I.
Tujuan
Percobaan
A.
Tujuan
Umum :
1.
Diharapkan
mahasiswa/i dapat mengetahui cara penulusuran pustaka untuk mengumpulkan data
zat berkhasiat tertentu dan zat tambahan yang diperlukan sebagai data penunjang
dalam penyusunan formulasi sediaan.
2.
Dapat
membuat krim dengan menggunakan berbagai jenis basis krim yang cocok.
3.
Mengetahui
permasalahan farmasetika dalam pembuatan krim
4.
Mengamati
pengaruh basis krim terhadap karakteristik secara fisik dan pelepasan bahan
aktif.
B. Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa/i mampu membuat dan mengevaluasi
bentuk sediaan krim sebagai obat dnegan formula zat aktif Betamethasone Dipropionate
2. Menguji Kestabilan krim dengan menggunakan
basis Cleansing Milk
I.
Latar
Belakang
A. Teori
Menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV ,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, Krim adalah sediaan setengah padat, berupa
emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim (Creamor) adalah bentuk sediaan setengah padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau
dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,
yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan
estetika. Krim juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
Krim dibedakan menjadi 2 tipe:
1. Tipe emulsi minyak dalam
air O/W yang lebih sesuai untuk digunakan pada daerah lipatan
2. Tipe emulsi air dalam
minyak W/O dengan efek lubrikasi lebih baik
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk tipe W/O digunakan sabun
polivalen, span, adeps lanae, kolesterol, dan cera. Sedangkan untuk tipe O/W
digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium
stearat dan amonium stearat. Selain itu dapat juga digunakan tween, natrium
lauril sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgid.
Kestabilan krim akan
terganggu atau rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah
satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama
lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui
pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah
diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu satu bulan. Sebagai pengawet pada
krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0.12% sampai 0.185
atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0.025 sampai 0.05%. Penyimpanan krim
dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube di tempat sejuk. Penandaan pada
etiket harus juga tertera “Obat Luar”.
B.
Prinsip
Prinsip Pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan
(safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan
dalam suasana panas yaitu temperature 70o-80o C. (Dirjen
POM,1995).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam
minyak (W/O) dan emulsi minyak terdispersi dalam air (O/W). sebagai pengelmusi
dapat digunakan surfaktan anionic, kationik dan non anionic. Untuk krim tipe
W/O digunakan : sabun monoalen, tween, natrium laurysulfat, emulgidum dan
lain-lain. Krim tipe O/W mudah dicuci. (Arief 1994).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan
dasar yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar
krim yang diharapkan adalah sebagai berikut :
- Stabil,
selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari
inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam
kamar.
- Lunak,
yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.
- Mudah
dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan
dari kulit.
- Terdistribusi
merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan (Anief, 1994).
C. Zat Aktif
Ø Penggunaan : Menyembuhkan
manifestasi inflamasi dan puritus dari psoriasis dan dermatosis lain yang respon
terhadap kotikosteroid Yang resisten atau berat
Ø Farmakologi : Betamethason
Dipropionate adalah kortikosteroid yang bersifat efektif, menghasilkan efek
yang cepat. Sehingga dapat digunakan sebagai antiinflamasi, antipruitik, dan
vasokontriksi. Menurut Mckenzie Stoughten Vasokonstriktor Test, Betamethasone
Dipropionate ditujukan secara signifikan lebih aktif (p<0,05) dibandingkan Bethamethasone
pivalate.
Ø Dosis : Oleskan pada bagian yang
sakit sehari 1-2 kali atau pagi dan malam hari
II.
Preformulasi
A. Preformulasi Zat Aktif
1. Betamethasone Dipropionate
Betamethasone
Dipropionate mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C28H37FO7,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Nama Zat Aktif
|
Betamethason Dipropionate
|
Literatur
|
Sinonim
|
Betamethasone Dipropionate
|
FI IV
Hal 138
|
Berat Molekul
|
504,59
|
FI IV
Hal 138
|
Struktur
|
|
FI IV
Hal 138
|
Rumus Molekul
|
C28H37FO7
|
FI IV
Hal 138
|
Pemerian
|
Serbuk putih krem; tidak berbau
|
FI IV
Hal 138
|
Kelarutan
|
Tidak larut dalam air mudah larut dalam aseton dan
kloroform; agak
sukar larut dalam etanol
|
FI IV
Hal 138
|
Khasiat
|
Antiinflamasi
|
FI IV
Hal 138
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik
|
FI IV
Hal 138
|
B. Preformulasi Zat Tambahan
1. Acid Stearicum
Asam
stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian
besar terdiri dari asam oktadekanoat ( C18H36O2)
dan asam heksadekanoat ( C16H32O2)
Nama Zat Aktif
|
Asam Stearicum
|
Literatur
|
Sinonim
|
Asam oktadekanoat
|
FI III
Hal 57
|
Berat
Molekul
|
328 g/mol
|
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19779/4/Chapter%20II.pdf
|
Rumus Molekul
|
C18H36O2
|
FI III
Hal 57
|
Pemerian
|
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur;
putih atau kuning pucat mirip lemak lilin
|
FI III
Hal 57
|
Kelarutan
|
Mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform
dan eter larut dalam etanol 95% hexa dan propilenglikol praktis tidak larut
dalam air
|
FI III
Hal 57
|
Khasiat
|
Zat Tambahan
|
FI III
Hal 57
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik sitempat kering
|
FI III
Hal 57
|
2. Triaethanolaminum
Trietanolamina adalah campuran dari
trietanolamina, dietanolamina dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap anhidrat sebagai
trietanolamina, N ( C2H4OH)3.
Nama Zat Aktif
|
Triaethanolaminum
|
Literatur
|
Sinonim
|
Trietanolamina
|
FI III
Hal 163
|
Rumus Molekul
|
N ( C2H4OH)3
|
FI III
Hal 163
|
Pemerian
|
Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau
lemah mirip amoniak; higroskopik
|
FI III
Hal 163
|
Kelarutan
|
Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut
dalam kloroform P
|
FI III
Hal 163
|
Khasiat
|
Zat Tambahan
|
FI III
Hal 163
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
|
FI III
Hal 163
|
3. Adeps Lanae
Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang
dimurnikan, diperoleh dari bulu domba ovis
aries Linne ( Fam Bovidae), mengandung air tidak lebih dari 0,25%.
Nama Zat Aktif
|
Adeps Lanae
|
Literatur
|
Sinonim
|
Lemak bulu domba
|
FI III
Hal 61
|
Jarak lebur
|
36o sampai 40o
|
FI III
Hal 61
|
Pemerian
|
Zat serups lemak, liat, lekat; kuning muda atau kuning
pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas
|
FI III
Hal 61
|
Kelarutan
|
Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform
P dan dalam eter P
|
FI III
Hal 61
|
Khasiat
|
Zat Tambahan
|
FI III
Hal 61
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya ditempat
sejuk
|
FI III
Hal 61
|
4. Paraffinum Liquidum
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang
diperoleh dari minyak mineral; sebagai zat pemantap dapat ditambahkan
tokoferol; atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj.
Nama Zat Aktif
|
Paraffinum Liquidum
|
Literatur
|
Sinonim
|
Parafin cair
|
FI III
Hal 474
|
Kekentalan
|
Pada suhu 37,8oC
|
FI III
Hal 475
|
Pemerian
|
Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak
berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa
|
FI III
Hal 474
|
Kelarutan
|
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P; dan dalam eter P
|
FI III
Hal 474
|
Khasiat
|
Zat Tambahan
|
FI III
Hal 474
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
|
FI III
Hal 475
|
5. Aqua Destillata
Air
Suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Aquadest adalah cairan
jernih yang diperoleh melalui proses detilasi (penyulingan) air ledeng.
Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non parenteral.
Nama Zat Aktif
|
Aqua Destillata
|
Literatur
|
Sinonim
|
Air Suling
|
FI III
Hal 96
|
Berat Molekul
|
18,02
|
FI III
Hal 96
|
Rumus Molekul
|
H2O
|
FI III
Hal 96
|
Pemerian
|
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
|
FI III
Hal 96
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik
|
FI III
Hal 96
|
6. Methylis Parabenum
Metil Paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
100,5% C8H8O3 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Nama Zat Aktif
|
Methylis Parabenum
|
Literaratur
|
Sinonim
|
Metil Paraben
|
FI IV
Hal 55l
|
Berat Molekul
|
152,15
|
FI IV
Hal 55l
|
Rumus Molekul
|
C8H8O3
|
FI IV
Hal 55l
|
Pemerian
|
Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur; putih;
tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar
|
FI IV
Hal 55l
|
Kelarutan
|
Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan eter
|
FI IV
Hal 55l
|
Khasiat
|
Zat Pengawet
|
FI IV
Hal 55l
|
Penyimpanan
|
Dalam Wadah tertutup baik
|
FI IV
Hal 55l
|
C. Permasalahan Farmasetik
Dari data preformulasi diatas, didapat penyelesaian maslah
zat aktif sebagai berikut :
- Sediaan dibuat setengah padat karena krim terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air. Selain itu, krim dibuat setengah padat karena dapat
ditambahkan formula yang dapat
mengurangi dan mencegah efek samping jangka panjang yang akan ditimbulkan
dengan basis yang sesuai yaitu cleansing milk.
- Sediaan
krim harus diberi Nipagin yang berkhasiat sebagai bahan pengawet, karena
krim mengandung air dan bahan – bahan yang dapat
dirusakkan oleh
mikroorganisme.
- Zat Aktif Betamethasone Dipropionate merupakan
golongan kortikosteroid topical yang sangat poten dan kuat potensinnya
600 kali lebih kuat dibandingkan hydrocortisone. Semakin tinggi
potensinya semakin tinggi pula terjadi efek samping-nya. Oleh karena itu
harus diberikan emollient (Cleansing
Milk) yang berkhasiat untuk melembabkan kulit, melicinkan dan
mendinginkan area yang dioleskan.
- Sediaan krim dapat menjadi rusak bila
terganggu sistem campurannya terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan
perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan
satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui
pengencer yang cocok. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam
waktu satu bulan.
III.
Metode
A. Formula
R/ Diprosone-OV oint Cream 0,005%
Cleansing
Milk ad 10 gram
Mf
cream
S.U.E
Diprosone-OV oint cream 10gram
(ISO vol 48 Hal 390)
Komposisi: Betamethasone Dipropionate setara Bethametason
0,5mg/gram
Basis Krim
Cleansing Milk (FMS Hal
R/ Acid
Stearin 145
Triethanolamin 15
Adeps
Lanae 30
Paraf
Liq. 250
Aquadest 550
Nipagin qs
M.f
Cream
S.U.E
B. Perhitungan
Untuk Pembuatan 10 tube Diprosone OV Cream @10gram
1.
Bethametason Dipropionate = 0,5 mg x 10 = 5mg
= 5mg x 10 = 50mg = 0,005gr
2.
Cleansing Milk = 10gr – 0,005gr = 99,95gr
a.
Asam Stearin = 145/ 990 x 9,995 = 1,46gr x 10
= 14,6gr ~ 15gr
b.
TEA = 15/ 990 x 9,995 = 0,15gr x 10
= 1,5gr
~ 1gr
c.
Adeps Lanae = 30/ 990 x 9,995 = 0,3gr x 10
= 3gr
d.
Paraf. Liq = 250/
990 x 9,995 = 2,52gr x 10
= 25,2gr
~ 25gr
e.
Aquadest = 550/
990 x 9,995 = 5,55gr x 10
=
55,5 ~ 55ml
f.
Nipagin
=
0,15% x 10 = 0,015 x 10
= 0,15gr
= 150gr
C. Penimbangan
1.
Bethametasone Dipropionate = 50mg
2.
Cleansing Milk
a.
Asam Stearin =
15gr
b.
TEA =
1gr
c.
Adeps Lanae =
3gr
d.
Paraf. Liq = 25gr
e.
Aquadest =
55ml
f.
Nipagin =
150gr
D. Alat dan Bahan
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
Mortir dan stemper
|
1 pasang
|
2
|
Pinset
|
1 buah
|
3
|
Pot plastik
|
2 buah
|
4
|
Pipet tetes
|
3 buah
|
5
|
Sudip
|
2 buah
|
6
|
Tube @10gr
|
5 buah
|
7
|
Spatel
|
1 buah
|
8
|
Sendok tanduk
|
1 buah
|
9
|
Cawan Porselen
|
2 buah
|
10
|
Gelas ukur 100ml
|
1 buah
|
11
|
Becker glass
|
1 buah
|
12
|
Timbangan
|
1 pasang
|
13
|
Anak timbangan
|
1 paket
|
14
|
Kertas perkamen
|
25 lembar
|
15
|
waterbath
|
1 buah
|
E. Prosedur Pembuatan
1.
Siapkan Alat dan bahan yang diperlukan.
2.
Timbang bahan obat ( As.Stearin, TEA, Adeps Lanae, Paraf. Liq,
Nipagin) sesuai jumlah yang dibutuhkan.
3.
Masukkan As. Stearin + Adeps Lanae + Paraf.Liq dalam cawan
porselen, lalu panaskan diatas waterbath ad cair.
4.
Panaskan Mortir dan stemper dengan air panas, sesudah panas lalu
dikeringkan.
5.
Masukkan air panas ke becker glass yang sudah dikalibrasi ,
tambahkan TEA sesuai jumlah yang dibutuhkan.
6.
Tuangkan TEA ditambah air panas, lalu diaduk-aduk dan tambahkan
bahan obat yang sudah cair ke dalam mortir yang sudah dipanaskan, diaduk-aduk
tambahkan air panas sisa diaduk terus ad basis krim.
7.
Kemudian gerus betamethasone dipropionate ad homogen, lalu
tambahkan hasil leburan sedikit demi sedikit gerus ad homogen.
8.
Setelah homogen, masukkan dalam tube @10gr kemas dengan rapih.
9.
Lakukkan evaluasi.
F.
Evaluasi
No.
|
Evaluasi
dan Prosedur Evaluasi
|
1.
|
Pengamatan Organoleptis
Evaluasi organoleptis dilakukan dengan menggunakkan
panca indra mulai dari bau,warna, tekstur sediaan dan konsistensi. Adapun
hasil pengamatan organoleptis dari sediaan yang kami buat adalah sebagai
berikut :
-
Bentuk : Semi Solid
-
Warna : Putih
-
Bau : Tidak berbau
-
Konsistensi
: Halus dan homogen
|
2.
|
Uji Stabilitas Fisik
-
Stabilitas
dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas
yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat.
(Dirjen POM,1995).
-
Tujuan
pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat
yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun
sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai
dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu
dicantumkan dalam label (Lachman, 1994).
Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari
perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut,
sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui
analisis kimia.
-
Uji stabilitas fisik dilakukan untuk mengamati pemisahan fase air dan fase minyak dalam sediaan selama penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 7 hari dan untuk mengamati pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
sediaan pata setelah penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 7 hari.
Adapun hasil uji stabilitas fisikdalam berbagai
suhu dari sediaan yang kami buat adalah sebagai berikut:
Suhu sejuk :
stabil
Suhu kamar :
stabil
Suhu panas : stabil
|
3.
|
pH
Harga
pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang
sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga
pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap
aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai.
Evaluasi
pH menggunakan perbandingan 60 g:200 ml air yang di gunakan untuk
mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen. Diamkan agar mengendap, lalu airnya yang di ukur dengan pH meter. Kemudian catat hasil yang tertera pada pH meter.
Adapun hasil uji pH dari sediaan
yang kami buat adalah basa dengan pH 8.
|
IV.
Pembahasan
Betamethasone Dipropionate adalah Kotikosteroid yang
bersifat efektif menghasilkan efek yang cepat. Sehingga dapat digunakan sebagai
Aintiinflamasi, antipruritic, vasokontriksi. Dalam bentuk krim, betamethasone
dipropionate dapat menyembuhkan manifestasi inflamasi dan puritus dari
psoriasis dan dermatosis lain yang respon terhadap kotikosteroid yang resisten
atau berat. Namun, dalam penggunaan jangka panjang, ada kekhawatiran yang cukup
besar terkait efek samping yaitu penipisan kulit dan kulit kering. Sehingga
dibutuhkan formula yang memiliki khasiat untuk melembabkan kulit, melicinkan
atau mendinginkan area yang dioleskan untuk menghindari kulit kering dan proses
inflamasinya.
Sediaan dibuat setengah padat karena krim terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air. Selain itu, krim dibuat setengah padat karena agar dapat
ditambahkan formula yang dapat
mengurangi dan mencegah efek samping jangka panjang yang akan ditimbulkan
dengan basis yang sesuai yaitu cleansing milk sebagai emollient.
Krim yang kami buat ini termasuk krim tipe O/W, sehingga
kami menggunakan zat pengelmusi trietanolamin dan pengawet yang kami gunakan
adalah metil paraben dengan kadar 0,15%. Prinsip yang kami gunakan dalam
pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu
asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakkan dalam suasana panas yaitu
temperatur 70o-80oC.
Proses pembuatan krim dimulai dengan melebur asam stearin,
adeps lanae, dan paraf liquid dalam cawan porselen diatas watherbath. Kemudian
trietanolamin, metil paraben digerus sambil ditambahkan sisa air panas di dalam
mortar. Lalu tambahkan hasil leburan sambil ditambahkan sisa airpanas ad
terbentuk basis cream. Setelah itu zat aktif (Betamethasone Dipropionate)
digerus ad halus. Kemudian tambahkan basis cream sedikit demi sedikit, gerus ad
homogeny. Setelah dikemas, kemudian krim akan diuji atau dievaluasi.
Evaluasi yang kami lakukan meliputi pengamatan
organoleptis, uji stabilitas fisik, dan pH. Pada pengamatan organoleptis
sediaan memiliki bentuk semi solid yang berwarna putih dan juga tidak berbau
dengan konsistensi yang halus dan homogen. Setelah dilakukan uji stabilitas
fisik, krim ini memiliki stabilitas fisik yang cukup baik. Krim akan tetap
stabul atau tetap konsistensinya pada suhu sejuk , suhu kamar ataupun suhu
panas. Pada penentuan pH nya krim ini termasuk golongan basa.
V.
Kemasan
A.
Etiket
B.
Dus
C. Brosur
TAMPAK DEPAN
VI.
Kesimpulan
Formula yang kami gunakan untuk membuat Diprosone-Ov Cream
10gram adalah sebagai berikut :
No.
|
Bahan
|
Jumlah
(untuk 1 tube)
|
Jumlah
(untuk 10 tube)
|
1
|
Betamethasone Dipropionate
|
5mg
|
50mg
|
2
|
Acid Stearin
|
1,46gr
|
14,6gr
|
3
|
TEA
|
0,15gr
|
1,5gr
|
4
|
Adeps Lanae
|
0,3gr
|
3gr
|
5
|
Paraf. Liq
|
2,52gr
|
25,2gr
|
6
|
Aquadest
|
5,55ml
|
55,5ml
|
7
|
Nipagin
|
0,015gr
|
0,15gr
|
Kesimpulan dari evaluasi yang kami lakukan adalah sebagai
berikut :
No.
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1.
|
Organoleptis
|
-
Bentuk : Semi Solid
-
Warna : Putih
-
Bau : Tidak berbau
-
Konsistensi
: Halus dan homogen
|
2.
|
Uji stabilitas Fisik
|
Suhu sejuk :
stabil
Suhu kamar :
stabil
Suhu panas : stabil
|
3.
|
Uji pH
|
Suhu sejuk :
stabil
Suhu kamar :
stabil
Suhu panas : stabil
|
Ditjen POM Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik
Indonesia halaman 37,
413, 534, 567, 65, 96, 395, 561, 762, dan 455
Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Lachman,Leon.1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi III,
Jakarta: UI Press
Ansel,
Haward C.1989.Pengantar Buku Sediaan Farmasi edisi IV,Jakarta:
UI Press
Sartono. 1996. Obat-obat Bebas Dan Bebas Terbatas.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia. 1989. Formularium
Medicamentorum Selectum. Ed. IV. Surabaya.
Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Link Download File dibawah ini