LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID
Praktikum ke - 6
“ SAMPHOO SELSUN “
Selasa, 26 May 2015
DOSEN PEMBIMBING : DRA.GLORIA MURTINI T,
M.Si , Apt
DISUSUN OLEH :
Kelompok A3
-
Bayu
Eriyanto (
P2.31.39.0.14.015 )
-
Citra
Cyntia Dewi (
P2.31.39.0.14.017 )
-
Dame
Riama Situmorang ( P2.31.39.0.14.019 )
POLTEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 2
JURUSAN
FARMASI
JAKARTA
PUSAT
TAHUN
AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Teknologi Sediaan
Semi Solid dan Liquid yang berjudul “Laporan Samphoo Selsun”. Penulisan laporan
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
praktikum Teknik Sediaan Semi Solid dan Liquid.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, khususnya
kepada Ibu Dra. Yetri Elisya M.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing praktikum
Teknik Sediaan Semi Solid dan Liquid.
Kami Kelompok A3 menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta, Juni 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................
1
Daftar Isi................................................................................................................................
2
I.
Tujuan........................................................................................................................
3
II.
Latar Belakang...........................................................................................................
3
Teori.....................................................................................................................
4
Farmakologi.........................................................................................................
4
III.
Preformulasi...............................................................................................................
5
IV.
Metoda....................................................................................................................... 13
Formula ............................................................................................................... 13
Penimbangan ...................................................................................................... 13
Alat-alat .............................................................................................................. 14
Prosedur Pembuatan ........................................................................................... 14
Evaluasi................................................................................................................ 15
V.
Pembahasan............................................................................................................... 18
VI.
Kesimpulan................................................................................................................ 19
VII. Daftar Pustaka.......................................................................................................... 20
VIII. Lampiran................................................................................................................. 21
I.
Tujuan percobaan
A. Tujuan Umum :
1.
Diharapkan
mahasiswa – mahasiswi dapat mengetahui cara penelusuran pustaka untuk
mengumpulkan data zat berkhasiat tertentu dan zat tambahan yang diperlukan
sebagai data untuk membuat suatu formulasi suatu sediaan.
2.
Diharapkan
mahasiswa – mahasiswi dapat membuat sediaan Samphoo Selsun yang menyerupai
produk dagang di Indonesia.
3.
Untuk mengetahui cara membuat sediaan samphoo atau emulsi yang baik.
4.
Untuk mengetahui mutu fisik formulasi samphoo yang menggunakan Acid
Stearic.
B. Tujuan khusus
:
1.
Mahasiswa –
mahasiswi mampu membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan samphoo sebagai anti
ketombe dengan formulasi zat aktif Selenium Sulfide.
2.
Mahasiswa –
mahasiswi dapat membuat preformulasi dari sediaan Samphoo Selsun dan dapat
menguji sediaan tersebut dengan berbagai uji.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Shampo adalah sediaan kosmetika
yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala
dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan
berkilau. Dan merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk
menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut..
Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo,
bentuk imperatif dari champna, "memijat". Di Indonesia dulu
shampoo dibuat dari merang yang dibakar menjadi abu dan dicampur dengan air.
Shampoo adalah suatu zat yang
terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan sebagainya yang
berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum,
keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan mudah ditata.
Shampoo banyak jenis dan typenya,
formulanya dan klasifikasi preparat seperti liquid, krim, pasta, shampoo anti dandruff,
shampoo untuk anak-anak dan sebagainya.
Sebuah formulasi shampoo yang
baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat meminimalisasi iritasi mata,
mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki struktur rambut secara
keseluruhan.
Preparat shmapo harus
meninggalkan kesan harum pada rambbut, lembut dan mudah diatur, memiliki
performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah dan
terjangkau. Secara spesifik suatu shampoo harus:
1.
Mudah
larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
2.
Memiliki
daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari kulit
kepala
3. Menjadikan rambut halus, lembut
serta mudah disisir
4. Cepat bebusa dan mudah dibilas
serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan mata
5. Memiliki pH yang baik netral
maupun sedikit basa
6. Tidak iritasi pada tangan dan
kulit kepala
7.
Memiliki
performa yang baik
Antidandruff shampoo merupakan
shampoo yang ditunjukan untuk mengontrol sel kulit mati dikulit kepala,
formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan bahan aktif
seperti selenium sulfide, zinc pirythion, sulfur.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Shampo
Rambut memang mahkota bagi
semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk wajah anda. Karena
keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan penampilan
anda.
Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin
anda mengalami kesulitan saat memilih jenis shampo yang cocok untuk diri anda
sendiri. Karena memang banyak sekali produsen shampo menawarkan kepada anda..
Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan
minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut. Setelah
mencuci rambut dengan shampoo, biasanya digunakan produk conditioner agar
rambut mudah ditata kembali.
Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak perih di mata. Shampoo untuk binatang juga dapat mengandung insektisida
untuk membunuh kutu. Beberapa shampoo manusia tidak dapat digunakan untuk
binatang karena mengandung seng (misalnya shampoo anti ketombe). Logam ini
tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang.
Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan
mudah dibawa namun kurang praktis untuk rambut panjang.
Pada awalnya shampo dibuat
dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti sari biji
rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ). Shampo yang
menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo
yang dibuat dari detergen.
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas,
shampo harus memiliki sifat sebagai berikut :
1.
Shampo
harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut
dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2.
Shampo
harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika
tidak kulit kepala menjadi kering.
3.
Shampo
harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti
lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi
shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu :
sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh
lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
4.
Tidak
mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5.
Shampo
harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi
keruh dalam penyimpanan. Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan,
shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat
mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.
Detergen yang digunakan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki sifat fisikokimia
tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang
dikehendaki untuk shampo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak
dan daya pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak
rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut,
menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergen yang terutama
dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan membangkitkan busa. Jenis
detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama
laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 – 18. Sifat
detergen ini tergantung pada panjang rantai alkohol lemak yang digunakan.
Homolog rendah seperti C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil ) memiliki sifat yang
lebih baik dibandingkan dengan homolog yang lebih tinggi seperti C16 ( palmitil
) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan busa dan basah dengan sifat pembersih
yang baik, meskipun suhu rendah. Detergen alkilsulfat yang dibuat dari
alkohol lemak, kelarutannya menurun dengan meningkatnya homolog rantai
karbonnya, sehingga shampo yang dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom
C16-18 tidak dapat disimpan pada suhu rendah. Kelarutan detergen
alkilsulfat dalam air berkurang, sehingga tidak begitu berbusa, lagipula
detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.
Detergen alkilsulfat dengan
alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8 ( kaprilil ) dan
C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi.
Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 – 14
adalah noniritan, memberikan cukup busa pada suhu kamar, dan tidak mudah rusak
dalam penyimpanan.
Trietanolamina ( TEA )
laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk digunakan dalam
pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil. Amonium
alkilsulfat, meskipun memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang
digunakan untuk pembuatan shampo, karena suhu padatnya tinggi. Biasanya
senyawa ini digunakan sebagai campuran detergen seperti nampak pada amonium
monoetanolamina atau amonium trietanolamina alkilsulfat. Shampo dengan
formulasi tersebut memiliki pembersih dan pembusa yang baik, rambut yang dikeramas
dengan shampo ini masih mudah diatur.
Di samping itu detergen yang
digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat berikut :
1. Harus bebas reaksi iritasi dan
toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.
2. Tidak boleh memberikan bau tidak
enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.
3.
Warnanya
tidak boleh menyolok.
Zat tambahan shampo
Untuk memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan
pengaruh jelek terhadap rambut, perlu ditambahkan zat tambahan shampo dalam
formulasi shampo.
1.
Alkolobromida
asam lemak
Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan
memperbaiki viskosita. Zat ini merupakan hasil kondensasi asam lemak
dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ), atau isopropanolamina
yang sesuai.
2.
Lemak
bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan
asetogliserida
Digunakan untuk maksud memperbaiki efek condisioner
detergen dasar shampo yang digunakan, sehingga rambut yang dikeramasshampokan
akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang serasi.
3.
Asam
amino
Terutama asam amino essensial, digunakan sebagai zat
tambahan shampo dengan harapan, setelah rambut dikeramas-shampokan, zat ini
akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi sebagai
pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki
kelembaban rambut.
4.
Zat
tambahan shampo lain
Terdiri dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan
untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan stabilisasi busa ; meliputi zat
golongan glikol, provinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair,
terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.
Jenis-jenis shampo
1.
Shampo
bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan
zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium
seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
2.
Shampo
emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak
begitu kental. Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini
diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo
protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo
strawberry.
3.
Shampo
krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari
jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk
membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai
pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak
kelapa atau isopropanolamida laurat.
4.
Shampo
larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus
diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman,
pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 %
larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat racun,
sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah.
Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5
%.
II.2 Zat Tambahan
a.
Zat
aktif
* Komposisi :
Tiap 100 ml shampo mengandung Selenium Sulfide 1%
* Farmakologi
* Efek Samping
Efek samping
ringan yang sering terjadi adalah kulit
kering dan iritasi bila pemakaian tidak cocok.
* Kontraindikasi
Hindari penggunaan
selenium sulfide bersamaan dengan produk yang mengandung alkohol, sabun
abrasif, kosmetik yang dapat membuat kulit kering, atau obat jerawat topikal
yang mengandung benzoil peroksida atau sulfur. Wanita hamil dianjurkan untuk
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan asam selenium
sulfide.
I.
PREFORMULASI
dan PERMASALAHAN FARMASETIK
a.
Preformulasi
zat aktif
1. Selenium Sulfilde
Nama zat aktif
|
Selenium
Disulphide
|
Martindale Ed 28 hal.502
|
Struktur
|
|
Sumber : Wikimedia Selenium
Sulfide
|
Rumus
molekul
|
SeS2
|
Sumber
: Martindale Ed 28 hal.502
|
Berat
molekul
|
143,1
|
Sumber
: Martindale Ed 28 hal.502
|
Pemerian
|
oranye cerah untuk bubuk coklat kemerahan
dengan bau samar hidrogen sulfida
|
Sumber
: Martindale Ed 28 hal.502
|
Kelarutan
|
Larut dalam Air , larut 1 di sekitar 160
kloroform dan 1 di sekitar 1650 eter. larut dalam kebanyakan pelarut organik lainnya
|
Sumber
: Martindale Ed 28 hal.502
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik
|
Sumber
: Martindale Ed 28 hal.502
|
Khasiat
|
Anti Dendruf 1 - 2,5 %
|
Sumber
: Martindale Ed 28 hal.502
|
2.
Methyl
paraben
Nama
zat aktif
|
Methyl
paraben
|
|
Struktur
|
|
Sumber : FI IV hal.551
|
Rumus
molekul
|
C8H8O3
|
Sumber : FI IV hal.551
|
Berat
molekul
|
152,15
|
Sumber : FI IV hal.551
|
Pemerian
|
Hablur
kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai rasa sedikit terbakar.
|
Sumber : FI IV hal.551
|
Kelarutan
|
Sukar
larut dalam air, dalam benzene, dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
|
Sumber : FI IV hal.551
|
Jarak
lebur
|
Antara
125o sampai 128o
|
Sumber : FI IV hal.551
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
Sumber : FI IV hal.551
|
Khasiat
|
Zat
tambahan dan zat pengawet.
|
Sumber : FI IV hal.551
|
3. Natrii
lauryl sulfate
Nama zat aktif
|
Natrii
lauryl sulfate
|
|
Struktur
|
|
Sumber :
Handbook
Pharmaceutical hal 448
|
Rumus
molekul
|
C12 H25
NaO 4
|
Sumber :
Handbook
Pharmaceutical hal 448
|
Berat
molekul
|
288.38
|
Sumber :
Handbook
Pharmaceutical hal 448
|
Pemerian
|
Serbuk atau hablur,
Warna: Putih atau kuning pucat,
Bau: Lemah dan khas
|
Sumber :
Handbook
Pharmaceutical hal 448
|
Kelarutan
|
larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom
|
Sumber :
Handbook
Pharmaceutical hal 448
|
Penyimpanan
|
Simpan
dalam wadah tertutup baik
|
Sumber :
Handbook
Pharmaceutical hal 448
|
Khasiat
|
surfaktan
anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%),detergen pada shampoo (≈10%)
|
Sumber :
Handbook
Pharmaceutical hal 448
|
4.
Asam stearat
Nama zat aktif
|
Asam stearat
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Struktur
|
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Rumus
molekul
|
C 15H36O2
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Berat
molekul
|
284,47
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Pemerian
|
keras, putih,, Kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Kelarutan
|
sangat larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter,
larut dalam etanol, heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Jarak
lebur
|
Tidak
kurang dari 540
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
Sumber : FI IV
hal 57
|
Khasiat
|
emulsifying agent 91-20%)
|
Sumber : handbook
pharmaceutical hal.494
|
5.
Natrium Hidroksida
Nama zat aktif
|
Natrium
Hidroksida
|
Sumber : FI IV
hal 412
|
Rumus molekul
|
NaOH
|
Sumber : FI IV
hal 412
|
Berat molekul
|
40
|
Sumber : FI IV
hal 412
|
Pemerian
|
Bentu : batang,
butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan
susunan hablur putih
|
Sumber : FI IV
hal 412
|
Kelarutan
|
Sangat
mudah larut dalam air dan etanol
|
Sumber : FI IV
hal 412
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutuo baik
|
Sumber : FI IV
hal 412
|
Khasiat
|
Alkalizing agent, buffering agent
|
Sumber : FI IV
hal 412
|
|
Pengatur Ph pada Emulsi
|
Sumber
: Martindale Ed.28 Hal.45
|
6.
Oleum citri
Nama zat aktif
|
Oleum
citri
|
Sumber : FI IV
hal 455
|
Pemerian
|
Cairan, kuning pucat
atau kuning kehijauaan, bau khas, rasa pedas dan agak pahit
|
Sumber : FI IV
hal 455
|
Kelarutan
|
Larut
dalam 12 bagian etanol 95%
|
Sumber : FI IV
hal 455
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah terisi penuh dan tertutup rapat
|
Sumber : FI IV
hal 455
|
Khasiat
|
Corigen
odoris
|
Sumber : FI IV
hal 455
|
BAB III
MATERI DAN METODE
a. Formula
Tiap 100 ml shampo
mengandung :
R/ Selenium Sulfide 1%
Na Lauryl Sulfat 25%
As Stearat 7%
NaOH 1%
Nipagin qs
Ol Citri qs
Aqua dest ad 100
ml
b.
Perhitungan bahan
shampo dalam 50 ml :
1.
Selenium
Sulfide 1% X 50 ml =
0,5
2.
Na
Lauryl Sulfat 25% X 50 ml =
12,5
3.
As
Stearat 7% X 50
ml = 3,5
4.
NaOH 1% X 50 ml =
0,5
5.
Nipagin
0,15% X 50 ml =
0,075
6.
Ol
Citri qs X 50
ml = qs
7.
Aqua
dest ad 50 ml
c.
Perhitungan bahan
shampo dalam 5 botol @100ml :
1.
Selenium
Sulfide = 0,5 X 500/50 = 5
2.
Na
Lauryl Sulfat = 12,5 X 500/50 = 125
3.
As
Stearat = 3,5 X 500/50 = 35
4.
NaOH =
0,5 X 500/50 = 5
5.
Nipagin
= 0,075X 500/50 =
0,75
6.
Ol
Citri = 5 tts
7.
Aqua
dest ad 500 ml
d.
Penimbangan
1.
Selenium
Sulfide = 5
2.
Na
Lauryl Sulfat = 125
3.
As
Stearat = 35
4.
NaOH = 5
5.
Nipagin
= 0,75
6.
Ol
Citri = 5 tts
7.
Aqua
dest ad 500 ml
e.
Alat-alat
No
|
Nama Alat
|
Jumlah yang digunakan
|
1.
|
Perkamen
|
10
|
2.
|
Spatula
|
1
|
3.
|
Pinset
|
2
|
4.
|
Kaca Arloji
|
2
|
5.
|
Pipet
|
1
|
6.
|
Gelas Ukur
|
2
|
7.
|
Mortir + Alu
|
1
|
8.
|
Botol
|
5
|
9.
|
Beaker Glass
|
1
|
10.
|
Cawan uap
|
2
|
11
|
Anak Timbangan
|
1
|
12
|
Timbangan sama
lengan
|
1
|
13
|
Sendok tanduk
|
1
|
14
|
Sudip
|
3
|
f.
Prosedur pembuatan
1. Disiapkan dan bersihkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Setarakan timbangan.
3. timbang bahan-bahan obat yang diperlukan.
4. Lebur as stearat dan Na laurly sulfat dalam beker glas.
5. Tambahkan air qs ad massa encer dan homogen
6. Tambahkan massa nipagin dalam leburan
7. Angkat dan biarkan sampai dingin
8. Larutkan NaOH dalam air dingin masukan dalam leburan yg telah dingin.
9. Larutkan Selenium Sulfide dalam Aqua Dest qs masukan botol.
10. Tambahkan ol citri 5 tts aduk ad
homogen.
11. Ukur masing-masing 100ml sebanyak 5 kali
12. Masukan dalam wadah botol beri etiket dan kemas rapih.
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
1. Uji
Organoleptis (bentuk,bau,warna, homogemitas dan busa)
Alat:
Panca indra
Ambil
sedikit larutan obat
¯
Amati
warna, cium aromanya, lihat sediaan
¯
Catat
hasilnya.
Formula/evaluasi
|
1
|
3
|
5
|
7
|
9
|
10
|
Viskositas
|
Encer
|
Kental
|
Kental
|
kental
|
Kental
|
Kental
|
Homogenitas
|
homogen
|
homogen
|
Homogen
|
homogen
|
homogen
|
Homogen
|
Karakteristik produk
|
Wangi
citri, putih
|
Wangi
citri, putih
|
Wangi
citri, putih
|
Wangi
citri, putih
|
Wangi
citri, putih
|
Wangi
citri, putih
|
Pembentukan busa
|
Terbentuk banyak busa
|
Terbentuk banyak busa
|
Terbentuk banyak busa
|
Terbentuk banyak busa
|
Terbentuk banyak busa
|
Terbentuk banyak busa
|
2. Uji pH
Cara
pengukuran:
1. Ambil sedikit sample Larutan
2. Masukkan dalam gelas
3. Aduk-aduk hingga benar-benar homogen
(merata)
4.
Biarkan beberapa menit hingga campuran Larutan Homogen
5.
Setelah larutamnya terlihat agak jernih masukkan ujung pH Indikator kedalam
campuran tadi (sekitas 1 -3 menit) .
6.
Tunggu beberapa saat sampai k pH indikator berubah warnanya.
7.
Setelah warnanya stabil, cocokkan warna yang diperoleh oleh pH indikator tadi
dengan bagan warna petunjuknya.
( Ph = 8 ( Bersifat Basa ) )
3.
Bobot
Jenis
Piknometer kosong = 20,2 gram ( A )
Piknometer + Air = 45,0776
gram ~ 45,1 gram ( B )
Piknometer + Samphoo = 47,6601 gram ~ 47,7 gram ( C )
Bobot aqua =
(Pikno + air) – (Pikno kosong)
=
45,1 – 20,2
=
24,9 gram ( D )
Bobot sediaan =
(Pikno+Samphoo) – (Pikno kosong)
=
47,7 – 20,2
=
27,5 gram ( E )
Volume Air = D : r
= 24,9: 1
=
24,9 ( F )
BJ Sediaan = E : F
=
27,5 : 24,9
=
1,1044 gram / mL
4. Viskositas
Alat :
Viskometer Ostwald
Siapkan suspensi yang akan
diuji, masukkan kedalam beakerglass. Lalu Mangalirinya ke dalamnya
¯
Meniup Larutan sampai cairan
berada di atas tanda batas viskometer
¯
Membiarkan
cairan turun dan mencatat waktu yang di butuhkan untuk melewati 2 tanda
tersebut
¯
Mengulangi
Langkah tersebut sebanyak 2 kali dan selisih waktu
Selisih
waktu tidak boleh lebih dari 0,5 detik
Viskositas
|
Keterangan
|
-
|
Pada Kelompok kami tidak melakukan Percobaan
Viskositas ini karena produk yang kami buat menghasilkan larutan yang sangat
kental sehingga dalam evaluasi ini tidak kami lakukan dan juga tidak ada
ketersediaan alat viskositas yang untuk viskositas larutan yang kental.
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini kami
membuat sediaan Shampo yang mengandung zat aktif Selenium Sulfide. Sediaan
shampo anti ketombe dibuat dengan tujuan untuk membantu mencegah rambut rontok,
menghilangkan ketombe. Adapun bahan-bahan lain yang digunakan adalah asam
stearat, natrium hidroksida, natrium lauril sulfat, ditambah dengan aquades.
Selenium, pemerian adalah oranye cerah untuk bubuk coklat
kemerahan dengan bau samar hidrogen sulfida. Larut dalam Air , larut 1 di
sekitar 160 kloroform dan 1 di sekitar 1650 eter. larut dalam kebanyakan pelarut organik lainnya.Khasiatnya adalah
Anti fungi dan Anti Dendruff. Methyl paraben,
pemeriannya hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai rasa sedikit terbakar. Kelarutannya
sukar larut dalam air, dalam benzene, dan dalam karbon tetraklorida, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, khasiatnya zat tambahan dan zat pengawet.
Natrii lauryl sulfate pemeriannya serbuk atau hablur,warna putih atau
kuning pucat, bau lemah dan khas, kelarutannya larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan
kloroforom, khasiatnya surfaktan
anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada shampoo (≈10%). Asam stearat pemeriannya keras,
putih,, kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk, kelarutannya sangat larut dalam benzene, karbon
tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol, heksan dan
propilenglikol, praktis tidak larut dalam air, khasiatnya emulsifying
agent 91-20%). Natrium
hidroksida pemeriannya bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih, kelarutannya
sangat mudah larut dalam air dan etanol, khasiatnya alkalizing
agent, buffering agent. Oleum citri pemeriannya cairan, kuning
pucat atau kuning kehijauaan, bau khas, rasa pedas dan agak pahit, kelarutannya
larut dalam 12 bagian etanol 95%, khasiatnya corigen odoris .
Adapun
prosedur kerja yang kami lakukan. Pertama, semua bahan dtimbang (Selenium
Sulfide 5, Na Lauryl Sulfat 125, As
Stearat 35, NaOH 5, Nipagin 0,75, Ol
Citri 5 tts, aquadest ± 100ml). Kedua, Lebur as stearat dan Na laurly sulfat
dalam beker glas,tambahkan air qs ad massa encer dan homogen, tambahkan massa
nipagin dalam leburan, angkat dan biarkan sampai dingin, larutkan NaOH dalam
air dingin masukan dalam leburan yg telah dingin lalu masukan Selenium Sulfide
. lalu di kocok dengan mixer qs masukan botol,tambahkan ol citri 5 tts aduk ad
homogen, ukur masing-masing 100ml sebanyak 5 kali, dan masukan dalam wadag
botol beri etiket dan kemas rapih.
Langkah selanjutnya
adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi
organoleptis, homogenitas, keasaman (pH), uji viskositas, evaluasi daya sebar,
dan uji resistensi panas.
a. Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evaluasi yang
dilakukan dengan cara mengamati sediaan shampo dilihat dari bentuk, warna, dan bau dari sediaan shampo
yang dibuat. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui
sediaan yang dibuat sesuai dengan standar shampo yang ada, dalam arti sediaan shampo tersebut stabil dan tidak menyimpang dari standar shampo.
b.
Evaluasi
kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui
sediaan yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan shampo
yang baik harus homogen dan bebas dari pertikel-
partikel yang masih mengumpal. Cara
kerja pada uji ini yaitu dengan mengoleskan sedikit sediaan shampo di
kaca objek dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak tercampur
sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen.
c.
Evaluasi
ketiga yaitu uji keasaman (pH). Uji ini dilakukan dengan cara mencelupkan
indicator universal ke dalam sediaan yang akan diuji.
d.
Evaluasi
keempat yaitu uji viskositas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan viscometer
Brookfield. Dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan shampo. Hasil dari pengujian ini yaitu sediaan shampo memiliki nilai viskositas tinggi sehingga memiliki
ketahanan yang besar.
Berdasarakan masing – masing uji diperoleh hasil sebagai
berikut :
a. Uji organoleptis sediaan shampo yaitu bentuknya bentuknya
cairan kental, warna putih dan berbau oleum citri.
b.
Uji
homogenitas, hasil yang diperoleh adalah shampo yang dibuat
adalah homogen, tidak terdapat partikel yang menggumpal.
c.
Uji
keasaman (pH), hasil yang diperoleh adalah sediaan shampo yang dibuat bersifat basa.
d.
Uji
viskositas, hasil yang diperoleh adalah sediaan shampo yang dibuat
memiliki nilai viskositas yang tinggi ( Kental) .
BAB VI
KESIMPULAN
1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk
fisik sampo ada beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta.
2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti
Na lauril sulfat, dan jika terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat
pengemulsi.
3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat
pencampuran dan lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan
homogenitas yang baik.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain:
viskositas, pH, homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih,
pembentukan busa dan karakteristik produk.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.resep.web.id/tips/kenali-istilah-shampo-anda.html Di
askes pada tanggal 8 Juni 2015 jam 21.25
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/1819623-tips-memilih-shampoo/ Di
askes pada tanggal 8 Juni 2015 jam 22.47
Anonim. 1985. Formularium
Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope
Indonesia edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope
Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995
Wade, Ainkey, Paul,
J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition.
London: Pharmaceutical Press
Department of
Pharmaceutical sciences. The Extra Pharmacopoeia Martindale 28
edition. London : The Pharmaceutical Press, 1982
Anonim, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesahatan RI :
Jakarta
Link Download File dibawah ini