terjadinya infeksi sekunder oleh Staphylococcus
epidermidis.
VII.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1978.Formularium Nasional. Jakarta: Depkes RI
Ansel.
1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press
Rowe, Raymond C.2006.Handbook of Pharmaceutical Excipients.
6th editions.London : Pharmaceutical Press
Link Download File dibawah ini