Selasa, 11 Juli 2017

LAPORAN EMULSI MINYAK IKAN




I.                   Tujuan Percobaan
·         Mengetahui formulasi dan prosedur pembuatan emulsi Minyak Ikan
·         Mampu membuat sediaan emulsi  yang baik dan menentukan hasil evaluasi pada sediaan emulsi

II.                 Latar Belakang
Ø  Teori
         Menurut Farmakope Indonesia III, emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat air atau distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
        Menurut Farmakope Indonesia IV, emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.
        Menurut RPS 18 th, emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak saling bercampur.
        Menurut Lachman, emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur.
        Menurut Ansel, emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur.
        Menurut Encyclopedia, emulsi digambarkan sebagai sistem heterogen, terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur. Satu diantaranya didispersikan secara seragam sebagai tetesan kecil dalam cairan lain.
        Menurut IMO, Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
        Menurut Formularium Nasional, emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya; umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi.
        Jadi, emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan minyak dan air yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya secara seragam dalam bentuk tetesan – tetesan kecil dengan ukuran diameter 0,1 – 100 nm yang distabilkan dengan emulgator / surfaktan yang cocok (sesuai).
Tipe-tipe Emulsi
1.       M/A (minyak/air)           
    Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-tetesan dalam fase air dan diistilahkan emulsi minyak dalam air.
2.       A/M (air/minyak)           
    Jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium pendispersi, maka emulsi disebut emulsi air dalam minyak.
3.       Emulsi Ganda
    Dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahanaktif. Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi A/M/A atau M/A/M atau disebut “emulsi  dalam emulsi”.
                                                                                                                                (RPS 18th : 298)

Komposisi Sediaan Emulsi
              Sediaan emulsi secara umum terdiri dari  bahan aktif dan juga tambahan
a.       Bahan aktif antara lain :
·         Paraffin cair
·         Oleum gec aselli
·         Curaubitae semin

b.       Bahan tambahan antara lain :
        Emulgator menstabilkan dengan cara menempati antara permukaan antara tetesan dan fase eksternal. Emulgator juga mengurangi tegangan antar muka antara fase sehingga meningkatakan proses emulsifikasi selama pencampuran.
·         Gom Arabikum
            Menambahakan sekaligus 1 1/2 bagian kepada gom itu, kemudian digerus sampai diperoleh suatu masa yang homogen.
·         Merah telur
            Merah telur digerus dalam mortar dengan 3ml air dan kemudian ditambahkan sedikit-sedikit minyaknya. Setelah diencerkan disraing dengan air kasa.
·         Tragakan
            Mula-mula tragakan digerus dengan air yang 20 kali banyaknya, kepada mucilago ini ditambahkan bergantian sejumlah kecil minyak dan air, sangatlah perlu menamabahkan minyak dalam jumlah lebih kecil. 1 gram tragakan = 10 gram gom arab.
·         Carboxymethyloellulose (CMC)
            Larutannya dibuat dengan jalan menuangi zat dengan air didih dan membiarkannya beberapa lama.

c.       Pengawet antimikroba /preserudife
        Sediaan emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air memepermudah pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga fungsi dari pengawet antimikroba yaitu dapat mengurangi kortaminasi mikroorganisme.
·         Asam benzoate
·         Metil paraben (nipagin)=0,015-0,2%
·         Prophylparaben (nipasol)=0,01-0,02%

d.       Antioksidan
        Diperlikan untuk mencegah terjadinya kekeringan dari fase minyak ataupun oksidasi zat berkhasiat
·         Asam askorbat
·         Asam sitrat
·         Askorbil
·         Sulfit
e.       Pembau (corigen adoris)
        Zat pembau ditambahkan agar menutupi bau dari zat aktifnya yang mungkin menyengat
·         Oleum citri
·         Oleum ricini
·         Oleum cinamommi
·         Vanillium
·         Camphora

f.        Pewarna (corigen colori)
        Zat pewarna ditambahkan agar menutupi penampilan yang tidak menarik dan meningkatkan
·         Eritrosin
·         Tartrozin
·         Roosberry red

g.       Perasa (corigen saporis)
        Zat perasa ditambahkan agar menutupi rasa dari minyak, sehingga dapat menarik bagi anak-anak.
·         Gliserin : >20%
·         Sukrosa : 67%
Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1.                 Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2.                 Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
·         * Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2
·         * Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
3.                 Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.

Syarat-syarat Emulsi
              Sediaan emulsi dapat terbentuk jika :
·         Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan
·         Terjadi proses pengadukan (agitosi)
·         Terdapat emulgator
              Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan stabil apabila sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama.
                                                                                                                              (R. Voight hal 434)
Metode Pembuatan Emulsi
a.       Metode Gom Basah
Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dengan mucilago atau gom yang tidak larut sebagai emulgator. Metode ini penting digunakan meski lebih lembab dan tidak sebaik metode kontinental. Penting juga digunakan jika emulgator yang tersedia hanya dalam bentuk air atau harus dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan.

Caranya :
Gom dibuat dengan jumlah kecil lalu sejumlah kecil minyak di tambahkan dengan pengadukan teratur. Setelah emulsi sangat visko, ditambahkan lagi dengan pengadukan teratur sampai semua minyak tercampur. Setelah semua minyak ditambahkan, campuran dicukupkan volumenya dengan air.

b.       Metode Gom Kering
Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dari emulgator gom kering.   

Caranya :
Gom kering (dengan jumlah setara dari 1 – 4 dari jumlah minyak), dideskripsikan sekaligus dengan pengadukan teratur sampai semua minyak tercampur dengan volume air ½ X jumlah minyak. Ditambahkan sekaligus dengan pengadukan teratur. Perbandingan 4 bagian dari minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator. Kemudian pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan tinggi menggunakan gerakan spiral sampai terbentuk emulsi utama yang kembali, suara khas akan terdengan saat emulsi utama yang stabil telah jadi.

c.       Metode Botol
Metode ini digunakan khusus untuk emulsi yang mengandung minyak menguap dan minyak encer lainnya untuk mencegah zat tersebut terpercik.

Caranya :
Minyak dimasukkan dulu dalam botol besar lalu segera ditambahkan gom kering dan dikocok dengan cepat. Penting untuk menambahkan air dengan segera setelah gom terdispersi. Emulsi utama akan dibentuk melalui pengocokan.

d.       Metode Beker
Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis emulgator (ada yang larut air dan ada yang larut minyak.

Caranya :
Masing-masing emulgator dimasukkan dalam beker terpisah diatas water batch dan dipanaskan sampai suhunya 70o C. setelah itu kedua emulgator mencapai suhu yang sama maka fase internal dimasukkan dalam fase eksternal dengan pengadukan dan terus diaduk sampai minyaknya hampir dingin, kalau tidak, maka lapisan minyak akan naik kepermukaan campuran dan memadat membentuk cake, maka sedapat mungkin terdispersi secara seragam sampai sediaan jadi.

Kelebihan Sediaan Emulsi
·         Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi.
·         Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.
·         Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila diinginkan.
·         Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal.
·         Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi.
·         Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain.
·         Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada preparat fase tunggal, sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya, akibatnya pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air sangat diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran  dan penampilan tidak dirusak.
                                                                                                                    (Lachman hal 507)

Kekurangan Sediaan Emulsi
            Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan.
                                                                                                                            (Lachman hal 1031)

2. Evaluasi Sediaan
a.       Organoleptis
        Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase masing-masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
b.       Homogenitas
        Homogenitas sediaan sirup ditunjukkan dengan tercampurnya bahan-bahan yang digunakan.
Dalam formula sirup, baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata. Cara pengujian homogenitas yaitu dengan meletakkan sirup pada objek glass kemudian meratakannya untuk melihat adanya partikel-partikel kecil yang tidak terdispersi sempurna.
c.       Evaluasi pH
        Larutan sirup yang telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas piala 20. Melakukan pengukuran pH menggunakan pH meter dengan mencelupkannya dalam larutan sirup.
d.       Volume Terpindahkan
·         Botol 100 mL yang sebelumnya telah dikalibrasi
·         Sediaan sirup yang telah jadi kemudian dimasukan ke dalam botol 100 ml sampai batas kalibrasi
·         Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume terpindahkannya serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi

e.       Viskositas Cairan
·         Viskometer dibersikan dan dikeringkan
·         Cairan yang akan ditentukan kekentalanya di masukan melalui pipa a sampai ruang r penuh terisi
·         Cairan dihisap melalui pipa b sampai naik melewati garis m
·         Cairan dibiarkan turun sampai garis n
·         Catat waktu yang dibutukan cairan untuk mengalir dari garis m ke n
·         Lakukan 3 kali pengulangan data

f.        Bobot Jenis
·         Menggunakan piknometer yang kering dan bersih.
·         Menimbang piknometer kosong di timbangan analitik.
·         Aquadest dimasukkan kedalam pikometer dan ditimbang.
·         Zat cair (sirup) dimasukkan ke dalam piknometer.
·         Kelebihan zat uji ditimbang dan dibuang.
·         Bobot piknometer kosong dikurangkan dari bobot piknometer yang telah diisi


Ø  Zat Aktif
a.      Penggunaan
                Produk ini mengandung Oleum Lecoris Aselli sebagai zat aktif yang mengandung EPA dan DHA serta vitamin A dan D yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan.

b.      Farmakologi
                Sediaan yang dibuat memiliki efek menambah nafsu makan. DHA sangat berperan dalam mempertajam penglihatan kita serta meningkatkan kecerdasan otak. (Nurfri Afriansyah, peneliti dari bagian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, IPB, Bogor)

c.       Dosis
Dewasa                                : Sehari 3 kali 1 sendok makan
Anak 6-12 tahun               : Sehari 2 kali 1 sendok makan
Anak 1-6 tahun                 : Sehari 1 kali 1 sendok makan
Anak 6 bulan-1 tahun     : Sehari 1 kali 1/2 sendok makan



III.                Preformulasi dan Permasalahan Farmasetika
1.      Preformulasi Zat Aktif
a.      Zat aktif
-          Oleum Lecoris (FI III hal 457)
Pemerian            : Cairan; kuning pucat; bau khas, agak manis, tidak tengik; rasa khas
Kelarutan            : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyaktanah P
Bil. Asam             : Tidak lebih dari 1,2
Penyimpanan    : Wadah yang tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya
Kegunaan            : Sumber vitamin A dan D

b.      Zat tambahan
-          Glycerolum ( FI III hal 1271 dan Handbook of Pharmaceutical Excipients page )
Sinonim                : Gliserol, gliserin
Pemerian            : Cairan seperti sirop; jernih. Tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopis. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapau kurang dari 200
Kelarutan            : Dapat dicampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak
pH                          : Larutan 10% b/v bereaksi netral
Penyimpanan    : Disimpan dalam tempat tertutup baik
Konsentrasi        : Antimicrobial preservative      < 20%
                                  Emolient                                          ≤ 30%
                                  Gel vehicle aquos                         5-15%
                                  Gel vehicle nonaquos                 50-80%
                                  Humectan                                       ≤ 30%
                                  Ophthalmic formula                   0,5-3%
                                  Solvent for parental form         ≤ 50%
                                  Sweetening agent in alcohol elixir    ≤ 20%
Kegunaan            : Zat tambahan, emulgator

-          Aqua Destillata ( FI III hal 96)
Sinonim                : Air
Rumus molekul: H2O
Pemerian              : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan     tidak terasa.
Stabilitas                : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk fisik. Dalam wadah yang sesuai. Terhindar dari kontaminasi partikel pada saat penggunaan.
OTT                          : Dalam formula, air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainnya yang mudah terhidrolisis.
Penyimpanan    : Disimpan dalam tempat tertutup baik
Kegunaan            : Sebagai pelarut

-          Oleum Cinnamomi ( FI III hal 454)
Sinonim                : Minyak kayu manis
Pemerian              : Cairan suling segar berwarna kuning; baud an rasa khas. Jika disimpan dapat menjadi coklat kemerahan
Kelarutan              : Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P; opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air
Penyimpanan    : Disimpan dalam tempat tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk
Kegunaan            : Zat tambahan, corrigen odoris
Dosis                     : 0,3 – 1,2 gr (Cinnamon)
                                  0,05 – 0,2 ml (Oil)

-          Pulvis Gummi Arabic ( FI III hal 454 dan Handbook of Pharmaceutical Excipients page 1)
Sinonim                : PGA, Gumm Acacia
Pemerian              : Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir
Kelarutan              : Mudah larut dalam air, menghasilka larutan yang kental dan tembus cahaya. Praktis dan tidak larut dalam etanol 90% P
Makroskopik        : Butir, bentuk bulat, atau bulat telur, penampang 0,5 cm sampai 6 cm atau berupapecahay bersegi-segi. Warna putih sampai putih kekuningan. Tembus cahaya; buram karena banyak retakan kecil; amat rapuh, permukaan pecahan menyerupai kaca, dan kadang-kadang berwarna seperti pelangi
Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : Zat tambahan, emulsifying agent
Konsentrasi          : Emulsifying agent                      5-10%
                                    Pastilie base                                 10-30%
                                    Suspending agent                      5-10%
                                    Tablet binder                               1-5%


2.      Permasalahan Farmasetika
-          Dibutuhkan penstabil emulsi agar bentuk sediaan emulsi baik/bagus
-          Sediaan yang dibuat berbau amis yang berasal dali lavertraan
-          Pembuatan emulsi minyak ikan bisa saja gagal

3.      Penyelesaian Masalah
-          Digunakan PGA sebagai emulsifying agent
-          Ditambahkan oleum cinnamomi untuk meminimalisir bau dari sediaan emulsi minyak ikan
-          Diperlukan ketelitian dan kesabaran pada saat PGA dan Air dicampur dan ditambahkan dengan gliserin ad corpus emulsi

IV.              Metoda
1.      Formula
Text Box: Untuk 5 botol @ 100 ml

Oleum Lecoris Emulsum (FORNAS hal 217)
R/ Oleum lecoris aselli   100
      Glyserolum    10
      Gummi Arabic   30
      Oleum Cinnamomi  gtt VI
      Aqua dest.   Ad 215
      Mf emulsi


2.      Perhitungan dan Penimbangan
a.      Perhitungan
v  Untuk 1 botol @100 ml
1)      Zat aktif :
Oleum lecoris aselli         = 100  x     = 46,51 gr

2)      Zat tambahan:
Glyserolum                         = 10 x                        = 4,65 gr
PGA                                       = 30 x                        = 13,95 gr
Oleum cinnamomi           = gtt VI  x                 = 2,79  = 3 tetes
Aqua dest ad 100 ml – (46,50 + 4,65 + 14 + 3)      = 31,85 ml = 32 ml


v  Untuk 5 botol

1)      Zat aktif:
Oleum lecoris aselli     = 200 mg x  x 5       = 232,56 gr = 233 gr
2)      Zat tambahan:
Glycerolum                     = 10  x  x 5                = 23,25 gr = 23 gr
PGA                                   = 30 x  x 5                 = 69,76 gr = 70 gr
Oleum cinnamomi       = gttVI x  x 5            = 13,95 = 14 tetes
Aquadest ad 500 ml – (233 + 23 + 70 + 14)        = 160 ml
Oleum menthae           = qs

b.      Penimbangan
No.
Nama
Khasiat
Jumlah
1.
Oleum lecoris aselli
Sumber vitamin A & D
233 gr
2.
Glycerolum
Emulgator
23 gr
3.
PGA
Emulsifying agent
70 gr
4.
Oleum cinnamomi
Corrigen odoris
14 tetes
5.
Aqua dest
Pelarut
160 ml

3.      Alat dan Bahan
a.      Alat
-          Mortir dan stamper
-          Cawan uap
-          Spatel logam
-          Gelas ukur
-          Waterbath
-          Batang pengaduk kaca
-          Wadah 20 g
-          Pipet tetes
-          Perkamen
-          Anak timbangan
-          Alat evaluasi sediaan
-          Tabung Erlenmeyer
-          Botol 100 ml

b.      Bahan
No.
Nama bahan
1.
Oleum Lecoris Aselii
2.
Gycerolum
3.
PGA
4.
Oleum Cinnamomi
5.
Aqua dest

4.      Prosedur Pembuatan
1.       Menyiapkan alat dan bahan, menyetarakan timbangan
2.       Melakukan kalibrasi pada ke-3 botol dengan ukuran 100 ml
3.       Membersihkan lumping sebelum digunakan agar hasil emulsi baik/bagus
4.       Memasukkan oleum lecoris ke dalam lumping + PGA aduk ditengah sampai warna putih diinti
5.       Menambahkan air sekaligus
6.       Memasukkan glyserolum + oleum cinnamomi aduk ad homogeny
7.       Memasukkan ke dalam botol masing-masing ad 100 ml

Penyerahan:
ü  Wadah          = Botol 100 ml
ü  Etiket            = Etiket untuk emulsi
ü  Label             = Kocok dahulu
ü  Signa             = Emulsi Minyak Ikan
5.       Evaluasi
a.       Organoleptis
1.          Bau                                      : Bau kayumanis dan sedikit amis
2.          Warna                                 : Larutan kental putih susu
3.          Rasa                                     : Sedikit manis dan amis

b.       Evaluasi PH
·         Pada hari ke-1, pH masing-masing pada ke-3 emulsi adalah 5
c.       Homogenitas
        Sediaan emulsi yang kami buat tidak terdapat bagian yang menggumpal (homogeny)

d.       Resistensi Panas (Menurut FI IV)
·         Suhu kamar (15o- 30o)                                   :
              Setelah dilakukan percobaan selama  1 jam dengan suhu kamar, emulsi stabil. Tidak mengalami perubahan warna ataupun bau.
·         Suhu dingin (tidak lebih dari 8o)               :
              Setelah dilakukan percobaan selama  1 jam dengan suhu dingin dengan memasukkan ke dalam lemari pendingin, emulsi stabil. Tidak mengalami perubahan warna ataupun bau.
·         Suhu hangat (30o – 40o)                               :
              Setelah dilakukan percobaan selama  1 jam dengan suhu hangat dengan meletakkan dibawah sinar matahari, emulsi stabil. Tidak mengalami perubahan warna ataupun bau.

e.       Uji Sedimentasi
·         Selama 15 menit (26 mei 2015 pukul 14.12 - 14.27)         :
              Dilakukan terhadap emulsi sebanyak 100 ml. Hasilnya tidak terdapat endapan
·         Selama 30 menit (26 mei 2015 pukul 14.12 - 14.32)         :
              Dilakukan terhadap emulsi sebanyak 100 ml. Hasilnya  tidak terdapat endapan sebanyak
·         Selama 7 hari (26 mei 2015 pukul 14.12 – 2 juni 2015 pukul 14.12):
              Dilakukan terhadap emulsi sebanyak 100 ml. Hasilnya terdapat endapan sebanyak 2cc

f.        Viskositas
Bahan
Waktu
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
Rata-rata
Air
30.10
30.15
30.19
30.14
Emulsi
-
-
-
-


Rumus Viskositas:
 η1= t1 ρ1                    
η2 = t2 ρ2
Diketahui :
η Air : 0,89 cp (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th edition)
Ø  Viskositas Emulsi
Tidak dilakukan uji viskositas karena emulsi bersifat kental sehingga susah untuk diamati

g.       Bobot Jenis (Densitas)
-          Air            
Bobot Pikno Kosong (W1)                           : 10 g
Bobot Pikno + Air      (W2)                           : 26,4600 g
Bobot Pikno + Sample-Air (W3)                : 26,4600 g
Bobot Air                                                           : 16,4600 g
Kerapatan Air (ρ)                          :
W3-W1  = 26,4600 – 10,0000  = 16,4600= 1 g/mol
W2-W1     26,4600 – 10,0000     16,4600




-          Sample (Emulsi Minyak Ikan)
Bobot Pikno Kosong (W1)                           : 10 g
Bobot Pikno + Air      (W2)                           : 26,4600 g
Bobot Pikno + Emulsi (W3)                         : 26,6238 g
Bobot Emulsi                                                    : 16,6238 g
Kerapatan Emulsi (ρ)                     :
W3-W1  = 26,6238 – 10,0000  16,6238 = 1,00 g/mol
W2-W1     26,4600 – 10,0000      16,4600


V.                Pembahasan
      Oleum lecoris aselli atau biasa disebut minyak ikan mengandung Omega-3 dan DHA yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan. Sediaan yang dibuat memiliki efek menambah nafsu makan. Nurfri Afriansyah, peneliti dari bagian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, IPB, Bogor mengatakan, pada omega-3 terdapat 2 unsur asam lemak esensial rantai panjang: EPA (Eico Pentanoic Acid)/asam lemak Omega-3 rantai panjang C 20 dan DHA (Doxoca Hexanoic Acid)/asam lemak omega rantai panjang C 22. Asam lemak dari Omega-3 ini disebut juga asam linoleat.
      DHA sangat berperan dalam meningkatkan ketajaman retina mata kita, sekaligus meningkatkan kecerdasan otak. Ketajaman mata menangkap suatu objek dan meneruskannya jadi respon di otak, dipengaruhi oleh unsur DHA. Itulah mengapa, dikatakan DHA berperan terhadap kecerdasan. Sedangkan unsur EPA berperan terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah.
      Dalam minyak ikan juga ada vitamin, karena minyak ikan diambil dari hati ikan. Hati adalah salah satu sumber vitamin A, D, dan juga kalsium maka dikatakan minyak ikan baik juga untuk pertumbuhan tulang dan gigi.




VI.              Kesimpulan
            Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1.       Emulsum (emulsi) adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur. (Ansel)
2.       Perhitungan pada formula sangat menentukan formulasi akhir sediaan. Dalam pembuatan emulsi perlu diperhatikan kualitas bahan dan cara pengadukannya.
3.       Sediaan emulsi mengandung Omega-3, EPA dan DHA sangat berperan dalam mempertajam penglihatan kita serta meningkatkan kecerdasan otak.
4.       Volume emulsi selama 3 hari percobaan tidak mengalami pengurangan.






















VII.           Daftar Pustaka

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: DepkesRI
Anonim.1978.Formularium Nasional. Jakarta: Depkes RI
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press
Anief, Moh. 1988. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.Yogyakarta : Universitas GajahMada
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Rowe, Raymond C.2006.Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th editions.London : Pharmaceutical Press
Voigt, R.1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi,  Diterjemahkan oleh
Soendani N. S. Yogyakarta: UGM Press
http://medicafarma.blogspot.com/2008/10/emulsif.html diakses pada 7 mei 2015 pukul 13.20
http://riafinit.blogspot.com/2014/02/teori-emulsi.html diakses pada 7 mei 2015 pukul 13.25



Link Download File dibawah ini



TAGS : #LAPORAN, #EMULSI, #MINYAK, #IKAN, #PHARMACY, #TSSSL

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.