Senin, 10 Juli 2017

LAPORAN EMULSI HANDBODY OLIVE OIL



Laporan Praktikum
Teknologi Sediaan Semi Solid dan Liquid
Handbody Olive Oil

      I.            Tujuan Percobaan
a.          Diharapkan Mahasiswa dapat mengetahui cara penelusuran pustaka untuk mengumpulkan data zat berkhasiat tertentu dan zat tambahan yang diperlukan sebagai data penunjang dan penyusun formulasi sediaan.
b.         Mahasiswa mampu membuat sediaan handbody dengan baik dan tepat serta dapat mengevaluasi hasil praktikumnya.

   II.            Latar Belakang
a.          Teori

·         Pengertian Emulsi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III hal 9 , Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV hal 6, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Menurut Formularium Nasional hal 314 , Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi; fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi.



·         Pengertian Lotion
Menurut Anief 1984, lotion adalah suatu sediaan dengan medium air yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi dimana mediumnya berupa air. biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaiknya diberi alcohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan member efek penyejuknya.
Menurut Wilkinson 1982, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi.
Menurut Lachman 1994, lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit.

b.      Prinsip
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

c.      Zat Aktif
·     Penggunaan
         Penggunaan topical untuk melembutkan kulit.
·     Farmakologi
         Minyak zaitun dibuat dari buah zaitun yang sangat kaya akan minyak. Minyak ini mengandung sejumlah difenol, seperti hidroksi tyrosol (HT) dan oleu ropein (OE), dalam jumlah sampai 800 mg/liter. Antioksidansia kuat ini berperan bagi stabilitas dan shelf-life panjang dari minyak zaitun, artinya tidak mudah teroksidasi dan menjadi tengik seperti minyak nabati lainnya bila disimpan lama.
        
·     Dosis
             Oleskan secara merata pada kulit dengan teratur.

III.            Preformulasi dan Permasalahan Farmasetik

a.       Preformulasi zat aktif
·         Olive Oil (Martindal The Extra Pharmacopoeia 28 hal 697)
o   Pemerian       : Minyak berwarna kuning pucat atau kuning
                           kehijauan dengan sedikit bau khas dan rasa yang
                      
     khas.
o   Kelarutan       : Sukar larut dalam alcohol, larut dalam aseton,
                          karbon disulfide, kloroform dan eter.
o   Khasiat          : Emolien
o   Konsentrasi    : 5 %

b.      Permasalahan Farmasetika
o   Ketidaksabaran dalam menunggu leburan benar-benar lebur dengan homogen.
o   Ketidaksabaran dalam mengaduk hasil leburan dengan TEA
c.       Penyelesaian Masalah
o   Dalam melebur cetil alcohol, cera alba dan asam stearat itu harus sabar dan sambil diaduk-aduk agar homogeny dan tidak terdapat gumpalan
o   Dalam mengaduk hasil leburan dengan TEA itu harus sabar dan sambil ditekan agar homogeny dan tidak terdapat granul-granul sehingga sediaan terlihat bagus.

d.      Preformulasi zat tambahan
·         Cetyl Alkohol (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 63 dan Martindale The Extra Pharmacopoeia hal 1066)
o   Pemerian        : Serpihan putih, butiran, memiliki bau yang khas.
                         Rasanya hambar dan bernuansa lilin.
o   Kelarutan       : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam alcohol,
                        larut dalam kloroform dan eter.
o   Khasiat &      : Khasiat pada sediaan yaitu sebagai Stiffening
Konsentrasi       agent , dengan konsentrasi 2-10%.

Khasiat
Konsentrasi
Stiffening agent
2-10%
Emulsifier
2-5%
Emollient
2-5%
Water absorbtion
5%


·         Nipagin (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 310 dan FI III hal 378)
o   Pemerian        : putih, bubuk yang hampir tidak berbau dengan
                          rasa sedikit terbakar
o   Kelarutan       : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
                         mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
                         dalam 3 bagian aseton P ; mudah larut dalam eter
                         P dan dalam larutan alkali hidroksida ; larut dalam
                         60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian
                         minyak lemak nabati panas, jika didinginkan
                         larutan tetap jernih.
o   Khasiat &      :Khasiat pada sediaan yaitu pengawet untuk sediaan
Konsentrasi      topical 0,02-0,3%.
 
Khasiat
Konsentrasi
Pengawet untuk sediaan larutan oral
0,015%-0,2%
Pengawet untuk sediaan injeksi
0,065-0,25%
Pengawet untuk  sediaan ophthalmic preparation
0,015-0,05%
Pengawet untuk  sediaan  topical
0,02-0,3%
Pengawet untuk sediaan  vaginal
0,1-0,18%


·         Aqua Destillata (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 336)
o   Pemerian         : Airnya jernih, tidak berwarna, cairan yang tidak
                           berbau
o   Khasiat            : pelarut untuk bahan obat dan bahan tambahan
o   Konsentrasi     : hingga 100%

·         Oleum Rosae (Martindale The Extra Pharmacopoeia hal 682)
o   Pemerian         : Minyak yang dihasilkan dari destilasi bunga segar
                          (bunga mawar damask) dan spesies lainnya. Itu
                          adalah sediaan semi solid berwarna kuning pucat,
                          bau dengan karakteristik yag kuat dan sedikit rasa
                          manis.
o   Kelarutan        : Larut dalam alcohol, 1 ml rose oil dalam 50 ml
                           alcohol 90%.
o   Khasiat            : Corrigen odoris.

·         Gliserin (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 283 dan FI III hal 271)
o   Pemerian         : Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, termasuk
                           cairan yang higroskopis.
o   Kelarutan        : Dapat dicampur dengan air, dan dengan etanol
                           95%; praktis tidak larut dalam kloroform P ,
                           dalam eter P dan dalam minyak lemak.
o   Khasiat &        : Khasiat pada sediaan yaitu sebagai humectan
Konsentrasi          konsentrasi ≤ 30%
Khasiat
Konsentrasi
Antimicrobial preservative
<20%
Emollient
≤30%
Gel vehicle, aqueous
5.0–15.0%
Gel vehicle, nonaqueous
50.0–80.0%
Humectant
≤30%
Ophthalmic formulations
0.5–3.0%
Patch additive
Variable
Plasticizer in tablet film coating
Variable
Solvent for parenteral formulations
≤50%
Sweetening agent in alcoholic elixirs
≤20%

·         Asam Stearat (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 697 dan FI III hal 57)
o   Pemerian         : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
                           hablur ; putih atau kuning pucat ; mirip lemak lilin
o   Kelarutan        : praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian
                          etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan
                          dalam 3 bagian eter P
o   Khasiat &        : Konsentrasi dalam salep ataupun cream yaitu 1-
Konsentrasi        20%
Penggunaan
Konsentrasi
Salep dan cream
1-20%
Tablet Lubricant
1-3%

·         Triethanolamin (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 754 dan FI III hal 612)
o   Pemerian         : Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat
                           ; bau lemah mirip amoniak; higroskopis.
o   Kelarutan        : mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;
                          larut dalam kloroform P
o   Khasiat &        : Khasiat pada sediaan yaitu sebagai emulgator
Konsentrasi         dengan konsentrasi 2-4%

·         Cera Alba ( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 779 dan FI III hal 140)
o   Pemerian         : zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan;
                           bau khas lemah
o   Kelarutan        : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
                           dalam etanol (95%) P dingin ; larut dalam
                           kloroform P, dalam eter P hangat, dalam minyak
                          lemak dan dalam minyak atsiri.
o   Khasiat &        : Khasiat pada sediaan sebagai stiffening agent
Konsentrasi         dengan konsentrasi 5-20%.

 IV.            Metoda
a.    Formula
Handbody Olive Oil
  Tiap 100 ml mengandung:
R/  Cetyl alcohol                     4 g
      Cera alba                           10 g
      Asam Stearat                     2 g
      TEA                                  1 g
Olive Oil                          5%
Gliserin                             20 g
Nipagin                             qs
Oleum rosae                      qs
Aqua destillata      ad        100 ml

b.      Perhitungan dan Penimbangan
Handbody yang akan dibuat @100 ml x 6 botol = 600 ml
1. Cetyl alcohol           = 4 g x 600/100 ml      = 24 g
2. Cera alba                 = 10 g x 600/100 ml    = 60 g
3. Asam stearat           = 2 g x 600/100 ml      = 12 g
4. TEA                        =1 g x 600/100 ml       = 6 g
5. Olive oil                  = 5 g / 100 ml x 600 ml = 30 g
6. gliserin                    = 20 g x 600/100 ml    = 120 g
7. Nipagin                   = 0,18 g/ 100 ml x 600 ml = 1,08 g
8. Oleum rosae            = 12 tetes
4. Aqua dest.  panas    ad        = 600 ml - 253,08 ml = 346,92 ml



Bahan
Penimbangan
Cetyl alcohol
24 gram
Cera alba
60 gram
Asam stearat
12 gram
TEA
6 gram
Olive oil
30 gram
Gliserin
120 gram
Nipagin
1,08 gram
Oleum rosae
12 tetes
Aqua dest. Panas
346,92 ml

c.       Alat dan Bahan
Alat:
·         Lumpang dan alu
·         Spatula
·         Pinset
·         Serbet
·         Botol handbody 100 ml
·         Sudip
·         Beaker glass
·         Perkamen
·         Timbangan
·         Anak timbangan
·         Batang pengaduk
·         Gelas ukur

        Bahan:
·         Cetyl alcohol
·         Cera alba
·         Asam stearat
·         TEA
·         Olive oil
·         Gliserin
·         Nipagin
·         Oleum rosae
·         Aqua dest. panas


d.      Prosedur pembuatan

1.   Siapkan dan bersihkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2.   Setarakan timbangan
3.   Kalibrasi botol
4.   Timbang bahan-bahan yang diperlukan
5.   Panaskan lumpang dan alu
6.   Lebur cetil alcohol, cera alba dan asam stearat dengan menggunakan beaker glass diatas cawan porselen ad homogeny
7.   Buang air panas yang ada pada lumpang lalu bersihkan lumpang
8.   Ambil aqua dest panas dengan beaker glass lalu larutkan nipagin kedalam aqua dest. Panas tersebut
9.   Tuang hasil leburan lalu masukkan TEA , aduk ad homogeny
10.  Lalu masukkan olive oil aduk ad homogeny
11. Lalu masukkan gliserin aduk ad homogeny
12. Lalu masukkan larutan nipagin aduk ad homogeny
13. Lalu yang terakhir teteskan oleum rosae.
14. Masukkan sediaan kedalam botol dan sisanya untuk evaluasi


e.       Evaluasi

1.      Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan kertas pH indicator , dengan perbandingan 60 g : 200 ml air yang digunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang diukur denga kertas pH indicator dengan mencelupkan ujung kertasnya. Lalu lihat perubahan warnanya, sesuaikan dengan warna pada kemasan kertas pH indicator.
·         Emulsi telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas piala 20 ml
·         Lakukan pengukuran ph menggunakan ph meter dengan mencelupkannya kedalam emulsi.
Hasil Pengamatan :
Hasil Evaluasi pH dari sediaan handbody yang kelompok kami buat yaitu pH .
2.      Evaluasi organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna ( misalnya kuning, coklat) dan bau ( misalnya aromatic, tidak berbau). Pemberian dikatakan baik jika warna handbody tidak berubah dan bau tidak hilang.
Hasil pengamatan :
Hasil Evaluasi organoleptis kelompok kami yaitu :
·   Bau                  : minyak mawar
·   Warna             : putih susu
·   Bentuk            : semi solid

3.      Evaluasi Densitas ( bobot jenis )
·         Ditimbang piknometer kosong ( Wpikno)
·         Piknometer kosong diisi air suling hingga penuh, kemudian ditimbang
·         Dihitung selisih antara W pikno + air dan W pikno didapat W air
·         Selanjutnya W air dibagi oleh massa jenis air sehingga didapat volume air ( Vair)
·         emulsi dari masing-masing formula dimasukan kedalam piknometer kosong, kemudian ditimbang ( W pikno + emulsi)
·         Dihitung selisih antarsa W pikno + emulsi W pikno didapat W emulsi
·         Selanjutnya W emulsi dibagi oleh W air, sehingga diperoleh massa jenis emulsi.
·         Massa jenis emulsi selanjutnya dibagi oleh massa jenis air, sehingga diperoleh berat badan emulsi.
·         Prosedur diatas juga dilakukan untuk masing-masing formula emulsi
Hasil pengamatan:
            Hasil evaluasi densitas (bobot jenis) kelompok kami yaitu :
·         Piknometer tanpa cairan (kosong)                  :  gram
·         Piknometer + air                                              :  gram
·         Piknometer + emulsi (handbody olive oil)      :  gram



4.      Evaluasi Viskositas
Viskositas adalah gaya yan diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya
Mengukur viskositas emulsi menggunakan viscometer Brookfield:
·         Masukan emulsi kedalam beaker glass
·         Pasang alat Brookfield dan masukan spindle dalam emulsi
·         Pilih pengatur kecepatan; amati jarum penunjuk pada saat konstan
·         Catat angka yang ditunjuk jarum; hitung viskositasnya
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat viscometer antara lain :
a.       Viscometer kapiler
b.      Viscometer hoppler
c.       Viscometer cup dan plate
d.      Viscometer cone dan plate
Prosedur :
·         Diisi tabung Ostwald dengan sampel
·         Dengan bantuan tekanan atau penghisapan alur mundur cairan dalam tabung kapiler hingga garis graduasi teratas
·         Buka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir beban kedalam wadah melawan tekanan atmosfir
·         Catat waktu dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga batas bawah dalam tabung kapiler.(FI IV hal 1038)
Pada evaluasi ini ada 2 cairan yang digunakan, yaitu aquades dan sirup salbutamol. Masing-masing cairan diuji tiga kali dan dicari rata-ratanya.
Hasil pengamatan :
            Hasil evaluasi viskositas kelompok kami yaitu :
Sampel
percobaan 1
percobaan 2
percobaan 3
Rata-rata
Aquades
30,10 detik
30,15 detik
30,19 detik
30,14 detik
Sirup salbutamol
31,82 detik
32,37 detik
32,61 detik
32,26 detik

η 1 / η 2 = t 1. ρ 1/ t 2. ρ 2
η aqua / η sirup = t aqua. ρ aqua/ t sirup. ρ sirup
 0,89  / ηsirup = 30,14  . 0,97218 / 32,26 . 0,99002
            ηsirup = 28,42/ 29,30
            ηsirup = 0,96 cp
5.      Volume Terpindahkan
·         Masukan emulsi yang telah dibuat dalam botol 50 gram yang telah di tara
·         Tuang emulsi dari dalam botol kedalam gelas ukur 100 ml
·         Amati volume terpindahkan dari sediaan emulsi yang telah dibuat
6.      Penentuan Tipe Emulsi
7.      Volume Sedimentasi
Diamati perubahan volume yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5.
8.      Ukuran Partikel (mikroskop)

   V.            Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan sirup salbutamol, zat aktif dari sirup tersebut yaitu salbutamol sulfat.
Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup salbutamol ini digunakan peroral pada penderita asma.
Kami membuat sediaan sirup ini berdasarkan formula yang kami buat sendiri.
Sebelum kami membuat sediaan sirup ini, kami harus acc jurnal sementara kepada pengawas kami, apabila jurnal kami telah di acc maka barulah kami bisa mengerjakan sedian yang ingin kami buat.
Kami bertiga pun menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah semua alat siap diatas meja. Kami pun menimbang bahan-bahannya, yaitu salbutamol sulfat, dextrose, nipagin dan aqua dest. Kami bertiga membagi tugas untuk menimbang bahan-bahan diatas tersebut.
Setelah semua bahan siap, pertama-tama kami melarutkan dextrose didalam aqua dest, karena jumlah sediaan yang kami ingin buat itu 600 ml maka kami menggunakan dua beaker glass, jadi kami membuat sediaan itu kedalam dua tempat terpisah.
Setelah dextrose itu larut dalam aqua dest. Barulah kami larutkan salbutamol sulfat kedalam larutan dextrose itu. Aduk hingga homogeny dan tidak terdapat lagi partikel-partikel. Lalu tambahkan nipagin dan tambahkan corigent coloris.
Pada proses pengadukan salbutamol sulfat dalam larutan dextrose harus benar-benar diaduk hingga tidak terdapatnya lagi partikel halus, sehingga tidak ada yang mengendap apabila sediaan telah dimasukkan kedalam botol.
Setelah sediaan itu homogen, masukkanlah kedalam botol @100ml ad 3 botol, sisa sirupnya masukkan ke botol lain untuk evaluasi.
Evaluasi sediaan yang dilakukan yaitu evaluasi pH , evaluasi organoleptis, evaluasi kejernihan dan evaluasi intensitas warna.
Evaluasi yang pertama yaitu evaluasi pH , evaluasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pH dari sirup dan pH sirup itu seharusnya sama dengan pH di usus karena sediaan akan diabsorbsi di usus.
Evaluasi yang kedua yaitu evaluasi organoleptis, evaluasi ini dilakukan dengan mengamati sirup dari bentuknya, warnanya dan baunya. Tujuan evaluasi ini yaitu untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat sesuai standar atau tidak.
Evaluasi yang ketiga yaitu evaluasi kejernihan, evaluasi ini dilakukan dengan mengamati apakah sediaan masih terdapat partikel atau sudah jernih. Tujuannya yaitu untuk mengamati kejernihan dari sediaan.
Evaluasi yang keempat yaitu evaluasi intensitas warna, dilakukan dengan mengamati warna sirup yang terjadi selama penyimpanan dan bandingkan dengan warna pada minggu 0. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna pada sediaan cair yang disimpan selama waktu tertentu.
Evaluasi yang kelima yaitu densitas atau berat jenis. Tujuannya untuk mengetahui berat jenis dari sampel.
Evaluasi yang keenam yaitu viskositas. Tujuannya yaitu untuk mengetahui viskositas atau kekentalan dari sampel .
Hasil evaluasi yang kami peroleh yaitu:
·         Evaluasi pH, hasil evaluasi yang kami peroleh yaitu sediaan sirup ini mempunyai pH 8.
·         Evaluasi organoleptis, hasil evaluasi yang kami peroleh yaitu sirup tidak berbau, bentuknya liquid dan warnanya merah.
·         Evaluasi kejernihan, hasil evaluasi yang kami peroleh yaitu kurang jernih dan masih terdapat partikel yang mengendap pada bagian bawah wadah sirup.
·         Evaluasi intensitas warna, hasil evaluasi yang kami peroleh yaitu tidak terjadi perubahan warna dari hari pertama praktikum sampai h-1 sebelum praktikum lagi.
·         Evaluasi densitas, hasil evaluasi yang kami peroleh yaitu berat jenis aquades 0,97218 gram / ml, sedangkan berat jenis sirup yaitu 0,99002 gram / ml.
·         Evaluasi viskositas, hasil evaluasi yang kami peroleh yaitu viskositas aqua 0,89 cp berdasarkan handbook of pharmaceutical excipients dan viskositas sirup yaitu 0,96 cp.




















VI.            Kesimpulan
1.      Mahasiswa dapat membuat sediaan sirup salbutamol dengan menggunakan formula buatan sendiri
2.      Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
3.      Sirup salbutamol ini digunakan oral pada penderita asma.
4.      Pada pembuatan sirup ini harus sabar dalam melarutkan salbutamol dalam larutan dextrosenya, tunggu hingga benar-benar larut barulah dimasukkan kedalam botol, agar sirup yang didapat berwarna bening, tidak keruh dan tidak ada yang mengendap.

















VII.            Daftar  Pustaka
·         Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
·         Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
·         Anonim. 1978. Formularium Nasional . Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
·         Boylan, James C. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Washington
·         Tjay, Tan Huan dan Drs. Kirana Rahardja. 2008. Obat-Obat Penting edisi VI. Jakarta : PT. Gramedia
·         Reynolds, James E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28. London : The Pharmaceutical Press
·         Sirait, Midian. 2014. ISO Volume 49. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan
·         Buku penuntun praktikum teknologi seiaan semi solid dan liquid











Link Download File dibawah ini



TAGS : #LAPORAN, #EMULSI, #HANDBODY, #OLIVE, #OIL, #PHARMACY, #TSSSL

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.