PENGANTAR KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh : Surahman, S.Pd.,
M.Kes.
A.
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
dua tokoh mitologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Dikisahkan berdasarkan mitos Yunani Asclepius adalah seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,
namun Asclepius dapat mengobati penyakit dan bahkan dapat melakukan bedah
berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik.
Higeia,
seorang asisten yang kemudian menjadi istrinya, juga telah melakukan
upaya-upaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan Asclepius. Perbedaan
tersebut terletak pada cara pendekatan dalam menangani masalah kesehatan.
Perbedaannya dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel.1.1.
Perbedaan cara pendekatan dalam menangani masalah kesehatan
Pendekatan
|
Cara
Penanganan
|
Asclepius
|
Diobati
setelah penyakit menimpa seseorang
|
Hygeia
|
Mengajarkan
pemecahan masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’
1. Menghindari
makanan beracun
2. Makanan
yang bergizi
3. Cukup
istirahat
4. Melakukan
olahraga
Jika sudah sakit lebih
mengupayakan pengobatan alamiah daripada pengobatan/operasi dengan
mengkomsumsi makanan bergizi agar memperkuat pertahanan tubuhnya
|
Sumber
: disarikan dari Notoatmodjo (2003)
Perbedaan
pendekatan yang dilakukan oleh Asclepius
dan Higeia mengakibatkan munculnya dua aliran atau pendekatan dalam menangani
masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu
terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan
kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter
gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit
baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti
halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit
dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Ke dalam kelompok ini
termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau
institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang (Notoatmodjo, 2003)
Perbedaan
pendekatan tersebut, pada perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis
pemisah menjadi dua kelompok profesi,
yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative
health care) dan pelayanan kesehatan
pencegahan (preventive
health care). Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
tabel 1.2
Tabel 1.2 Perbedaan pendekatan pelayanan
kesehatan preventif dan kuratif
Pelayanan Kesehatan
|
|
Preventif
|
Kuratif
|
1.
Sasaran atau pasien
adalah masyarakat
|
Sasaran secara individual
|
2.
Masalah yang ditangani
pada umumnya adalah masalah-masalah yang dirasakan oleh masalah masyarakat
|
Dengan pasien umumnya kontak hanya
satu kali
|
3.
Hubungan antara petugas
kesehatan dan masyarakat lebih bersifat kemitraan
|
Jarak antara petugas kesehatan
(dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh
|
3.
Pendekatan lebih
menggunakan cara proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi
mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien
datang ke kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat untuk mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat,
dan selanjutnya melakukan tindakan jika diperlukan
|
Pendekatan kuratif cenderung
bersifat reaktif, artinya petugas kesehatan
pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang
menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktik. Kalau tidak ada
pasien datang, berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas mereka bahwa
masalah kesehatan adalah adanya penyakit.
|
4.
Pasien di lihat sebagai
makhluk yang utuh sehingga terjadinya penyakit tidak semata-mata karena
terganggunya sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas,
aspek biologis, psikologois, dan sosial. Dengan demikian pendekatannya harus
secara menyeluruh atau holistik
|
Pasien ditangani lebih kepada sistem biologis manusia atau
pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan
bio-psikologis dan sosial, yang terlibat antara aspek satu dan lainnya
|
Sumber:
disarikan dari Notoatmodjo, 2003
B.
Perkembangan
Kesehatan Masyarakat
Perkembangan Kesehatan
masyarakat sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Perkembangan
kesehatan masyarakat pada garis besarnya dibagi menjadi 2 periode, yaitu sebelum perkembangan ilmu
pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah perkembangan ilmu pengetahuan
itu berkembang (scientific period).
1.
Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Catatan sejarah kebudayaan di dunia seperti Babylonia, Mesir,
Yunani, dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk
penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Ditemukan
pula dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang
mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan
kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada permulaan abad pertama sampai dengan
kira-kira abad ke-7, pentingnya kesehatan masyarakat makin dirasakan, karena sebagaian masyarakat mulai terserang berbagai
macam penyakit menular dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat
telah menjadi endemi. Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar
dari Asia khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan
sejak abad ke-7 telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu, lepra juga
telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para imigran
(Notoatmodjo, 2003).
Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat
untuk mengatasi epidemi dan endemi
penyakit-penyakit antara lain dengan
1.
Masalah lingkungan mulai
diperhatikan , terutama higiene dan sanitasi lingkungan.
2.
Pembuatan pembuangan
kotoran manusia (latrin)
3.
Mengusahakan
penggunaan air minum yang bersih
4.
Pembuangan sampah
5.
Pembuatan ventilasi rumah
yang baik
Pada abad ke-14
mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India. Pada tahun
1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di India, Mesir,
dan Gaza dilaporkan 13.000 orang meninggal setiap hari karena pes. Menurut
catatan jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu mencapai
lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu, waktu itu disebut 'The Black
Death'. Keadaan atau wabah penyakit menular ini berlangsung sampai menjelang
abad ke-18. Di samping wabah pes, wabah kolera, dan tipus masih berlangsung.
Tercatat pada tahun 1603 lebih dari1 di antara 6 orang meninggal dan pada tahun
1665 sekitar 1 di antara 5 orang meninggal karena penyakit menular. Pada tahun
1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular.
Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain tipus,
disentri, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003)
Dari
catatan-catatan periode
sebelum ilmu pengetahuan tersebut terlihat bahwa upaya pemecahan masalah
kesehatan masyarakat belum dilakukan secara menyeluruh, meskipun masalah
kesehatan masyarakat khususnya penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas
dan dahsyat.
2.
Periode Ilmu Pengetahuan
Pada akhir abad ke-18
dan awal abad ke-19 kebangkitan
ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang luas terjadi terhadap segala aspek
kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Mulai abad ke-19 masalah kesehatan
khususnya penyakit, tidak hanya dilihat
sebagai fenomena biologis, dan pendekatan yang dilakukan tidak hanya secara biologis yang sempit, tapi
kesehatan adalah masalah yang kompleks. Sehingga masalah kesehatan harus dilakukan pendekatan
secara komprehensif dan multisektoral.
Terkait terjadinya serangan epidemi (wabah)
kolera pada sebagian besar rakyat
Inggris terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan miskin,
penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan
pada tahun 1832, di mulai pada saat Parlemen Inggris membentuk komisi untuk
penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini dan Edwin Chardwich
seorang pakar sosial (social scientist)
ditunjuk sebagai ketua komisi. Hasil penyelidikan menunjukan wabah terjadi :
a.
Masyarakat hidup di suatu
kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor
dan pembuangan kotoran manusia.
b.
Air limbah yang mengalir
terbuka tidak teratur,
c.
Makanan yang dijual di
pasar banyak dirubung lalat dan kecoa.
d.
Sebagian besar masyarakat
miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari dengan gaji di bawah kebutuhan hidup.
Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich
ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang lengkap dan terpercaya.
Sehingga parlemen mengeluarkan
undang-undang yang mengatur upaya-upaya
peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi
tempat-tempat kerja, pabrik, dan sebagainya.
C.
Kesehatan
Masyarakat di Indonesia
Sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda abad ke – 16.
1.
Tahun
1927 kolera merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat, masuk Indonesia. Pada tahun 1937 terjadi wabah
kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia
melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga pemerintah
Belanda pada waktu itu melakukan upaya – upaya kesehatan masyarakat dalam
rangka memberantas wabah kolera.
2.
Tahun
1807 dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi. Gubernur Jenderal Daendels melakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktik persalinan. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung
lama, karena langkanya tenaga pelatih kebidanan. Kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi
dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
3.
Tahun
1851 dr. Bosch seorang kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan dokter
Bleeker di Indonesia mendirikan sekolah dokter Jawa, di kenal dengan nama
STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche
Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada
tahun 1927 Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan namanya diubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1947.
4.
Tahun
1888 di Bandung berdiri Pusat Laboratorium Kedokteran yang berperan penting
dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kemudian pada tahun 1938
Pusat Laboratorium ini berubah menjadi ‘Lembaga Eykman’, selanjutnya diikuti
dengan pendirian laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya, dan
Yogyakarta. Laboratorium – laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat
penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit, seperti malaria, lepra,
cacar, dan sebagainya, bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain
seperti: gizi dan sanitasi.
5.
Tahun
1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934, dan 1935 terjadi epidemi di
beberapa tempat, terutama di pulau Jawa.
6.
Tahun
1925 Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan
terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas –
Purwokerto pada waktu itu. Beliau
menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu
adalah karena buruknya kondisi
sanitasi lingkungan.
Mereka membuang kotorannya di sembarang
tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan, bahkan di pinggir jalan dan
mereka mengkomsumsi air minum juga dari
sungai yang tercemar. Menurutnya
kondisi sanitasi lingkungan yang buruk disebabkan
karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu Hydrich memulai upaya kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan daerah
percontohan dengan melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan. Usaha Hydrich
ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
7.
Tahun
1935 dilakukan program pemberantasan pes dengan melakukan penyemprotan pestisida DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga
vaksinasi massal.Tercatat 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi sampai
tahun 1941.
8.
Salah satu tonggak
penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia, terjadi pada saat
memasuki zaman kemerdekaan dengan diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan)
pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.
Patah, selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini
diperkenalkan bahwa aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di rumah
sakit dan Puskesmas di Indonesia kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan.
9.
Tahun 1956 Dr. Y Sulianti
dalam kegiatan pengembangan masyarakat mendirikan ‘Proyek Bekasi’ (Tepatnya
Lemah Abang) sebagian proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan
kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia, dan sebagai pusat pelatihan tenaga
kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8
desa wilayah pengembangan masyarakat, yaitu : Inderapura (Sumatera Utara),
Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman, Godean
(Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali), dan Barabai (Kalimantan
Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem Puskesmas
sekarang ini.
10.
Pada
bulan November 1967, dr. Achmad Dipodilogo dalam seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia.
Mengungkapkan “ konsep Puskesmas” yang mengacu kepada Konsep Bandung dan Proyek
Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang
terdiri dari tipe A, B, dan C.
11.
Akhirnya
tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas
merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh
pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah
dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan. Kegiatan
pokok Puskesmas mencakup :
a.
Kesehatan
ibu dan anak
b.
Keluarga
Berencana
c.
Gizi
d.
Kesehatan
Lingkungan
e.
Pencegahan
penyakit menular
f.
Penyuluhan
kesehatan masyarakat
g.
Pengobatan
h.
Perawatan
kesehatan masyarakat
i.
Usaha
kesehatan gizi
j.
Usaha
kesehatan sekolah
k.
Usaha
kesehatan jiwa
l.
Laboratorium
m.
Pencatatan
dan pelaporan
12.
Tahun 1969 disepakati
hanya ada dua sistem Puskesmas yaitu tipe A dan B. Puskesmas
tipe A dikelola oleh dokter dan tipe B dikelola
oleh seorang tenaga
paramedis.
13.
Tahun 1979 dikembangkan
satu piranti manajerial penilaian berupa stratifikasi puskesmas, yang dibedakan menjadi :
a.
Strata
satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik
b.
Strata
dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
c.
Strata
tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah
rata-rata
14.
Tahun 1984 tanggung jawab
Puskesmas ditingkatkan dengan mempunyai tanggung jawab
dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.
Program posyandu
ini mencakup kesehatan
ibu dan anak, keluarga berencana , gizi masyarakat, penanggulangan penyakit
diare dan imunisasi. Tujuan dikembangkannya
Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni :
a.
Mempercepat penurunan
angka kematian bayi dan anak balita dan angka kelahiran.
b.
Mempercepat penerimaan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
c.
Berkembangnya
kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
D.
Definisi Kesehatan
Masyarakat
Banyak ahli kesehatan
masyarakat membuat definisi kesehatan masyarakat, adapun definisi Kesehatan masyarakat
sebagai berikut :
1.
Kesehatan adalah
upaya-upaya untuk mengatasi masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan
kata lain, kesehatan masyarakat sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan
meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
2.
Kegiatan kesehatan
masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui
perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
3.
Kesehatan masyarakat
diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran.
Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial.
4.
Kesehatan masyarakat
dapat diartikan sebagai aplikasi dan kegitan terpadu antara sanitasi dan
pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau
masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan
sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya
kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu
kedokteran dan ilmu sanitasi dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang
terjadi di masyarakat.
5.
Winslow (1920) mendefinisikan
kesehatan masyarakat yang sampai
sekarang masih relevan, yakni : kesehatan masyarakat (public health)
adalah ilmu dan seni, mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan menigkatkan
kesehatan, melalui ‘Usaha-usaha Pengorganisasisan Masyarakat’ untuk :
a.
Perbaikan sanitasi
lingkungan.
b.
Pemberantasan
penyakit-penyakit menular.
c.
Pendidikan untuk
kebersihan perorangan.
d.
Pengorganisasian pelayanan medis, perawatan, diagnosis dini dan pengobatan.
e.
Pengembangan rekayasa
sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam
memelihara kesehatannya.
6.
Kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan
kesehatan masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu
meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif,
ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial.
E.
Ruang
Lingkup Kesehatan Masyarakat
Beberapa disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup : ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi,
psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan
masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.
Pilar utama ilmu
kesehatan masyarakat atau disiplin ilmu
yang menopang ilmu kesehatan masyarakat antara lain :
1.
Epidemiologi.
2.
Biostatistik/statistik
kesehatan.
3.
Kesehatan lingkungan.
4.
Pendidikan kesehatan dan
ilmu perilaku.
5.
Administrasi kesehatan
masyarakat.
6.
Gizi masyarakat.
7.
Kesehatan kerja.
Kesehatan masyarakat
pada praktiknya mempunyai kegiatan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung
maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan
(promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun
pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, dan sosial) adalah upaya
kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih,
pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah,
pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat,
kecoa, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003)
F.
Sasaran KesehatanMasyarakat
Kesehatan masyarakat sasarannya adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok; baik yang sehat maupun yang sakit,
khususnya mereka
yang berisiko tinggi dalam masyarakat.
1.
Individu
Individu adalah kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,
sosial dan spiritual. Masalah kesehatan yang dialami individu karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh karena suatu hal, maka akan memengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada di
lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Maka disini peran tenaga tekhnis
farmasi komunitas adalah membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dipenuhi sendiri karena kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, atau kurangnya kemauan menuju kemandirian dengan jalan
melakukan promosi kesehatan.
2.
Keluarga
Unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta anggota keluarga lain yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi dinamakan dengan
keluarga. Antara anggota keluarga saling bergantung dan berinteraksi, akibatnya jika salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan
pada lingkungan disekitarnya. Dari permasalahan tersebut di atas maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis. Berikut merupakan alasan yang
menyebabkan keluarga menjadi fokus sasaran pelayanan.
a.
Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan.
b.
Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga.
c.
Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan.
d.
Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (decision making) dalam perawatan kesehatan.
e.
Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat.
3.
Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, dan permasalahan. Kegiatan yang
terorganisasi atau sekelompok masyarakat/individu sangat rawan terhadap masalah kesehatan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan merawat diri sendiri. Keterbatasan
yang dialami dapat berupa fisik, mental, budaya dan ekonomi sehingga mereka membutuhkan bimbingan dan
pelayanan kesehatan. Kelompok khusus yang ada di
masyarakat dan
di institusi dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi, yaitu sebagai berikut.
a.
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan (growth and development).
1)
Kelompok ibu hamil dan ibu bersalin (melahirkan)
2)
Kelompok ibu nifas
3)
Kelompok bayi dan anak balita
4)
Kelompok anak usia sekolah
5)
Kelompok usia lanjut
b.
Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan seperti
1)
Penderita penyakit menular, antara lain
·
Kelompok penderita penyakit kusta.
·
Kelompok penderita penyakit TBC.
·
Kelompok penderita penyakit diare.
·
Penyakit malaria di
Indonesia masih tergolong penyakit yang berbahaya dan mematikan.
·
Kelompok penderita penyakit kelamin seperti gonore, sifilis dan penyakit HIV/AIDS.
2)
Penderita penyakit tidak menular, antara lain:
kelompok penderita penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung,
kanker, stroke, kecelakaan lalulintas dan lain sebagainya. Angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular seperti penyakit kanker dan kardiovaskular cenderung meningkat.
3)
Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi
·
Kelompok cacat fisik, seperti kehilangan
anggota tubuh.
·
Kelompok cacat mental
·
Kelompok cacat sosial.
4)
Kelompok khusus yang mempunyai risiko tinggi terserang penyakit
·
Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika.
·
Kelompok wanita tuna susila (WTS)
atau pekerja seksual komersial.
·
Kelompok pekerja tertentu.
Rangkuman
Perbedaan
pendekatan/penanganan antara
Asclepius dan Higeia dalam masalah kesehatan sebagai berikut: 1). Asclepius
melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi
pada seseorang. 2). Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan
masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman
beracun, makan makanan yang bergizi, cukup istirahat, dan melakukan olahraga.
Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan
upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya, antara lain lebih
baik dengan memperkuat daya tahan tubuh
dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Pendekatan dalam
menangani masalah kesehatan terdiri dari 2 kelompok, pertama, cenderung menunggu
terjadinya penyakit disebut pendekatan kuratif (pengobatan), terdiri dari
dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi lain yang melakukan pengobatan
penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua,
seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan
penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit.
Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang
Winslow
(1920) mendefinisikan kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu
dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan, melalui ‘Usaha-usaha Pengorganisasisan Masyarakat’ untuk :
a.
Perbaikan sanitasi
lingkungan.
b.
Pemberantasan penyakit
menular.
c.
Pendidikan untuk kebersihan
perorangan.
d.
Pengorganisasi pelayanan
medis dan perawatan untuk diagnosis dini
dan pengobatan.
e.
Pengembangan rekayasa
sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam
memelihara kesehatannya.
Tata Cara Download
- Masuk pada postingan
- Lihat dibagian bawah tempat download yang di sediakan
- Makan akan masuk kedalam safelink-niszk
- tunggu sekitar 10 detik
- Maka akan langsung redirect ke link download tersebut.