Kamis, 02 November 2017

LAPORAN GEL PAPAIN




I.                   Tujuan Percobaan
·         Mengetahui formulasi dan prosedur pembuatan Gel Papain
·         Mampu membuat sediaan gel yang baik dan menentukan hasil evaluasi pada sediaan gel

II.                 Latar Belakang
Ø  Teori
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, merupakansistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil ataumolekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. (Farmakope Indonesia Edisi IVhalaman 7)
Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan massa lembek, berupa suspensiyang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Jika massa gel terdiri dari gumpalan zarah kecil, gel digolongkan sebagai sistem dua fase: massanya bersifat toksotrofik, artinya massa akan mengentak jika dibiarkan dan akan mencair kembali jikadikocok. Gel demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung banyak cairan, umumnyaair, gel disebut jelli. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa hingga tidak menunjukan batas antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya. (Formularium Nasional halaman 315)
Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan. (Ansel halaman 390)
        Penggolongan Gel
        Gel digolongkan sebagai sistem 2 fase :
Ø  Gel Hidrofobik (oleogel)
Adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengandung parafin cair dengan minyak lemak membentuk gel atau slika koloidal atau alumunium atau sabung seng.

Ø  Gel Hidrofolik
Adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengandung cair, gliserol membentuk gel dengan (gelling agennt) yang sesuai seperti tragakan, pati derivat selulosa, polimer, karboksimivil dan magnesium-alumunium.

Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :
1.    Keuntungan sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
2.    Kekurangan sediaan gel
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
Kegunaan Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:
Ø  Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long–acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
Ø  Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
Ø  Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.
Ø  Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

 Sifat dan Karakteristik Gel
Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:
Ø  Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
Ø  Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topical.
Ø  Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
Ø  Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
Ø  Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
Ø  Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.





Karakteristik Sediaan Gel
Sediaan gel umumnya memiliki karakteristik tertentu, yakni (disperse system, vol 2 hal 497):
Ø  Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
Ø  Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
Ø  Efek suhu
                 Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

Ø  Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut. 
Ø  Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
Ø  Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non–newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
Komponen Gel
Untuk kompenen gel di bagi menjadi dua gelling agents dan bahan tambahan. Disetiap sedian gel harus memilik kedua komponen seperti yang ada di bawah ini:
Ø  Gelling Agent
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.
Ø  Bahan tambahan
a.       Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
b.       Penambahan bahan higroskopis
Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %.
c.       Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive  terhadap logam berat. Contohnya EDTA.

2. Evaluasi Sediaan
a.       Organoleptis
        Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase masing-masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
b.       Homogenitas
        Homogenitas sediaan gel ditunjukkan dengan tercampurnya bahan-bahan yang digunakan
dalam formula gel, baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata. Cara pengujian homogenitas yaitu dengan meletakkan gel pada objek glass kemudian meratakannya untuk melihat adanya partikel-partikel kecil yang tidak terdispersi sempurna.
c.       Evaluasi pH
        Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
d.       Evaluasi daya sebar
        Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudianbagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebannya, dan di beri rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).

Ø  Zat Aktif
a.      Penggunaan
                Produk ini mengandung Isothipendyl HCl sebagai zat aktif yang menunjukkan sinergi anti inflamasi dan pengeringan sehingga dapat meredakan gejala alergi seperti gatal, urtikaria, dan alergi yang disebabkan karena gigitan serangga
b.      Farmakologi
            Papain mengandung potassium benzylglucosinate yang mampu mengurangi gula darah sekaligus mempercepat penyembuhan luka dan mengandung sulfur yang berfungsi untuk mengobati penyakit kulit seperti jerawat, kutil, bekas luka, dan sebagai gel penghilang rambut. Papain telah terbukti menginaktifkan kinerja insulin. Flindt menyatakan bahwa papain hanya memiliki efek pada jaringan yang terinfeksi karena jaringan terinfeksi kekurangan anti protease plasma yang disebut a1-anti tripsin.
            Protease plasma a1-anti tripsin hanya terdapat pada jaringan sehat dan menghambat pencernaan protein. Jaringan yang terinfeksi tidak mengandung a1-anti tripsin sehingga papain dapat menembus molekul kolagen yang terdegradasi.
            Papain membantu pembersihan jaringan nekrotik sehingga hasilnya dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan jaringan dan tidak merusak jaringan yang sehat disekitar.
            Menurut dawkins bahwa papain memiliki efek bakterisid dan bakteriostatik karena ditemukan aktifitas antibakteri pada papain matang dan tidak matang pada mikroorganisme terpilih.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa papain memiliki aktivitas antibakteri yang menghambat pertumbuhan organisme gram positif dan gram negative, dan aktivitas yang ditemukan tidak tergabtung pada kematangan buahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Emeruwa juga menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan pada papain tehadap bakteri gram positif dan gram negative.
c.       Dosis
            Konsentrasi papain yang memiliki daya hambat setara dengan tetrasiklin 3% b/v terhadap Staphylococcus epidermis dan Propionibacterium acnes. Gel ekstrak pepaya bermanfaat untuk mencegah bertambah parahnya jerawat, yaitu mencegah terjadinya infeksi sekunder oleh Staphylococcus epidermidis.






III.                Preformulasi dan Permasalahan Farmasetika
1.      Preformulasi Zat Aktif
a.      Zat aktif
-          Papain ( FI III Hal 720 )
Diperoleh dari isolasi getah buah hijau dari daun Carica papaya L.
Pemerian            : Serbuk putih atau putih kelabu, agak higroskopis.
Kelarutan            : Tidak larut sempurna dalam air dan dalam gliserol P, praktis tidak larut dalam pelarut organik.
Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan            : Berbagai gangguan pada kulit
Konsentrasi        : 3%

b.      Zat tambahan
-          CMC Na (Carboxymethylcellulosum Natricum) (FI IV Hal 175)
Pemerian                  : Serbuk atau granul putih sampai krem serta higroskopis.
Kelarutan                  : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol dalam eter dan dalam  pelarut organik lain.
pH                                 : antara 6,5 dan 8,5
Stabilitas                     : larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan
terjadi pada pH dibawah 2, viskositas larutan
berkurang dengan cepat pada pH diatas 10.
Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9, bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam.
OTT                              : Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam besi, dan beberapa logam seperti alumunium, merkuri dan zinc dan juga dengan bom xanthan, pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran etanol 95%.
Khasiat                        : Gel-forming agent
Kadar                           : Emulsifying agent                          0,25 – 1,0%
                                 Gel-forming agent                        4,0 – 6,0%
                                  Injections                                        0,05 -0,75%
                                  Oral solutions                                0,2 – 1,0%
                                  Tablet binder                                 1,0 – 6,0%
Penyimpanan           : dalam wadah tertutup rapat.

-          Tween 80 ( FI IV Hal 687 )
Pemerian                    : Cairan seperti minyak jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda. Bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan                    : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak  berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol. Dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak mineral.
Stabilitas                      : Stabil pada elektrolit asam lemah dan basa berangsur-angsur akan tersaponi fikasi dengan asam kuat dan basa.
OTT                                : Akan berupa warna 1 mengendap dengan phenol dengan tanin.
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup baik, dilindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan                    : Surfactan
Konsentrasi                : Zat pengemulsi
·         Digunakan tunggal pada emulsi o/w         1-15%
·         Digunakan kombinasi dengan pengemulsi pada emulsi o/w 1-10%
·         Digunakan untuk meningkatkan kelarutan air pada emulsi   1-10%
Zat penglarut                 1-10%
Wetting agent               0,1-3%





-          Aqua Destilata ( FI III Hal 96 )
Rumus molekul         : H2O
Pemerian                    : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak terasa.
Stabilitas                      : air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk fisik. Dalam wadah yang sesuai. Terhindar dari kontaminasi partikel pada saat penggunaan.
OTT                                : dalam formula, air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainnya yang mudah terhidrolisis.
Penyimpanan            : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                    : Sebagai pelarut

-          Nipagin (Handbook of Excipients page 310)
Sinonim               : Methyl Parabenum
Pemerian            : Serbuk hablur, warna putih, hampir tidak berbau, tidak berasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan            : Larutan dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)p dan dalam 3 bagian aseton p, mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan          : Zat tambahan ; bahan pengawet
Kadar                  : Injection                                            0,065 – 0,25%
                               Ophthalmic preparation               0,015 – 0,05%
                               Oral solution and suspension     0,15 – 0,20%
                               Topical preparation                        0,02 – 0,3%
                               Vaginal preparation                       0,1 – 0,18%


2.      Permasalahan Farmasetika
-          Zat aktif pada serbuk papain bersifat agak higroskopik sehingga dapat menyebabkan sediaan ditumbuhi mikroba.
-          Papain tidak bisa diberikan tunggal secara langsung untuk memberikan efek terapi yang nyaman.
-          Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan viskositas dari gel meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan sulit dikeluarkan dari wadahnya.
-          Sediaan gel papain diberikan secara topical, sehingga harus nyaman untuk dipakai dan mendukung atau tidak menurunkan efek terapi papain.
-          Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan konsistensi dari basis berubah dan mengalami penguapan sebagian pada solvennya.


3.      Penyelesaian Masalah
-          Menghindari terjadinya penguraian pada papain maka harus ditutup rapat/menggunakan wadah tertutup rapat, agar terhindar dari udara yang dapat merusak kualitas papain.
-          Papain dibuat dalam bentuk sediaan gel dengan penambahan basis dan zat tambahan.
-          Pada penggunaan gelling agent harus dengan konsentrasi yang rendah.
-          Agar tidak lengket dan nyaman perlu ditambahkan bahan penghalus atau emollient.
-          Pada penyimpanan seharusnya pada suhu rendah untuk menghindarkan terjadinya sineresis.






IV.              Metoda
1.      Formula
Text Box: Untuk 10 tube @ 20 gram
R/ Papain  3%
 CMC Na 6%
 Tween 80 5%
 Nipagin 0,17%
 Aqua dest  ad 200
 Mf. gel
 SUE
2.      Perhitungan dan Penimbangan
a.      Perhitungan
1)      Zat aktif : Papain 3% x 200 gr                       = 6
2)      Basis gel à 10 x 20 gr                                     = 200 gr
a)       CMC Na    6% x 200 gr                             = 12 gr
b)      Tween 80  5% x 200 gr                           = 10 gr

3)      Aqua Dest untuk mengembangkan CMC Na
10 x Berat CMC Na à 10 x 12 gr = 120 gr ~ 120 ml
4)      Aqua Dest untuk melarutkan Tween 80
1 x 10    = 10 gr ~ 10 ml
5)      Nipagin                 = 0,17% x 200 = 0,34 = 340 mg
6)      Sisa Aqua             = 200 – (6+12+10+120+10+0,34)
= 41,66 ~ 42 ml

b.      Penimbangan
-          Papain                                                  : 6 gr
-          CMC Na                                                : 12 gr
-          Tween 80                                             : 10 gr
-          Aqua Dest untuk CMC Na              : 120 ml
-          Aqua Dest untuk Tween 80          : 340 mg
-          Sisa aqua                                             : 42 ml

3.      Alat dan Bahan
a.      Alat
-          Mortir dan stamper
-          Cawan uap
-          Spatel logam
-          Gelas ukur
-          Waterbath
-          Batang pengaduk kaca
-          Wadah 20 g
-          Pipet tetes
-          Perkamen
-          Anak timbangan
-          Alat evaluasi sediaan


b.      Bahan
-          Papain
-          CMC Na
-          Tween 80
-          Aqua dest.
-          Nipagin

4.      Prosedur Pembuatan
1.       Menyiapkan alat dan bahan
2.       Menimbang bahan sesuai dengan perhitungan
3.       Panaskan mortir
4.       Masukan CMC Na ke dalam mortir, tambahkan Aqua hangat 120 ml ke dalam mortir gerus ad mengembang
5.       Campurkan  Tween 80 + Aqua dest hangat 10 ml ke dalam mortir sedikit demi sedikit gerus ada halus dan homogen ( M1)
6.       Masukan Papain + Nipagin  ke dalam mortir gerus ad halus kemudian tambahkan M1 gerus ad halus dan homogen
7.       Tambahkan sisa aqua dest 42 ml gerus ad halus dan homogen
8.       Dilakukan penimbangan sediaan per wadah 20 gram, kemudian sediaan gel dimasukkan ke dalam wadah
9.       Beri etiket dan dikemas dalam dus beserta brosur informasinya

Penyerahan:
ü  Wadah       = Wadah gel
ü  Etiket         = Biru
ü  Label         = -
ü  Signa          = Untuk pemakaian luar

5.       Evaluasi
a.       Organoleptis
1.          Bau                                      : Khas
2.          Warna                                 : Putih pekat
3.          Tekstur sediaan               : Lembut dan tidak lengket
b.       Evaluasi PH
Bersifat basa,  mengubah lakmus merah menjadi biru.
c.       Uji Aseptabilitas Sediaan
Pengolesan pada kulit : krim nyaman untuk digunakan dan halus saat menyentuh permukaan kulit.
d.       Resistensi Panas (Menurut FI IV
·         Suhu kamar (150 – 300)                                 : Stabil. Sediaan tidak mengalami perubahan warna ataupun tekstur sediaan.
·         Suhu dingin (tidak lebih dari 80)               : Stabil. Sediaan tidak mengalami perubahan warna ataupun tekstur sediaan.
·         Suhu panas (300 – 400)                                 : Stabil. Sediaan tidak mengalami perubahan warna ataupun tekstur sediaan.






V.                Pembahasan
Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan massa lembek, berupa suspensiyang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Jika massa gel terdiri dari gumpalan zarah kecil, gel digolongkan sebagai sistem dua fase: massanya bersifat toksotrofik, artinya massa akan mengentak jika dibiarkan dan akan mencair kembali jikadikocok. Gel demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung banyak cairan, umumnyaair, gel disebut jelli. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa hingga tidak menunjukan batas antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya.
Papain adalah enzim proteolitik yang berasal dari getah pepaya dan merupakan enzim paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman pepaya. Papain yang terdapat dalam getah pepaya merupakan jenis enzim proteolitik yaitu enzim yang mengkatalis ikatan peptida menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino.
Senyawa yang terkandung dalam papain adalah karpain, alkaloid bercincin laktonat dengan 7 kelompok rantai metilen. Papain juga mengandung 11,6% Potasium benzylglucosinolate  yang mampu mengurangi gula darah sekaligus mempercepat penyembuhan luka dan 1,2% sulfur yang berfungsi mengobati penyakit kulit seperti jerawat, kutil, bekas luka, dan sebagai krim penghilang rambut. Papain telah terbukti menginaktifkan kinerja insulin.
Basis yang digunakan dalam pembuatan gel ini adalah basis gel hidrofilik, yang terdiri dari CMC Na, Tween 80 dan juga air. Basis yang digunakana haruslah stabil dan stabil secara kimia dan fisika. Selain penggunaan basis, juga digunakan pengawet nipagin. Walaupun gel merupakan sediaan yang cukup banyak mengandung air, tetap digunakan pengawet agar gel dapat bertahan lebih lama.
Proses pembuatan gel dimulai dengan penimbangan bahan-bahan yang akan digunakan. Kemudian dilakukan peleburan basis CMC Na. Setelah itu pencampuran basis yang sudah dilebur dilakukan di dalam mortir, yang kemudian ditambahkan Tween 80 dan air secara perlahan. Setelah itu barulah pencampuran piroksikam dan nipagin. Pengadukan dilakukan secara terus-menerus hingga sediaan homogen.
Setelah sediaan terbentuk, dilakukan evaluasi. Mulai dari organoleptis, pH, suhu dan homogenitasnya. Evaluasi dilakukan dimulai dari evaluasi organoleptis hingga suhu dalam waktu yang telah ditentukan.
Hasil yang di dapat saat praktikum:
No. Tube
Berat Tube
Berat Bersih
Berat Kotor
Penyimpangan
1.
3.700 mg
20.000 mg
23.400 mg
1,5 %
2.
3.700 mg
20.000 mg
23.400 mg
1,5 %
3.
3.700 mg
20.000 mg
23.400 mg
1,5 %
4.
3.700 mg
20.000 mg
23.400 mg
1,5 %
5.
3.700 mg
20.000 mg
23.300 mg
2 %

















VI.              Kesimpulan
            Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1.       Del didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan. Bahan aktif yang digunakan adalah isothipendyl HCl.
2.       Persentase pada formula sangat menentukan formulasi akhir sediaan. Dalam pembuatan gel perlu diperhatikan tingkat pemanasan dan pengadukannya.
3.       Secara umum pH gel menurun dengan bertambahnya waktu penyimpanan, sehingga dapat disimpulkan bahwa basis gel sendiri mengalami penguraian yang menyebabkan penurunan pH. Penurunan pH tidak drastis, hanya turun sekitar 0,01-0,06/minggu. pH gel untuk kulit yaitu 5,0-10,0.
4.       Gel ekstrak pepaya bermanfaat untuk mencegah bertambah parahnya jerawat, yaitu mencegah terjadinya infeksi sekunder oleh Staphylococcus epidermidis.


















VII.           Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI
        Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1978.Formularium Nasional. Jakarta: Depkes RI
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press
Rowe, Raymond C.2006.Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th editions.London : Pharmaceutical Press



Link Download File dibawah ini



TAGS : #LAPORAN, #GEL, #PAPAIN, #PHARMACY, #TSSSL

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.