PERILAKU
KESEHATAN
Oleh
Surahman, S.Pd., M.Kes
Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang
yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun
oleh orang yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi dua yaitu
perilaku baik dan perilaku buruk. Tolak ukur perilaku yang baik dan buruk dapat dinilai dari norma-norma yang
berlaku di masyarakat, berupa norma agama, hukum, kesopanan, kesusilaan dan
norma-norma lainnya. Dalam kesehatan perilaku sangat mempengaruhi kesehatan.
Salah satu contoh pesan yang sedang marak
disampaikan oleh promotor kesehatan adalah mencuci tangan sebelum makan.
Kita semua tahu mencuci tangan adalah hal yang sederhana tetapi berdampak
sangat besar terhadap kondisi kesehatan individu dan masyarakat. Pertanyaannya
apakah kegiatan sederhana itu mau dan mampu dilakukan oleh individu dan
masyarakat. Kegiatan belajar 1 ini mengajak anda untuk memahami perilaku
manusia yang terkait dengan kesehatan
A.
Perilaku
Kesehatan
Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan dan lingkungannya.
Perilaku kesehatan (health behavior)
mencakup 4 (empat) hal sebagai berikut :
1. Perilaku sakit (illness behavior),
yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang sakit untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya, termasuk kemampuan untuk
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha pencegahannya.
2. Perilaku terhadap pelayanan
kesehatan (health
service behavior), yaitu perilaku terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan tradisional maupun modern, yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap dan penggunaan fasilitas pelayanan, petugas dan obat.
3. Perilaku terhadap makanan
(nutrition
behavior), yaitu perilaku seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, sikap dan
praktik terhadap makanan, unsur-unsur gizi yang terkandung di dalamnya,
pengelolaan makanan, dan sebagainya.
4. Perilaku terhadap lingkungan
kesehatan (environmental
health behavior), yaitu perilaku seseorang terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia yang meliputi pengetahuan,
sikap dan tindakan terkait air bersih, pembuangan air limbah, rumah sehat,
pembersihan sarang nyamuk (vector),
dan sebagainya.
Domain perilaku kesehatan menurut Bloom mencakup perilaku kognitif
(pengetahuan), afektif (emosi ) dan psikomotor (gerakan, tindakan). Domain
perilaku kesehatan menurut Ki Hajar Dewantara mencakup cipta (peri akal), rasa
(peri rasa), dan karsa (peri tindak). Domain perilaku kesehatan menurut
ahli-ahli lain mencakup:
1. Pengetahuan (knowledge),
yaitu hasil ”tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan (rasa,
lihat, dengar, raba, bau) terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga.
a. Faktor-faktor yang melatar belakangi/
mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
·
Umur
Peningkatan umur menambah
kedewasaan seseorang dan terkait dengan pengalaman hidupnya. Semakin banyak
pengalaman hidup akan semakin tinggi pengetahuannya.
·
Pendidikan
Pendidikan merupakan
penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi hidupnya yang dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi, sehingga meningkatkan kualitas hidupnya. Umumnya semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin tinggi
pengetahuannya.
·
Pekerjaan
Pekerjaan anggota
keluarga merupakan satu sumber penghasilan bagi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual keluarga. Orang yang bekerja di luar
rumah akan banyak melihat dan berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga
pengetahuannya semakin bertambah.
·
Sumber informasi
Informasi dapat diperoleh
dari berbagai sumber informasi dalam bentuk media masa cetak dan media
elektronik berupa koran, leaflet, buku, poster, televisi, radio. Orang yang
sering terpapar informasi pengetahuannya semakin bertambah.
b. Domain pengetahuan (cognitif) mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:
·
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang pernah diterimanya. Oleh sebab itu mengetahui merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
·
Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan mampu menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya.
·
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
·
Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
·
Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
beberapa formulasi yang ada.
·
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian tersebut didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang
ada.
Pengukuran
pengetahuan menggunakan kuesioner dengan jawaban benar atau salah, atau jawaban
pilihan ganda.
2. Sikap (attitude),
yaitu reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau obyek. Ahli lain menyatakan kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertindak (covert behavior).
Sikap
merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (covert behavior).
Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan
sebagai perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau
ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan
predisposisi tindakan.
a) Komponen Sikap
Sikap mempunyai
3 komponen pokokyang secara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) yaitu :
1.
kepercayaan (keyakinan),
ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. kehidupan
emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. kecenderungan
untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen tersebut.
b) Sikap
mempunyai 4 tingkatan, yakni :
1. Menerima
(Receiving)
Menerima diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap
gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap ceramah tentang
gizi .
2. Merespons
(Responding)
Memberikan jawaban diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide
tersebut.
3. Menghargai
(Valuing)
Menghargai diartikan
sebagai kesediaan seseorang untuk mengajak orang lain
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain suatu masalah. Misalnya
seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan
sebagainya), untuk pergi menimbang anak balitanya ke Posyandu, atau
mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung
jawab (Responsible)
Bertanggung jawab diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk menanggung segala resiko terhadap sesuatu yang telah
dipilihnya. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat
tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Pengukuran sikap
dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat
ditanyakan bagaimana respons seseorang terhadap suatu objek. Pilihan jawaban
sikap adalah sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju, atau
sangat memuaskan, memuaskan, kurang memuaskan, tidak memuaskan.
3. Tindakan
atau praktik (practice). Suatu
pengetahuan atau sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pemungkin dan faktor pendukung.
B.
Praktik
atau Tindakan (Practice)
Tindakan merupakan bentuk
aktif perilaku (overt behavior) yang
dinilai berdasarkan observasi baik secara langsung maupun tidak langsung
(misalnya dari rekam medik).
1. Tindakan
mempunyai 4 tingkatan, yakni:
a. Persepsi
(Perception)
Mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik
tingkat pertama, misalnya
seorang ibu dapat membuat makanan
yang bergizi bagi anak balitanya.
b. Respon
Terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik
tingkat dua, misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari
cara mencuci, memotong, memasak, menutup panci dan sebagainya.
c. Mekanisme
(Mecanism)
Apabila seseorang telah
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau mengerjakan sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan, misalnya seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasikan
bayi pada umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
d. Adaptasi
(Adoption)
Adaptasi adalah praktik
atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya
ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan
sederhana.
2.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi tindakan
Perilaku (tindakan)
seseorang dapat dipengaruhi oleh :
a.
Predisposing
factors mencakup pengetahuan, sikap, dan nilai seseorang
b.
Enabling
factors yang mencakup ketersediaan dan
keterjangkuan sarana dan sumber daya
c.
Reinforcing
factors yang mencakup sikap dan tindakan petugas
kesehatan dan aturan lingkungan sosialnya.
Bagan 1. faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku
C.
Perubahan
perilaku
Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku tanpa dasar pengetahuan.
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
a.
Awareness
(kesadaran) seseorang terhadap adanya stimulus (objek) tertentu.
b.
Interest
(merasa tertarik), yaitu munculnya sikap subjek
terhadap objek tertentu.
c.
Evaluation
(menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d.
Trial,
dimana seseorang mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e.
Adoption,
dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya
terhadap stimulus.
Mekanisme
tingkah laku tiruan;
a.
Tingkah laku sama (same behavior).
Contoh : dua orang yang
berbelanja di toko yang sama dan dengan barang yang sama.
b.
Tingkah laku tergantung (macthed dependent behavior).
Contoh : kakak-beradik
yang menunggu ibunya pulang dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa coklat
(ganjaran). Adiknya yang semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, di lain
waktu meski kakaknya tak ada, ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang
dari pasar.
c.
Tingkah laku salinan (copying behavior)
Perbedaannya dengan
tingkah laku bergantung adalah si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat
yang diberikan oleh orang lain. Sedangkan pada tingkah laku salinan, si peniru
memperhatikan juga tingkah laku model di masa lalu dan masa yang akan datang.
Tingkah laku model dalam kurun waktu relatif panjang ini akan dijadikan patokan
si peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri, sehingga lebih mendekati
tingkah laku model.
D. Perilaku Hidup Bersih Sehat
Salah satu program Kementerian
Kesehatan yang terkait dengan perilaku adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Motonya adalah "Health is not everything, but without
health everything is nothing", yang artinya kesehatan bukan segalanya,
tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang harus dipraktekkan oleh setiap
individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan
aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. PHBS harus diterapkan dalam
setiap sisi kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja. PHBS di rumah
tangga/keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, maupun di pelayanan
kesehatan. Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat dan
berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
PHBS mempunyai lima tatanan yaitu:
1. Tatanan rumah tangga
Indikator PHBS di tatanan rumah
tangga adalah:
a.
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan menurunkan resiko gangguan pasca persalinan dan
mencegah infeksi neonatus.
b.
Memberi ASI esklusif. ASI ekslusif secara nyata mampu menekan
angka kematian balita, memberikan ASI ekslusif tidak hanya memberikan manfaat
bagi bayi, namun bermanfaat juga bagi ibu. Ibu yang menyusui 20 persennya
terhindar dari resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim.
c.
Menimbang balita setiap bulan. Jika keluarga memiliki anak
balita wajib membawanya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan. Menimbang
berat badan merupakan parameter untuk menentukan status gizi balita. Dengan
melakukan penimbangan setiap bulan dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan
anak balita serta dapat diketahui lebih awal jika terdapat indikasi kekurangan
gizi.
d.
Menggunakan air bersih. Berbagai penyakit dapat diakibatkan
oleh penggunaan air yang tidak bersih. Jika kondisi air yang digunakan berasa,
berwarna atau berbau sebaiknya air diolah terlebih dahulu agar menjadi air
bersih dengan menggunakan saringan sederhana.
e.
Mencuci tangan dengan air dan sabun. Membiasakan untuk
mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan pekerjaan dapat mencegah
perpindahan kuman dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai bakteri
penyebab infeksi antara lain hepatitis B, HIV/AIDS.
f.
Menggunakan jamban sehat. Kotoran manusia merupakan sumber
penyebaran penyakit yang sangat kompleks antara lain tipus, disentri, kolera,
berbagai macam penyakit cacing, schistosomiasis dan sebagainya. Secara langsung
kotoran ini dapat mengkontaminasi makanan, minuman, sumber air, tanah dan
sebagainya.
g.
Memberantas jentik di rumah seminggu sekali. Mencuci dan
membersihkan bak mandi dan tempat-tempat penyimpanan air minimal seminggu
sekali dan mengubur kaleng-kaleng bekas merupakan cara memberantas
jentik-jentik nyamuk demam berdarah. Karena nyamuk demam berdarah bertelur di
tempat genangan/penampungan air jernih bukan air got atau sejenisnya.
h.
Makan buah dan sayur setiap hari. Sayur dan buah merupakan
sumber gizi yang lengkap dan sehat serta mudah didapatkan. Dengan mengkonsumsi
sayur dan buah setiap hari kebutuhan gizi dapat terpenuhi.
i.
Melakukan aktifitas fisik setiap hari. Aktifitas fisik,
gerak badan atau melakukan pekerjaan di rumah akan meningkatkan kekuatan otot
dan menyehatkan badan.
j.
Tidak merokok didalam rumah. Rokok berbahaya tidak saja bagi
perokok tetapi juga terhadap orang-orang di sekelilingnya.
2.
Tatanan sekolah
Indikator PHBS di sekolah adalah:
a.
Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dengan sabun.
b.
Menjaga konsumsi jajanan di warung /kantin sekolah. Jajan
sembarangan tidak aman karena kita tidak mengetahui apakah bahan tambahan
makanan (BTM) yang digunakan seperti zat pewarna, pengawet, pemanis dan bumbu
penyedapnya aman untuk kesehatan atau tidak.
c.
Membuang sampah pada tempatnya. Sampah dapat menjadi tempat
berkembang biak serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran
terhadap tanah, air dan udara. Sampah menjadi media perkembanganbiakan kuman penyakit
yang dapat membahayakan kesehatan.
d.
Olah raga yang teratur dan terukur. Manfaat olah raga yang
teratur antara lain agar berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang
lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap
penyakit lebih baik dan menghindarkan diri dari penyakit jantung, osteoporosis,
diabetes, stroke dan hipertensi.
e.
Pemberantasan jentik nyamuk. Rantai siklus hidup nyamuk
perlu diputuskan sehingga nyamuk tidak berkembang di lingkungan sekolah,
khususnya jentik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD). Nyamuk ini menggigit pada siang hari dimana siswa sedang belajar,
sehingga perlu dilakukan kegiatan 3 M yaitu, menguras tempat-tempat penampungan
air seminggu sekali, menutup tempat-tempat penampungan air dengan rapat dan
mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan.
f.
Tidak merokok. Banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan
oleh rokok, antara lain terjangkit penyakit kanker paru-paru, kanker mulut,
penyakit jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan, katarak, kerusakan gigi,
dan efek ketagihan serta ketergantungan terhadap rokok. Di dalam sebatang rokok
terkandung 4.000 bahan kimia dan 43 senyawa yang terbukti menyebabkan kanker.
Bahan utama rokok adalah nikotin, tar dan CO.
g.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi
yang optimal.
h.
Menggunakan jamban. Untuk menjaga agar lingkungan selalu
bersih, sehat dan tidak berbau, serta tidak mencemari sumber air di lingkungan
sekitarnya, dan mencegah datangnya serangga kecoa/ lalat yang dapat menjadi
vektor penyakit seperti diare, cholera, disentri, thypus, dan kecacingan.
3.
Tatanan tempat kerja
Indikator
PHBS di tempat kerja adalah :
a.
Tidak merokok.
b.
Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
c.
Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik.
d.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil.
e.
Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
f.
Menggunakan air bersih.
g.
Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
h.
Membuang sampah pada tempatnya.
i.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis
pekerjaan.
4. Tatanan tempat-tempat umum
Tempat-tempat
umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta atau perorangan
yang digunakan untuk kegiatan masyarakat seperti sarana pariwisata,
transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan, olahraga, rekreasi dan sarana
sosial lainnya. PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang
sehat.
a. PHBS di pasar, yaitu menggunakan air
bersih, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, tidak merokok,
tidak meludah sembarangan, dan memberantas jentik nyamuk.
b. PHBS di tempat ibadah, yaitu
menggunakan air bersih, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban,
tidak merokok, tidak meludah sembarangan, dan memberantas jentik nyamuk.
c. PHBS di rumah makan, yaitu
menggunakan air bersih, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban,
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, tidak merokok, menutup makanan,
tidak meludah sembarangan, dan memberantas jentik nyamuk.
d. PHBS di angkutan umum (bus, angkutan
umum, kereta api, pesawat, kapal laut, dan lain-lain), yaitu menggunakan air
bersih, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, tidak merokok, dan
tidak meludah sembarangan
5.
Tatanan fasilitas pelayanan kesehatan
Indikator PHBS di fasilitas
pelayanan kesehatan, yaitu :
a. Menggunakan air bersih.
b. Menggunakan jamban yang bersih dan
sehat.
c. Membuang sampah pada tempatnya.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meludah sembarangan.
f.
Memberantas jentik nyamuk.
Manfaat
PHBS
a. Bagi masyarakat:
Masyarakat menjadi lebih sehat dan
tidak mudah sakit. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, serta mampu
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
b. Bagi tempat umum
Lingkungan menjadi lebih bersih,
indah dan sehat sehingga meningkatkan citra tempat umum, Meningkatkan
pendapatan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya kunjungan
pengguna tempat-tempat umum.
c. Bagi pemerintah Kabupaten/kota
Peningkatan presentase tempat umum
sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah kabupaten/kota yang baik
Kabupaten /kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam
pembinaan PHBS di tempat-tempat umum.
Rangkuman sasaran PHBS dapat
digambarkan sebagai berikut:
SASARAN
|
PRIMER
|
SEKUNDER
|
TERSIER
|
Rumah Tangga
|
Individu
|
·KK
·Ortu/
Mertua
·Kader
|
KK
Ketua RT
Ketua RW
Kades
|
Sekolah
|
Siswa
|
Guru
·BK
·Karyawan
·Osis
|
Kepala
Sekolah
Pemilik
|
Tempat Kerja
|
Karyawan
|
Manager
Serikat buruh
Organisasi Profesi
|
Direktur
Pemilik
|
Tempat-tempat Umum
|
Pengunjung
Masyarakat Umum
|
Pegawai
·Karyawan
·Manager
|
Direksi
Pemilik
|
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
|
· Pasien
· Pengantar
· Keluarga Pasien
|
Petugas Kes
·Kader
Kes
|
Pimp. Institusi Kesehatan
|
Gambar 2. Sasaran PHBS Menurut Tatanan
=== RANGKUMAN ===
Perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makan minum dan lingkungannya. Domain perilaku kesehatan
menurut Bloom mencakup perilaku kognitif (pengetahuan), afektif (emosi) dan
psikomotor (gerakan, tindakan). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan informasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tindakan seseorang adalah predisposing
factors mencakup pengetahuan, sikap, dan nilai; enabling factors yang mencakup ketersediaan dan keterjangkuan
sarana dan sumber daya; dan reinforcing
factors yang mencakup sikap petugas kesehatan dan dukungan lingkungan
sosialnya. Salah satu program kementerian Kesehatan adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan
PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat agar hidup bersih dan sehat dan berperan serta aktif mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. PHBS harus diterapkan dalam setiap sisi
kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja, mencakup PHBS di rumah
tangga/keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum dan di fasilitas
pelayanan kesehatan.