Senin, 10 Juli 2017

LAPORAN EMULSI SHAMPOO A3 SELSUN



LAPORAN PRAKTIKUM
 TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID
Praktikum ke - 6
“ SAMPHOO SELSUN “
Selasa, 26 May 2015


DOSEN PEMBIMBING : DRA.GLORIA MURTINI T, M.Si , Apt

   DISUSUN OLEH :
Kelompok A3
-        Bayu Eriyanto                       ( P2.31.39.0.14.015 )
-        Citra Cyntia Dewi                 ( P2.31.39.0.14.017 )
-        Dame Riama Situmorang     ( P2.31.39.0.14.019 )



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 2
JURUSAN FARMASI
JAKARTA PUSAT
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Teknologi Sediaan Semi Solid dan Liquid yang berjudul “Laporan Samphoo Selsun”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas praktikum Teknik Sediaan Semi Solid dan Liquid.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, khususnya kepada Ibu Dra. Yetri Elisya M.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing praktikum Teknik Sediaan Semi Solid dan Liquid.
Kami Kelompok A3 menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.










  Jakarta, Juni 2015


       Tim Penulis 



DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................   1
Daftar Isi................................................................................................................................   2
I.        Tujuan........................................................................................................................   3
II.     Latar Belakang...........................................................................................................   3
Teori.....................................................................................................................   4
Farmakologi.........................................................................................................   4
III.  Preformulasi...............................................................................................................   5
IV.  Metoda....................................................................................................................... 13
Formula ............................................................................................................... 13
Penimbangan ...................................................................................................... 13
Alat-alat .............................................................................................................. 14
Prosedur Pembuatan ........................................................................................... 14
Evaluasi................................................................................................................ 15
V.    Pembahasan............................................................................................................... 18
VI.  Kesimpulan................................................................................................................ 19
VII. Daftar Pustaka.......................................................................................................... 20
VIII. Lampiran................................................................................................................. 21















I.                   Tujuan percobaan
A.     Tujuan Umum :
1.      Diharapkan mahasiswa – mahasiswi dapat mengetahui cara penelusuran pustaka untuk mengumpulkan data zat berkhasiat tertentu dan zat tambahan yang diperlukan sebagai data untuk membuat suatu formulasi suatu sediaan.
2.      Diharapkan mahasiswa – mahasiswi dapat membuat sediaan Samphoo Selsun yang menyerupai produk dagang di Indonesia.
3.    Untuk mengetahui cara membuat sediaan samphoo atau emulsi yang baik.
4.    Untuk mengetahui mutu fisik formulasi samphoo yang menggunakan Acid Stearic.
B.     Tujuan khusus :
1.      Mahasiswa – mahasiswi mampu membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan samphoo sebagai anti ketombe dengan formulasi zat aktif Selenium Sulfide.
2.      Mahasiswa – mahasiswi dapat membuat preformulasi dari sediaan Samphoo Selsun dan dapat menguji sediaan tersebut dengan berbagai uji.



















BAB I
PENDAHULUAN

I.1       Latar Belakang

Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau.  Dan merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut..
Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif dari champna, "memijat". Di Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang yang dibakar menjadi abu dan dicampur dengan air.
Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan mudah ditata.
Shampoo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti liquid, krim, pasta, shampoo anti dandruff, shampoo untuk anak-anak dan sebagainya.
Sebuah formulasi shampoo yang baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki struktur rambut secara keseluruhan.
Preparat shmapo harus meninggalkan kesan harum pada rambbut, lembut dan mudah diatur, memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah dan terjangkau. Secara spesifik suatu shampoo harus:
1.      Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
2.      Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari kulit kepala
3.      Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
4.      Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan mata
5.      Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa
6.      Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala
7.      Memiliki performa yang baik
Antidandruff shampoo merupakan shampoo yang ditunjukan untuk mengontrol sel kulit mati dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan bahan aktif seperti selenium sulfide, zinc pirythion, sulfur.

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1     Shampo

Rambut memang mahkota bagi semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk wajah anda. Karena keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan penampilan anda.
Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin anda mengalami kesulitan saat memilih jenis shampo yang cocok untuk diri anda sendiri. Karena memang banyak sekali produsen shampo menawarkan kepada anda..
Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut dengan shampoo, biasanya digunakan produk conditioner agar rambut mudah ditata kembali.
Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata. Shampoo untuk binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh kutu. Beberapa shampoo manusia tidak dapat digunakan untuk binatang karena mengandung seng (misalnya shampoo anti ketombe). Logam ini tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang.
Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan mudah dibawa namun kurang praktis untuk rambut panjang.
Pada awalnya shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ).  Shampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen. 
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai berikut :
1.      Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2.      Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
3.      Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo.  Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
4.       Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5.      Shampo harus tetap stabil.  Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan.  Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.
 Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki sifat fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk shampo.  Umumnya, detergen dapat melarutkan  lemak dan daya pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan membangkitkan busa.  Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 – 18.  Sifat detergen ini tergantung pada panjang rantai alkohol lemak yang digunakan.  Homolog rendah seperti C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil ) memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan homolog yang lebih tinggi seperti C16 ( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan busa dan basah dengan sifat pembersih yang baik, meskipun suhu rendah.  Detergen alkilsulfat yang dibuat dari alkohol lemak, kelarutannya menurun  dengan meningkatnya homolog rantai karbonnya, sehingga shampo yang dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom C16-18 tidak dapat disimpan pada suhu rendah.  Kelarutan detergen alkilsulfat dalam air berkurang, sehingga tidak begitu berbusa, lagipula detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.
Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8 ( kaprilil ) dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi.
Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 – 14 adalah noniritan, memberikan cukup busa pada suhu kamar, dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan.
Trietanolamina ( TEA ) laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk digunakan dalam pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil.  Amonium alkilsulfat, meskipun memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang digunakan untuk pembuatan shampo, karena suhu padatnya tinggi.  Biasanya senyawa ini digunakan sebagai campuran detergen seperti nampak pada amonium monoetanolamina atau amonium trietanolamina alkilsulfat.  Shampo dengan formulasi tersebut memiliki pembersih dan pembusa yang baik, rambut yang dikeramas dengan shampo ini masih mudah diatur.

Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat berikut :
1.      Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.
2.      Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.
3.      Warnanya tidak boleh menyolok.

Zat tambahan shampo
Untuk memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan pengaruh jelek terhadap rambut, perlu ditambahkan zat tambahan shampo dalam formulasi shampo.
1.      Alkolobromida asam lemak
Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita.  Zat ini merupakan hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ), atau isopropanolamina yang sesuai.
2.      Lemak bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida
Digunakan untuk maksud memperbaiki efek condisioner detergen dasar shampo yang digunakan, sehingga rambut yang dikeramasshampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang serasi.
3.      Asam amino
Terutama asam amino essensial, digunakan sebagai zat tambahan shampo dengan harapan, setelah rambut dikeramas-shampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban rambut.
4.      Zat tambahan shampo lain
Terdiri dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan stabilisasi busa ; meliputi zat golongan glikol, provinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.


Jenis-jenis shampo
1.      Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.

2.      Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental.  Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry.
3.      Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat.  Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental.  Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4.      Shampo larutan
Merupakan larutan jernih.  Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah.  Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5 %.

II.2     Zat Tambahan

a.      Zat aktif
* Komposisi :
Tiap 100 ml shampo mengandung Selenium Sulfide 1%
* Farmakologi
Selenium sulfide merupakan salah satu anti dendruff , yang dapat digunakan secara topikal.
* Efek Samping
Efek samping ringan yang sering terjadi adalah  kulit kering dan iritasi bila pemakaian tidak cocok.
* Kontraindikasi
Hindari penggunaan selenium sulfide bersamaan dengan produk yang mengandung alkohol, sabun abrasif, kosmetik yang dapat membuat kulit kering, atau obat jerawat topikal yang mengandung benzoil peroksida atau sulfur. Wanita hamil dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan asam selenium sulfide.
I.                   PREFORMULASI dan PERMASALAHAN FARMASETIK
a.      Preformulasi zat aktif
1.      Selenium Sulfilde
Nama zat aktif
Selenium Disulphide
Martindale Ed 28 hal.502
Struktur
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/21/1,2,3-Se3S5.svg/220px-1,2,3-Se3S5.svg.png
Sumber : Wikimedia Selenium Sulfide
Rumus molekul
SeS2
Sumber : Martindale Ed 28 hal.502
Berat molekul
143,1
Sumber : Martindale Ed 28 hal.502
Pemerian
oranye cerah untuk bubuk coklat kemerahan dengan bau samar hidrogen sulfida
Sumber : Martindale Ed 28 hal.502
Kelarutan
Larut dalam Air , larut 1 di sekitar 160 kloroform dan 1 di sekitar 1650 eter. larut dalam kebanyakan pelarut organik lainnya
Sumber : Martindale Ed 28 hal.502
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Sumber : Martindale Ed 28 hal.502
Khasiat
Anti Dendruf 1 - 2,5 %
Sumber : Martindale Ed 28 hal.502

2.      Methyl paraben
Nama zat aktif
Methyl paraben

Struktur
Sumber : FI IV hal.551
Rumus molekul
C8H8O3
Sumber : FI IV hal.551
Berat molekul
152,15
Sumber : FI IV hal.551
Pemerian
Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai rasa sedikit terbakar.
Sumber : FI IV hal.551
Kelarutan
Sukar larut dalam air, dalam benzene, dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Sumber : FI IV hal.551
Jarak lebur
Antara 125o sampai 128o
Sumber : FI IV hal.551
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Sumber : FI IV hal.551
Khasiat
Zat tambahan dan zat pengawet.
Sumber : FI IV hal.551

3.      Natrii lauryl sulfate
Nama zat aktif
Natrii lauryl sulfate

Struktur
Sumber :
Handbook Pharmaceutical hal 448
Rumus molekul
C12 H25 NaO 4

Sumber :
Handbook Pharmaceutical hal 448
Berat molekul
288.38
Sumber :
Handbook Pharmaceutical hal 448
Pemerian
Serbuk atau hablur,
Warna: Putih atau kuning pucat,
Bau:  Lemah dan khas
Sumber :
Handbook Pharmaceutical hal 448
Kelarutan
larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom
Sumber :
Handbook Pharmaceutical hal 448
Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup baik
Sumber :
Handbook Pharmaceutical hal 448
Khasiat
surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%),detergen pada shampoo (≈10%)
Sumber :
Handbook Pharmaceutical hal 448
4.      Asam stearat
Nama zat aktif
Asam stearat
Sumber : FI IV hal 57
Struktur
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700095/materi_files/image002.gif
Sumber : FI IV hal 57
Rumus molekul
C 15H36O2
Sumber : FI IV hal 57
Berat molekul
284,47
Sumber : FI IV hal 57
Pemerian
keras, putih,,  Kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk

Sumber : FI IV hal 57
Kelarutan
sangat larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol, heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air

Sumber : FI IV hal 57
Jarak lebur
Tidak kurang dari 540
Sumber : FI IV hal 57
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Sumber : FI IV hal 57
Khasiat
emulsifying agent 91-20%)

Sumber : handbook pharmaceutical hal.494


5.      Natrium Hidroksida
Nama zat aktif
Natrium Hidroksida
Sumber : FI IV hal 412
Rumus molekul
NaOH
Sumber : FI IV hal 412
Berat molekul
40
Sumber : FI IV hal 412
Pemerian
Bentu : batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih
Sumber : FI IV hal 412
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air dan etanol
Sumber : FI IV hal 412
Penyimpanan
Dalam wadah tertutuo baik
Sumber : FI IV hal 412
Khasiat
Alkalizing agent, buffering agent
Sumber : FI IV hal 412

Pengatur Ph pada Emulsi
Sumber : Martindale Ed.28 Hal.45
6.      Oleum citri
Nama zat aktif
Oleum citri
Sumber : FI IV hal 455
Pemerian
Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauaan, bau khas, rasa pedas dan agak pahit
Sumber : FI IV hal 455
Kelarutan
Larut dalam 12 bagian etanol 95%
Sumber : FI IV hal 455
Penyimpanan
Dalam wadah terisi penuh dan tertutup rapat
Sumber : FI IV hal 455
Khasiat
Corigen odoris
Sumber : FI IV hal 455


BAB III
MATERI DAN METODE
a.      Formula
Tiap 100 ml shampo mengandung :
R/                  Selenium Sulfide          1%
                     Na Lauryl Sulfat           25%
                     As Stearat                     7%
                     NaOH                           1%
                     Nipagin                         qs
                     Ol Citri                          qs
                     Aqua dest          ad        100 ml
b.      Perhitungan bahan shampo dalam 50 ml :
1.      Selenium Sulfide               1% X 50 ml         =  0,5
2.      Na Lauryl Sulfat                25% X 50 ml       =  12,5
3.      As Stearat                          7% X 50 ml         =  3,5
4.      NaOH                                1% X 50 ml         =  0,5
5.      Nipagin                              0,15% X 50 ml    =  0,075
6.      Ol Citri                              qs X 50 ml           =  qs
7.      Aqua dest          ad             50 ml
c.      Perhitungan bahan shampo dalam 5 botol @100ml :
1.      Selenium Sulfide        = 0,5    X 500/50 = 5
2.      Na Lauryl Sulfat         = 12,5  X 500/50 = 125
3.      As Stearat                    = 3,5    X 500/50 = 35
4.      NaOH                          = 0,5    X 500/50 = 5
5.      Nipagin                       = 0,075X 500/50 = 0,75
6.      Ol Citri                        = 5 tts
7.      Aqua dest                    ad 500 ml
d.      Penimbangan
1.      Selenium Sulfide        = 5
2.      Na Lauryl Sulfat         = 125
3.      As Stearat                    = 35
4.      NaOH                          = 5
5.      Nipagin                       = 0,75
6.      Ol Citri                        = 5 tts
7.      Aqua dest                    ad 500 ml

e.       Alat-alat
No
Nama Alat
Jumlah yang digunakan
1.
Perkamen
10
2.
Spatula
1
3.
Pinset
2
4.
Kaca Arloji
2
5.
Pipet
1
6.
Gelas Ukur
2
7.
Mortir + Alu
1
8.
Botol
5
9.
Beaker Glass
1
10.
Cawan uap
2
11
Anak Timbangan
1
12
Timbangan sama lengan
1
13
Sendok tanduk
1
14
Sudip
3

f.        Prosedur pembuatan
1.      Disiapkan dan bersihkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2.      Setarakan timbangan.
3.      timbang bahan-bahan obat yang diperlukan.
4.      Lebur as stearat dan Na laurly sulfat dalam beker glas.
5.      Tambahkan air qs ad massa encer dan homogen
6.      Tambahkan massa nipagin dalam leburan
7.      Angkat dan biarkan sampai dingin
8.      Larutkan NaOH dalam air dingin masukan dalam leburan yg telah dingin.
9.      Larutkan Selenium Sulfide dalam Aqua Dest qs masukan botol.
10.   Tambahkan ol citri 5 tts aduk ad homogen.
11.  Ukur masing-masing 100ml sebanyak 5 kali
12.  Masukan dalam wadah botol beri etiket dan kemas rapih.
 
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGAMATAN

 Hasil Pengamatan
1.      Uji Organoleptis (bentuk,bau,warna, homogemitas dan busa)
      Alat: Panca indra
Ambil sedikit larutan obat
¯
Amati warna, cium aromanya, lihat sediaan
¯
Catat hasilnya.

Formula/evaluasi
1
3
5
7
9
10
Viskositas
Encer
Kental
Kental
kental
Kental
Kental
Homogenitas
homogen
homogen
Homogen
homogen
homogen
Homogen
Karakteristik produk
Wangi citri, putih
Wangi citri, putih
Wangi citri, putih
Wangi citri, putih
Wangi citri, putih
Wangi citri, putih
Pembentukan busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa

2.      Uji pH
Cara pengukuran:
1.      Ambil sedikit sample Larutan 
2.      Masukkan dalam gelas
3.      Aduk-aduk hingga benar-benar homogen (merata)
4.    Biarkan beberapa menit hingga campuran Larutan Homogen
5.    Setelah larutamnya terlihat agak jernih masukkan ujung pH Indikator kedalam campuran tadi (sekitas 1 -3 menit) .
6.      Tunggu beberapa saat sampai k pH indikator berubah warnanya.
7.   Setelah warnanya stabil, cocokkan warna yang diperoleh oleh pH indikator tadi dengan bagan warna petunjuknya.
( Ph = 8 ( Bersifat Basa ) )
3.      Bobot Jenis
 Piknometer kosong              = 20,2 gram ( A )
Piknometer + Air                  =  45,0776 gram ~ 45,1 gram ( B )
Piknometer + Samphoo        = 47,6601 gram ~ 47,7 gram ( C )
Bobot aqua                            = (Pikno + air) – (Pikno kosong)
                                              = 45,1 – 20,2
                                              = 24,9 gram ( D )
Bobot sediaan                       = (Pikno+Samphoo) – (Pikno kosong)
                                                                        = 47,7 – 20,2
                                                                        = 27,5  gram ( E )
                        Volume Air                             = D : r
                                                                        =  24,9: 1
                                                                        = 24,9 ( F )
                        BJ Sediaan                              = E : F
                                                                        = 27,5 : 24,9
                                                                        =  1,1044 gram / mL
4.      Viskositas
      Alat         : Viskometer Ostwald
Siapkan suspensi yang akan diuji, masukkan kedalam beakerglass. Lalu Mangalirinya ke dalamnya
¯
Meniup Larutan sampai cairan berada di atas tanda batas viskometer
¯
Membiarkan cairan turun dan mencatat waktu yang di butuhkan untuk melewati 2 tanda tersebut
¯
Mengulangi Langkah tersebut sebanyak 2 kali dan selisih waktu
Selisih waktu tidak boleh lebih dari 0,5 detik
Viskositas
Keterangan
-
Pada Kelompok kami tidak melakukan Percobaan Viskositas ini karena produk yang kami buat menghasilkan larutan yang sangat kental sehingga dalam evaluasi ini tidak kami lakukan dan juga tidak ada ketersediaan alat viskositas yang untuk viskositas larutan yang kental.


BAB V
PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini kami membuat sediaan Shampo yang mengandung zat aktif Selenium Sulfide. Sediaan shampo anti ketombe dibuat dengan tujuan untuk membantu mencegah rambut rontok, menghilangkan ketombe. Adapun bahan-bahan lain yang digunakan adalah asam stearat, natrium hidroksida, natrium lauril sulfat, ditambah dengan aquades.
            Selenium, pemerian adalah oranye cerah untuk bubuk coklat kemerahan dengan bau samar hidrogen sulfida. Larut dalam Air , larut 1 di sekitar 160 kloroform dan 1 di sekitar 1650 eter. larut dalam kebanyakan pelarut organik lainnya.Khasiatnya adalah  Anti fungi dan Anti Dendruff. Methyl paraben, pemeriannya hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai rasa sedikit terbakar. Kelarutannya sukar larut dalam air, dalam benzene, dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, khasiatnya zat tambahan dan zat pengawet. Natrii lauryl sulfate pemeriannya serbuk atau hablur,warna putih atau kuning pucat, bau  lemah dan khas, kelarutannya larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom, khasiatnya  surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada shampoo (≈10%). Asam stearat pemeriannya keras, putih,,  kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk, kelarutannya  sangat larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol, heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air, khasiatnya emulsifying agent 91-20%). Natrium hidroksida pemeriannya bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih, kelarutannya sangat mudah larut dalam air dan etanol, khasiatnya alkalizing agent, buffering agent. Oleum citri pemeriannya cairan, kuning pucat atau kuning kehijauaan, bau khas, rasa pedas dan agak pahit, kelarutannya larut dalam 12 bagian etanol 95%, khasiatnya corigen odoris .
            Adapun prosedur kerja yang kami lakukan. Pertama, semua bahan dtimbang (Selenium Sulfide 5, Na Lauryl Sulfat   125, As Stearat 35, NaOH  5, Nipagin 0,75, Ol Citri 5 tts, aquadest ± 100ml). Kedua, Lebur as stearat dan Na laurly sulfat dalam beker glas,tambahkan air qs ad massa encer dan homogen, tambahkan massa nipagin dalam leburan, angkat dan biarkan sampai dingin, larutkan NaOH dalam air dingin masukan dalam leburan yg telah dingin lalu masukan Selenium Sulfide . lalu di kocok dengan mixer qs masukan botol,tambahkan ol citri 5 tts aduk ad homogen, ukur masing-masing 100ml sebanyak 5 kali, dan masukan dalam wadag botol beri etiket dan kemas rapih.
      Langkah selanjutnya adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi organoleptis, homogenitas, keasaman (pH), uji viskositas, evaluasi daya sebar, dan uji resistensi panas.
a.       Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evaluasi yang dilakukan dengan cara mengamati sediaan shampo dilihat dari bentuk, warna, dan bau dari sediaan shampo yang dibuat. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui sediaan yang dibuat sesuai dengan standar shampo yang ada, dalam arti sediaan shampo tersebut stabil dan tidak menyimpang dari standar shampo.
b.      Evaluasi kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan shampo  yang baik harus homogen dan bebas dari pertikel- partikel  yang masih mengumpal. Cara kerja pada uji ini yaitu dengan mengoleskan sedikit sediaan shampo di kaca objek dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen.
c.       Evaluasi ketiga yaitu uji keasaman (pH). Uji ini dilakukan dengan cara mencelupkan indicator universal ke dalam sediaan yang akan diuji.
d.      Evaluasi keempat yaitu uji viskositas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan viscometer Brookfield. Dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan shampo. Hasil dari pengujian ini yaitu sediaan shampo memiliki nilai viskositas tinggi sehingga memiliki ketahanan yang besar.

Berdasarakan  masing – masing uji diperoleh hasil sebagai berikut :
a.       Uji organoleptis sediaan shampo yaitu bentuknya bentuknya cairan kental, warna putih dan berbau oleum citri.
b.      Uji homogenitas, hasil yang diperoleh adalah shampo yang dibuat adalah homogen, tidak terdapat partikel yang menggumpal.
c.       Uji keasaman (pH), hasil yang diperoleh adalah sediaan shampo yang dibuat bersifat basa.
d.      Uji viskositas, hasil yang diperoleh adalah sediaan shampo  yang dibuat memiliki nilai viskositas yang tinggi ( Kental) .









BAB VI
KESIMPULAN

1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk fisik sampo ada beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta.
2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti Na lauril sulfat, dan jika terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat pengemulsi.
3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang baik.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH, homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik produk.









DAFTAR PUSTAKA


http://www.resep.web.id/tips/kenali-istilah-shampo-anda.html Di askes pada tanggal 8 Juni 2015 jam 21.25


Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia edisi III.   Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995

Wade, Ainkey, Paul, J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition. London: Pharmaceutical Press

Department of  Pharmaceutical sciences. The Extra Pharmacopoeia Martindale 28 edition. London : The Pharmaceutical Press, 1982

Anonim, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesahatan RI : Jakarta




Link Download File dibawah ini



TAGS : #LAPORAN, #EMULSI, #SHAMPOO, #A3, #SELSUN, #PHARMACY, #TSSSL

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.