Kamis, 01 Maret 2018

A Little about Iman

     Assalaamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh ! Sahabat fillah, apa kabar ? Baik ? Semoga selalu dalam lindungan Allah Subhaanallahu wata’aala. Aamiin.
     Sahabat fillah, pernah dengar kata “Iman” ? Apa yang terlintas dalam benak kalian ketika pertama kali mendengar kata ini ? Kata “Iman” bagi semua kalangan mungkin bukan hal yang asing. Tapi apa pengertian iman sebenarnya ?

     Oke, pertama, kita lihat dari segi bahasa ya ! Iman berasal dari Bahasa Arab
 امن-يؤمن-ايمان Yang artinya percaya. Percaya adalah dasar utama dari sebuah keimanan. Percaya kepada apa ? Sahabat fillah pasti tau kan dengan Rukun iman ? Oke, untuk mempermudah, ini dia rukun iman :

a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada malaikat
c. Iman kepada kitab
d. Iman kepada Rasul
e. Iman kepada hari akhir
f. Iman kepada qada’ dan qadar.

     Berawal dari rasa percaya, tentunya segala sesuatu yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan hadits jadi pedoman hidup,  right ? Baik dari aspek kepercayaan, perbuatan, dll.

     Nah, oleh karena itu Iman memiliki beberapa dimensi, yaitu :

1. Perbuatan
     (Bahas sedikit mendalam ya ! Hehe.) Ternyata iman gak sekedar percaya. Tapi juga mengamalkan segala sesuatu yang telah diajarkan. Contoh simplenya dengan tetangga.

  عن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال وَالله لاَيُؤْمِنُ وَالله لاَيُؤْمِنُ وَالله لاَيُؤْمِنُ قِيْلَ مَنْ يَا رسُول الله؟ قَالَ الَّذِي لاَيَأْمَنُ جَارَهُ بَوَائِقَهُ

Diriwayatkan dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: Demi Allah Tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman. Ditanyakan kepada Rasul: “Siapa wahai Rasulallah? Beliau bersabda: “Orang yang tetangganya tidak merasa aman karena gangguannya.” Hr. Ahmad, al-Bukhari.[1]

      Sahabat fillah… dari hadits ini kita bisa menyimpulkan bahwa kesempurnan iman seseorang sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya kita bersikap kepada tetangga. Bukan hanya merasa aman, tapi juga nyaman. Kesalahan yang sering dianggap enteng salahsatunya yaitu ketika nyetel musik seenak jidat.  Mungkin orang lain atau bahkan diri kita pernah ngelakuin hal ini. Nyetel musik memang gak masalah, tapi yang jadi masalah… volumenya itu kondisikan dong. Syukur kalo orang lain suka lagunya. Kalo gak sesuai, kan greget juga dengernya. Hehe.
     Intinya, jangan hanya merasa paling yakin. Tapi ada beberapa hal sama penting yang perlu diperhatikan, yaitu perbuatan. Simpelnya, bila orang lain masih terganggu dengan keberadaan kita, maka belum sempurna lah iman kita.


2. Keyakinan
     Ya kalo yang satu ini sudah dibahas sedikit diawal.

 Sahabat fillah…

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman.”
     Cabang iman paling tinggi, yang menjadi pondasi, yang jadi pokok deh, adalah perkataan Laa ilaaha illallah. Tentunya jujur pengakuan dari hati. Meniatkan segala bentuk ibadah karena Allah. Intinya, tidak menuhankan selain Allah. Contoh implementasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan tidak menunda sholat. Bila diibaratkan seorang atasan, seorang pekerja yang dipanggil menghadap, pasti langsung bergegas menghadap tanpa babibu. Sama halnya seperti panggilan dari Allah Subhaanallahu Wata'aala.

3. Getaran dalam hati
     Dalam Qur’an Surat Al-Anfal ayat 2-4, berbunyi :

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّۭا ۚ لَّهُمْ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌۭ وَرِزْقٌۭ كَرِيمٌۭ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia." (Qs. Al-Anfal ayat 2-4)

     Nah, kalau yang satu ini diperlukan niat yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Karena tentunya gak mudah mewujudkan dimensi iman yang satu ini. Tapi tenang, dengan terus memperbaiki diri, In Shaa Allah akan ada peningkatan.

     Semoga corat-coret ini bisa bermanfaat untuk Sahabat fillah semua. Maaf untuk kata-kata yang kurang berkenan. Cara mengukur keimanan paling mudah ? Bandingkan seberapa banyak kebaikan yang kita lakukan pada hari ini dengan hari kemarin.
     “Jangan pernah lelah untuk memperbaiki diri. Kamu yang berdosa hari kemarin, belum tentu tetap menjadi pendosa di hari nanti.”
Wallahu a’lamu bii showab.
Wassalaamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuh.

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.