BAB VII
GIZI
A. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis
makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk
hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu
mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup
mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah
satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya
secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang
beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam
yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik
kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna
makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan
zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat
gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa
dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat
tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu,
roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat
pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe,
tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu
serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat
pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung
berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ-organ tubuh.
B. Gizi dalam
kesehatan masyarakat
Terkait erat
dengan ”gisi kesehatan masyarakat” adalah ”kesehatan gizi masyarakat,” yang
mengacu pada cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat yang memantau diet,
status gizi dan kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan memberikan peran
kepemimpinan dalam menerapkan publik kesehatan prinsip-prinsip untuk kegiatan
yang mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pengembangan kebijakan dan perubahan lingkungan.
Definisi Gizi
kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi untuk gizi kesehatan
masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional dan internasional
dilapangan.
Gizi istilah dalam
kesehatan masyarakat mengacu pada gizi sebagai komponen dari cabang kesehatan
masyarakat , ”gizi dan kesehatan masyarakat” berkonotasi koeksistensi gizi dan
kesehatan masyarakat, dan gizi masyarakat mengacu pada cabang kesehatan
masyarakat yang berfokus pada promosi kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat dengan menyediakan layanan berkualitas dan program-program berbasis
masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan yang unik dari komunitas yang
berbeda dan populasi. Gizi masyarakat meliputi program promosi kesehatan,
inisiatif kebijakan dan legislatif, pencegahan primer dan sekunder, dan
kesehatan di seluruh rentang hidup
C. Definisi Status
Gizi
Status gizi adalah
ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan
bahwa status gizi merupakan indikator baik-buruknya penyediaan makanan
sehari-hari. Adapun definisi lain menurut Suyatno, Ir. Mkes, Status gizi yaitu
Keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan
(“intake”) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi yang baik diperlukan untuk
mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak,
serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan. Status gizi ini menjadi penting
karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan atau
kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya
dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan kesehatan. Status gizi juga
dibutuhkan untuk mengetahui ada atau tidaknya malnutrisi pada individu maupun
masyarakat. Dengan demikian, status gizi dapat dibedakan menjadi gizi kurang,
gizi baik, dan gizi lebih.
D. Indikator Status
Gizi
Indikator status
gizi yaitu tanda-tanda yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Indikator status
gizi umumnya secara langsung dapat terlihat dari kondisi fisik atau kondisi
luar seseorang.
contoh: pertumbuhan fisik → ukuran tubuh →
antropometri (berat badan, tinggi badan, dan lainnya).
E. Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Status Gizi Seseorang
1.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya saluran
penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan
penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman patogen. Lingkungan
yang mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat
hidup sehingga berhubungan dengan produksi tanaman.
2.
Faktor Ekonomi
Di
banyak negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian besar
penduduknya berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada
umunya masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang lebih
kecil.
Masalah
gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan adalah mengenai
kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak
mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan kebutuhan
tubuh akan zat gizi khusus yang diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan
jaringan, dan pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya.
3.
Faktor Sosial-Budaya
Indikator
masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya antara lain stabilitas keluarga
dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di
lingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi
kurang. Juga indikator demografi yang meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk,
seperti peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah anggota
keluarga, serta jarak kelahiran.
Tingkat
pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan berhubungan
dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan
akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan.
4.
Faktor Biologis/Keturunan
Sifat
yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh anak.
Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran yang
ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang
memperlihatkan perbaikan gizi pada tahun-tahun terakhir mengakibatkan perubahan
tinggi badan yang jelas.
5.
Faktor Religi
Religi
atau kepercayaan juga berperan dalam status gizi masyarakat, contohnya seperti
tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut.
Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan.
F. Akibat
yang Ditimbulkan Karena Gizi Salah (Malnutrisi)
Gizi salah
berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik,
produktivitas, dan kesanggupan kerja manusia. Gizi salah yang diderita pada
masa periode dalam kandungan dan periode anak-anak, menghambat kecerdasan anak.
Anak yang menderita gizi salah tingkat berat mempunyai otak yang lebih kecil
daripada ukuran otak rata-rata dan mempunyai sel otak yang kapasitasnya 15%-20%
lebih rendah dibandingkan dengan anak yang bergizi baik. Studi di beberapa
negara menunjukkan bahwa anak yang pernah menderita gizi salah, hasil tes
mentalnya kurang bila dibandingkan dengan hasil tes mental anak lain yang
bergizi baik. Anak yang menderita gizi salah mengalami kelelahan mental serta
fisik, dan dengan demikian mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi di dalam
kelas, dan seringkali ia tersisihkan dari kehidupan sekitarnya.
Anak yang berasal
dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah telah diteliti memiliki
persentase di bawah ukuran normal bagi tinggi dan berat badan anak sehat.
Sedangkan hubungan antara zat gizi dan produktivitas kerja telah dikenal baik
sejak satu abad yang lalu oleh orang-orang yang mempunyai budak belian yang
melihat bahwa gizilah berarti penurunan nilai modal. Produktivitas pekerja yang
disiksa atau mendapat tekanan akan memberikan hasil yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan keadaan yang diurus dengan baik, dalam artian diberikan
makanan yang bergizi cukup baik.
Gizi salah
merupakan sebab-sebab penting yang berhubungan dengan tingginya angka kematian
di antara orang dewasa meskipun tidak begitu mencolok bila dibandingkan dengan
angka kematian di antara anak-anak yang masih muda. Dampak relatif yang
ditimbulkan oleh gizi salah ialah melemahkan daya tahan tehadap penyakit yang
biasanya tidak mematikan dan perbaikan gizi adalah suatu faktor utama yang
membantu meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Status gizi juga
berhubungan langsung dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk penyembuhan
setelah menderita infeksi, luka, dan operasi yang berat.
G. Cara-Cara
Perbaikan Status Gizi
Pengaturan makanan
adalah upaya untuk meningkatkan status gizi, antara lain menambah berat badan
dan meningkatkan kadar Hb. Berikut adalah pengaturan makanan yang bertujuan
untuk meningkatkan status gizi:
1. Kebutuhan
energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan, jenis kelamin, dan
aktivitas;
2. Susunan
menu seimbang yang berasal dari beraneka ragam bahan makanan, vitamin, dan
mineral sesuai dengan kebutuhan
3. Menu
disesuaikan dengan pola makan;
4. Peningkatan
kadar Hb dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat besi yang berasal dari
bahan makanan hewani karena lebih banyak diserap oleh tubuh daripada sumber
makanan nabati;
5. Selain
meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu menambah makanan yang
banyak mengandung vitamin C, seperti pepaya, jeruk, nanas, pisang hijau, sawo
kecik, sukun, dll.
H. Penanggulangan
Masalah Gizi
Seperti yang telah
kita ketahui, masalah gizi yang salah kian marak di negara kita. Dengan
demikian diperlukan penanggulangan guna memperbaiki gizi masyarakat Indonesia.
Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi gizi salah, baik
gizi kurang maupun gizi lebih.
1. Penanggulangan
masalah gizi kurang
a.
Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional
terutama melalui peningkatan produksi beraneka ragam pangan;
b.
Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK) yng diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan
pangan tingkat rumah tangga;
c.
Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu
dan sistem rujukan dimulai dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
hingga Puskesmas dan Rumah Sakit;
d.
Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi
melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG);
e.
Peningkatan komunikasi, informasi, dan
edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat;
f.
Peningkatan teknologi pangan untuk
mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat luas;
g.
Intervensi langsung kepada sasaran melalui
pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi,
tablet dan sirup besi serta kapsul minyak beriodium;
h.
Peningkatan kesehatan lingkungan;
i.
Upaya fortifikasi bahan pangan dengan
vitamin A, Iodium, dan Zat Besi;
j.
Upaya pengawasan makanan dan minuman;
k.
Upaya penelitian dan pengembangan pangan
dan gizi.
2. Penanggulangan
masalah gizi lebih
Dilakukan dengan
cara menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makanan dan
penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.
Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat
dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.
I. Penilaian
Status Gizi
Status gizi adalah Ekspresi
dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan
keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Macam-macam penilaian status gizi
1. Penilaian
status gizi secara langsung
Penilaian status
gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
1) Pengertian
Secara umum
antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2) Penggunaan
Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
3) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
Index (BMI)
Salah satu contoh
penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini
bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai
berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang
lebih seimbang dan cara lain yang sehat.
Untuk memantau
indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur
tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18
tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil,
dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT =
——————————————————-
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas
ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Kategori
|
IMT
|
|
Kurus
|
Kekurangan berat badan tingkat berat
|
<>
|
Kurus sekali
|
Kekurangan berat badan tingkat ringan
|
17,0 – 18,4
|
Normal
|
Normal
|
18,5 – 25,0
|
Gemuk
|
Kelebihan berat badan tingkat ringan
|
25,1 – 27,0
|
Obes
|
Kelebihan berat badan tingkat berat
|
> 27,0
|
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir
adalah dengan menimbang berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka
dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan
jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.
b. Klinis
1) Pengertian
Pemeriksaan klinis
adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode
ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
2) Penggunaan
Penggunaan metode
ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei
ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui
tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda
(sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
1) Pengertian
Penilaian status
gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot.
2) Penggunaan
Metode ini
digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
1) Pengertian
Penentuan status
gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
2) Penggunaan
Umumnya dapat
digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic
of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2. Penilaian
gizi secara tidak langsung
Penilaian status
gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei Konsumsi Makanan
1) Pengertian
Survei konsumsi
makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
1) Pengertian
Pengukuran status
gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan.
2) Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai
bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
1) Pengertian
Bengoa
mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dll.
2) Penggunaan
Pengukuran faktor
ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
J. Gizi
Daur Kehidupan
United Nations
(Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya
peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur, dengan mengikuti siklus kehidupan.
Pada bagan 1 dapat dilihat kelompok penduduk yang perlu mendapat perhatian pada
upaya perbaikan gizi. Pada bagan 1 ini diperlihatkan juga faktor yang
mempengaruhi memburuknya keadaan gizi, yaitu pelayanan kesehatan yang tidak
memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi makanan yang kurang, dan
lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada kematian.
K. Permasalahan
Gizi Masyarakat
Permasalahan Gizi
Masyarakat dapat dilihat pada bagan berikut :
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka
konsep makro (lihat skema.) sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi
masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi
kurang dapat disebabkan oleh:
1. Penyebab langsung
Makanan dan
penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang
tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup
makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang
menyebabkan gizi kurang yaitu :
·
Ketahanan pangan keluarga yang kurang
memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu
gizinya.
·
Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian,
dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik,
mental dan sosial.
·
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang
memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor
tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan
keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan
makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
3. Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya
pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat
berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
4. Akar masalah
Kurangnya
pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan
yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa
Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus
gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Masalah gizi
terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah
yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi
dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita
usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan
bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan
mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya
akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak balita yang
sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan
antara berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai
dengan standar anak disebut Gizi Baik. Kalau sedikit di
bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh
di bawah standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk
disertai dengan tanda tanda
klinis seperti ; wajah sangat kurus, muka seperti orang tua, perut
cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan bila ada bengkak
terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor.
Marasmus dan Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat
sebagai “busung lapar”. Gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A,
Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium).
Menurut Hadi
(2005), Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu masih banyak
masyarakat yang kekurangan gizi, tapi di sisi lain terjadi gizi lebih.
Proyeksi Status Gizi Penduduk 2015
Jika status gizi
penduduk dapat diperbaiki, maka status kesehatan dapat tercapai. Berikut ini
hanya memfokuskan proyeksi status gizi, berdasarkan situasi terakhir 2003 di
Indonesia dan dibahas dengan memperhatikan Indonesia Sehat
2010, World Fit for Children 2002, dan Millenium
Development Goal 2015. Penurunan status gizi tergantung dari
banyak faktor.
Berdasarkan uraian sebelumnya dan juga
yang tertuang pada bagan 1 dan bagan 2, penyebab yang mendasar adalah:
- Ketahanan pangan tingkat rumah tangga yang tidak memadai. Kajian pemantauan konsumsi makanan tahun 1995 sampai dengan 1998, menyimpulkan (lihat tabel 10): 40-50% rumah tangga mengkonsumsi energi kurang dari 1500 Kkal dan 25% rumah tangga mengkonsumsi protein 32 gram per orang per hari atau mengkonsumsi <70% dari kecukupan yang dianjurkan. (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi/WKNPG, 2000). Berdasarkan SP 2000, diperkirakan jumlah rumah tangga adalah 51.513.364, berarti masalah ketahanan pangan melanda 20-25 juta rumah tangga di Indonesia. Walaupun ada perbaikan pada tahun 2003 terhadap ketahanan pangan rumah tangga, kajian ini masih menujukkan rasio pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total keluarga yang masih tinggi. Paling tidak Indonesia masih menghadapi 20% kabupaten di perdesaan dimana rasio ini masih >75%, dan 63% kabupaten dengan rasio pengeluaran pangan/non pangan antara 65-75%.
- Ketahanan pangan tingkat rumah tangga ini berkaitan erat dengan kemiskinan, yang berdasarkan kajian Susenas 2002, diketahui proporsi penduduk miskin adalah 18.2% atau 38,4 juta penduduk (BPS, 2002). Sebaran penduduk miskin tingkat kabupaten sangat bervariasi, masih ada sekitar 15% kabupaten dengan persen penduduk miskin > 30%.
- Ketidak seimbangan antar wilayah (kecamatan, kabupaten) yang terlihat dari variasi prevalensi berat ringannya masalah gizi, masalah kesehatan lainnya, dan masalah kemiskinan. Seperti diungkapan pada uraian sebelumnya bawah ada 75% kabupaten di Indonesia menanggung beban dengan prevalensi gizi kurang pada balita >20%.
- Tingginya angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan sanitasi, lingkungan, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai, disertai dengan cakupan imunisasi yang masih belum universal. Penyakit infeksi penyebab kurang gizi pada balita antara lain ISPA dan diare. Hasil SDKI tahun 1991, 1994 dan 1997 prevalensi ISPA tidak menurun yaitu masing-masing 10%, 10% dan 9%. Bahkan hasil SKRT 2001 prevalensi ISPA sebesar 17%. Sedangkan prevalensi diare SDKI 1991, 1994 dan 1997 juga tidak banyak berbeda dari tahun ketahun yaitu masing-masing 11%, 12% and 10%; dan hasil SKRT 2001 adalah sebesar 11%.
- Cakupan program perbaikan gizi pada umumnya rendah, banyak Posyandu yang tidak berfungsi. Pemantauan pertumbuhan hanya dilakukan pada sekitar 30% dari jumlah balita yang ada.
- Pemberian ASI saja pada umumnya masih rendah, dan adanya kecenderungan yang menurun dari tahun 1995 ke tahun 2003. Lebih lanjut pemberian ASI saja sampai 6 bulan cenderung renda, hanya sekitar 15-17%. Setelah itu pemberian makanan pendamping ASI menjadi masalah dan berakibat pada penghambatan pertumbuhan.
- Masih tingginya prevalensi anak pendek yang menunjukkan masalah gizi di Indonesia merupakan masalah kronis.
- Masih tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita, rendahnya pendapatan dan rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan indeks SDM rendah.
- Rendahnya pembiayaan untuk kesehatan baik dari sektor pemerintah dan non-pemerintah (tahun 2000: Rp 147.0/kapita/tahun), demikian juga pembiayaan untuk gizi (tahun 2003: Rp 200/kapita/tahun).
Tata Cara Download
- Masuk pada postingan
- Lihat dibagian bawah tempat download yang di sediakan
- Makan akan masuk kedalam safelink-niszk
- tunggu sekitar 10 detik
- Maka akan langsung redirect ke link download tersebut.