Senin, 10 Juli 2017

LAPORAN CREAM DISPROSONE OV.OINT


I.                   Tujuan Percobaan

A.     Tujuan Umum :
1.       Diharapkan mahasiswa/i dapat mengetahui cara penulusuran pustaka untuk mengumpulkan data zat berkhasiat tertentu dan zat tambahan yang diperlukan sebagai data penunjang dalam penyusunan formulasi sediaan.
2.       Dapat membuat krim dengan menggunakan berbagai jenis basis krim yang cocok.
3.       Mengetahui permasalahan farmasetika dalam pembuatan krim
4.       Mengamati pengaruh basis krim terhadap karakteristik secara fisik dan pelepasan bahan aktif.
B.     Tujuan Khusus :
1.      Mahasiswa/i mampu membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan krim sebagai obat dnegan formula zat aktif  Betamethasone Dipropionate
2.      Menguji Kestabilan krim dengan menggunakan basis Cleansing Milk

I.                   Latar Belakang

A.    Teori

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV ,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim (Creamor) adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
Krim dibedakan menjadi 2 tipe:
1.    Tipe emulsi minyak dalam air O/W yang lebih sesuai untuk digunakan pada daerah lipatan
2.    Tipe emulsi air dalam minyak W/O dengan efek lubrikasi lebih baik
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk tipe W/O digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol, dan cera. Sedangkan untuk tipe O/W digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan amonium stearat. Selain itu dapat juga digunakan tween, natrium lauril sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgid.
                   Kestabilan krim akan terganggu atau rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu satu bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0.12% sampai 0.185 atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0.025 sampai 0.05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube di tempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera “Obat Luar”.
B.     Prinsip
Prinsip Pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperature 70o-80o C. (Dirjen POM,1995).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (W/O) dan emulsi minyak terdispersi dalam air (O/W). sebagai pengelmusi dapat digunakan surfaktan anionic, kationik dan non anionic. Untuk krim tipe W/O digunakan : sabun monoalen, tween, natrium laurysulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe O/W mudah dicuci. (Arief 1994).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkan adalah sebagai berikut :
  1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
  2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
  3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
  4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).

C.     Zat Aktif
Ø  Penggunaan : Menyembuhkan manifestasi inflamasi dan puritus dari psoriasis dan dermatosis lain yang respon terhadap kotikosteroid Yang resisten atau berat
Ø  Farmakologi : Betamethason Dipropionate adalah kortikosteroid yang bersifat efektif, menghasilkan efek yang cepat. Sehingga dapat digunakan sebagai antiinflamasi, antipruitik, dan vasokontriksi. Menurut Mckenzie Stoughten Vasokonstriktor Test, Betamethasone Dipropionate ditujukan secara signifikan lebih aktif  (p<0,05) dibandingkan Bethamethasone pivalate.
Ø  Dosis : Oleskan pada bagian yang sakit sehari 1-2 kali atau pagi dan malam hari





II.                Preformulasi
A.    Preformulasi Zat Aktif
1.      Betamethasone Dipropionate
Betamethasone Dipropionate mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C28H37FO7, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Nama Zat Aktif
Betamethason Dipropionate
Literatur
Sinonim
Betamethasone Dipropionate
FI IV
Hal 138
Berat Molekul
504,59
FI IV
Hal 138
Struktur

FI IV
Hal 138
Rumus Molekul
C28H37FO7
FI IV
Hal 138
Pemerian
Serbuk putih krem; tidak berbau
FI IV
Hal 138
Kelarutan
Tidak larut dalam air mudah larut dalam aseton dan kloroform; agak
sukar larut dalam etanol
FI IV
Hal 138
Khasiat
Antiinflamasi
FI IV
Hal 138
Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik

FI IV
Hal 138

B.     Preformulasi  Zat Tambahan
1.      Acid Stearicum

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat ( C18H36O2) dan asam heksadekanoat ( C16H32O2)

Nama Zat Aktif
Asam Stearicum
Literatur
Sinonim
Asam oktadekanoat
FI III
Hal 57
Berat
Molekul
328 g/mol
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19779/4/Chapter%20II.pdf
Rumus Molekul
 C18H36O2
FI III
Hal 57
Pemerian
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat mirip lemak lilin
FI III
Hal 57
Kelarutan
Mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter larut dalam etanol 95% hexa dan propilenglikol praktis tidak larut dalam air
FI III
Hal 57

Khasiat
Zat Tambahan
FI III
Hal 57
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik sitempat kering
FI III
Hal 57



2.      Triaethanolaminum

Trietanolamina adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap anhidrat sebagai trietanolamina, N ( C2H4OH)3.
              
Nama Zat Aktif

Triaethanolaminum

Literatur
Sinonim
Trietanolamina
FI III
Hal 163
Rumus Molekul
N ( C2H4OH)3
FI III
Hal 163
Pemerian
Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik
FI III
Hal 163
Kelarutan
Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P
FI III
Hal 163
Khasiat
Zat Tambahan
FI III
Hal 163
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
FI III
Hal 163

3.      Adeps Lanae

Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba ovis aries Linne ( Fam Bovidae), mengandung air tidak lebih dari 0,25%.
Nama Zat Aktif
Adeps Lanae
Literatur
Sinonim
Lemak bulu domba
FI III
Hal 61
Jarak lebur
36o sampai 40o
FI III
Hal 61
Pemerian
Zat serups lemak, liat, lekat; kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas
FI III
Hal 61
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P
FI III
Hal 61
Khasiat
Zat Tambahan
FI III
Hal 61
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya ditempat sejuk
FI III
Hal 61

4.      Paraffinum Liquidum

Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol; atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj.

Nama Zat Aktif
Paraffinum Liquidum
Literatur
Sinonim
Parafin cair
FI III
Hal 474
Kekentalan
Pada suhu 37,8oC
FI III
Hal 475
Pemerian
Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa
FI III
Hal 474
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P; dan dalam eter P
FI III
Hal 474
Khasiat
Zat Tambahan
FI III
Hal 474
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
FI III
Hal 475

5.      Aqua Destillata

Air Suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses detilasi (penyulingan) air ledeng. Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non parenteral.

Nama Zat Aktif
Aqua Destillata
Literatur
Sinonim
Air Suling
FI III
Hal 96
Berat Molekul
18,02
FI III
Hal 96
Rumus Molekul
H2O
FI III
Hal 96
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
FI III
Hal 96
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
FI III
Hal 96



6.      Methylis Parabenum

Metil Paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C8H8O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
              
Nama Zat Aktif
Methylis Parabenum
Literaratur
Sinonim
Metil Paraben
FI IV
Hal 55l
Berat Molekul
152,15
FI IV
Hal 55l
Rumus Molekul
C8H8O3
FI IV
Hal 55l
Pemerian
Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar
FI IV
Hal 55l
Kelarutan
Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan eter
FI IV
Hal 55l
Khasiat
Zat Pengawet
FI IV
Hal 55l
Penyimpanan
Dalam Wadah tertutup baik
FI IV
Hal 55l

C.     Permasalahan Farmasetik
Dari data preformulasi diatas, didapat penyelesaian maslah zat aktif sebagai berikut :
    1. Sediaan dibuat setengah padat karena krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air. Selain itu, krim dibuat setengah padat karena dapat ditambahkan formula yang  dapat mengurangi dan mencegah efek samping jangka panjang yang akan ditimbulkan dengan basis yang sesuai yaitu cleansing milk.
    2. Sediaan krim harus diberi Nipagin yang berkhasiat sebagai bahan pengawet, karena krim mengandung air dan bahan – bahan yang dapat
    dirusakkan oleh mikroorganisme.
    1. Zat Aktif  Betamethasone Dipropionate merupakan golongan kortikosteroid topical yang sangat poten dan kuat potensinnya 600 kali lebih kuat dibandingkan hydrocortisone. Semakin tinggi potensinya semakin tinggi pula terjadi efek samping-nya. Oleh karena itu harus diberikan emollient (Cleansing  Milk) yang berkhasiat untuk melembabkan kulit, melicinkan dan mendinginkan area yang dioleskan.
    2. Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

III.             Metode
A.    Formula
R/ Diprosone-OV oint Cream  0,005%
      Cleansing Milk                        ad 10 gram
      Mf cream
      S.U.E
Diprosone-OV oint cream 10gram (ISO vol 48 Hal 390)
Komposisi: Betamethasone Dipropionate setara Bethametason 0,5mg/gram
Basis Krim
Cleansing Milk (FMS Hal
                              R/ Acid Stearin                145
                                    Triethanolamin            15
                                    Adeps Lanae               30
                                    Paraf Liq.                    250
                                    Aquadest                     550
                                    Nipagin                       qs
                                    M.f Cream
                                    S.U.E

B.     Perhitungan
Untuk Pembuatan 10 tube Diprosone OV Cream @10gram

1.      Bethametason Dipropionate = 0,5 mg x 10 = 5mg
  = 5mg x 10 = 50mg = 0,005gr
2.      Cleansing Milk                          = 10gr – 0,005gr = 99,95gr
a.       Asam Stearin                     = 145/ 990 x 9,995 = 1,46gr  x 10
= 14,6gr ~ 15gr
b.      TEA                                   = 15/ 990 x 9,995      = 0,15gr x 10
= 1,5gr ~ 1gr
c.       Adeps Lanae                     = 30/ 990 x 9,995      = 0,3gr x 10
= 3gr
d.      Paraf. Liq                           = 250/ 990 x 9,995   = 2,52gr x 10
= 25,2gr ~ 25gr
e.       Aquadest                            = 550/ 990 x 9,995   = 5,55gr x 10
= 55,5  ~ 55ml
f.       Nipagin                              = 0,15% x 10            = 0,015 x 10
= 0,15gr = 150gr

C.     Penimbangan
1.      Bethametasone Dipropionate = 50mg
2.      Cleansing Milk
a.       Asam Stearin                   = 15gr
b.      TEA                                 = 1gr
c.       Adeps Lanae                   = 3gr
d.      Paraf. Liq                         = 25gr
e.       Aquadest                         = 55ml
f.       Nipagin                            = 150gr

D.    Alat dan Bahan

No.
Alat
Jumlah
1
Mortir dan stemper
1 pasang
2
Pinset
1 buah
3
Pot plastik
2 buah
4
Pipet tetes
3 buah
5
Sudip
2 buah
6
Tube @10gr
5 buah
7
Spatel
1 buah
8
Sendok tanduk
1 buah
9
Cawan Porselen
2 buah
10
Gelas ukur 100ml
1 buah
11
Becker glass
1 buah
12
Timbangan
1 pasang
13
Anak timbangan
1 paket
14
Kertas perkamen
25 lembar
15
waterbath
1 buah

E.     Prosedur Pembuatan
1.      Siapkan Alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Timbang bahan obat ( As.Stearin, TEA, Adeps Lanae, Paraf. Liq, Nipagin) sesuai jumlah yang dibutuhkan.
3.      Masukkan As. Stearin + Adeps Lanae + Paraf.Liq dalam cawan porselen, lalu panaskan diatas waterbath ad cair.
4.      Panaskan Mortir dan stemper dengan air panas, sesudah panas lalu dikeringkan.
5.      Masukkan air panas ke becker glass yang sudah dikalibrasi , tambahkan TEA sesuai jumlah yang dibutuhkan.
6.      Tuangkan TEA ditambah air panas, lalu diaduk-aduk dan tambahkan bahan obat yang sudah cair ke dalam mortir yang sudah dipanaskan, diaduk-aduk tambahkan air panas sisa diaduk terus ad basis krim.
7.      Kemudian gerus betamethasone dipropionate ad homogen, lalu tambahkan hasil leburan sedikit demi sedikit gerus ad homogen.
8.      Setelah homogen, masukkan dalam tube @10gr kemas dengan rapih.
9.      Lakukkan evaluasi.

F.      Evaluasi

No.
Evaluasi dan Prosedur Evaluasi
1.
Pengamatan Organoleptis
Evaluasi organoleptis dilakukan dengan menggunakkan panca indra mulai dari bau,warna, tekstur sediaan dan konsistensi. Adapun hasil pengamatan organoleptis dari sediaan yang kami buat adalah sebagai berikut :
-          Bentuk        : Semi Solid
-          Warna         : Putih
-          Bau             : Tidak berbau
-          Konsistensi : Halus dan homogen


2.
Uji Stabilitas Fisik
-          Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995).

-          Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994).
Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.
-          Uji stabilitas fisik dilakukan untuk mengamati pemisahan fase air dan fase minyak dalam sediaan selama penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 7 hari dan untuk mengamati pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan sediaan pata setelah penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 7 hari.
Adapun hasil uji stabilitas fisikdalam berbagai suhu dari sediaan yang kami buat adalah sebagai berikut:
Suhu sejuk      : stabil
Suhu kamar    : stabil
         Suhu panas     : stabil
3.
pH
Harga pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai.

Evaluasi pH menggunakan perbandingan 60 g:200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen. Diamkan agar mengendap, lalu airnya yang di ukur dengan pH meter. Kemudian catat hasil yang tertera pada pH meter.
Adapun hasil uji pH dari sediaan yang kami buat adalah basa dengan pH 8.



IV.            Pembahasan

Betamethasone Dipropionate adalah Kotikosteroid yang bersifat efektif menghasilkan efek yang cepat. Sehingga dapat digunakan sebagai Aintiinflamasi, antipruritic, vasokontriksi. Dalam bentuk krim, betamethasone dipropionate dapat menyembuhkan manifestasi inflamasi dan puritus dari psoriasis dan dermatosis lain yang respon terhadap kotikosteroid yang resisten atau berat. Namun, dalam penggunaan jangka panjang, ada kekhawatiran yang cukup besar terkait efek samping yaitu penipisan kulit dan kulit kering. Sehingga dibutuhkan formula yang memiliki khasiat untuk melembabkan kulit, melicinkan atau mendinginkan area yang dioleskan untuk menghindari kulit kering dan proses inflamasinya.
Sediaan dibuat setengah padat karena krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air. Selain itu, krim dibuat setengah padat karena agar dapat ditambahkan formula yang  dapat mengurangi dan mencegah efek samping jangka panjang yang akan ditimbulkan dengan basis yang sesuai yaitu cleansing milk sebagai emollient.
Krim yang kami buat ini termasuk krim tipe O/W, sehingga kami menggunakan zat pengelmusi trietanolamin dan pengawet yang kami gunakan adalah metil paraben dengan kadar 0,15%. Prinsip yang kami gunakan dalam pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakkan dalam suasana panas yaitu temperatur 70o-80oC.
Proses pembuatan krim dimulai dengan melebur asam stearin, adeps lanae, dan paraf liquid dalam cawan porselen diatas watherbath. Kemudian trietanolamin, metil paraben digerus sambil ditambahkan sisa air panas di dalam mortar. Lalu tambahkan hasil leburan sambil ditambahkan sisa airpanas ad terbentuk basis cream. Setelah itu zat aktif (Betamethasone Dipropionate) digerus ad halus. Kemudian tambahkan basis cream sedikit demi sedikit, gerus ad homogeny. Setelah dikemas, kemudian krim akan diuji atau dievaluasi.
Evaluasi yang kami lakukan meliputi pengamatan organoleptis, uji stabilitas fisik, dan pH. Pada pengamatan organoleptis sediaan memiliki bentuk semi solid yang berwarna putih dan juga tidak berbau dengan konsistensi yang halus dan homogen. Setelah dilakukan uji stabilitas fisik, krim ini memiliki stabilitas fisik yang cukup baik. Krim akan tetap stabul atau tetap konsistensinya pada suhu sejuk , suhu kamar ataupun suhu panas. Pada penentuan pH nya krim ini termasuk golongan basa.

V.               Kemasan
A.    Etiket








B.     Dus












C.    Brosur

TAMPAK DEPAN



























VI.            Kesimpulan
Formula yang kami gunakan untuk membuat Diprosone-Ov Cream 10gram adalah sebagai berikut :
No.
Bahan
Jumlah
(untuk 1 tube)
Jumlah
(untuk 10 tube)
1
Betamethasone Dipropionate
5mg
50mg
2
Acid Stearin
1,46gr
14,6gr
3
TEA
0,15gr
1,5gr
4
Adeps Lanae
0,3gr
3gr
5
Paraf. Liq
2,52gr
25,2gr
6
Aquadest
5,55ml
55,5ml
7
Nipagin
0,015gr
0,15gr

Kesimpulan dari evaluasi yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
No.
Pengamatan
Hasil
1.
Organoleptis
-          Bentuk        : Semi Solid
-          Warna         : Putih
-          Bau             : Tidak berbau
-          Konsistensi : Halus dan    homogen
2.
Uji stabilitas Fisik
Suhu sejuk      : stabil
Suhu kamar    : stabil
          Suhu panas     : stabil
3.
Uji pH
Suhu sejuk      : stabil
Suhu kamar    : stabil
          Suhu panas      : stabil




VII.          Daftar Pustaka

Ditjen POM Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia halaman 37, 413, 534, 567, 65, 96, 395, 561, 762, dan 455
Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Lachman,Leon.1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi III, Jakarta: UI Press
Ansel, Haward C.1989.Pengantar Buku Sediaan Farmasi edisi IV,Jakarta: UI Press
Sartono. 1996. Obat-obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1989. Formularium Medicamentorum Selectum. Ed. IV. Surabaya.
Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta : Departemen Kesehatan RI






Link Download File dibawah ini



TAGS : #LAPORAN, #CREAM, #DISPROSONE, #PHARMACY, #TSSSL

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.