Sabtu, 03 September 2016

PENGANTAR KESEHATAN MASYARAKAT

PENGANTAR KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh : Surahman, S.Pd., M.Kes.

A.            Sejarah Kesehatan Masyarakat

Sejarah  kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Dikisahkan  berdasarkan  mitos Yunani Asclepius adalah  seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, namun Asclepius dapat mengobati penyakit dan bahkan dapat melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asisten yang kemudian menjadi istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan Asclepius. Perbedaan tersebut terletak pada cara pendekatan dalam menangani masalah kesehatan. Perbedaannya dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel.1.1. Perbedaan cara pendekatan dalam menangani masalah kesehatan
Pendekatan
Cara Penanganan
Asclepius
Diobati setelah penyakit menimpa seseorang
Hygeia
Mengajarkan pemecahan masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’
1.      Menghindari makanan beracun
2.      Makanan yang bergizi
3.      Cukup istirahat
4.      Melakukan olahraga
Jika sudah sakit lebih mengupayakan pengobatan alamiah daripada pengobatan/operasi dengan mengkomsumsi makanan bergizi agar memperkuat pertahanan tubuhnya
 Sumber : disarikan dari  Notoatmodjo (2003)
Perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh  Asclepius dan Higeia mengakibatkan munculnya dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Ke dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang (Notoatmodjo, 2003)
Perbedaan pendekatan tersebut, pada perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah menjadi  dua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan kesehatan pencegahan (preventive health care). Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Perbedaan pendekatan pelayanan kesehatan preventif dan kuratif
Pelayanan Kesehatan
Preventif
Kuratif
1.        Sasaran atau pasien adalah masyarakat
Sasaran secara individual
2.        Masalah yang ditangani pada umumnya adalah masalah-masalah yang dirasakan oleh masalah masyarakat
Dengan pasien umumnya kontak hanya satu kali
3.        Hubungan antara petugas kesehatan dan masyarakat lebih bersifat kemitraan
Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh
3.        Pendekatan lebih menggunakan cara proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang ke kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke masyarakat untuk mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan selanjutnya melakukan tindakan jika diperlukan
Pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya petugas kesehatan  pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktik. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.
4.        Pasien di lihat sebagai makhluk yang utuh sehingga terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologois, dan sosial. Dengan demikian pendekatannya harus secara menyeluruh atau holistik
Pasien ditangani  lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlibat antara aspek satu dan lainnya
 Sumber: disarikan dari Notoatmodjo, 2003

B.            Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Perkembangan Kesehatan masyarakat sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Perkembangan kesehatan masyarakat pada garis besarnya dibagi menjadi 2 periode, yaitu sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah perkembangan ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).

1.             Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Catatan sejarah  kebudayaan di dunia seperti Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Ditemukan pula dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada permulaan abad pertama sampai dengan kira-kira abad ke-7, pentingnya  kesehatan masyarakat makin dirasakan,  karena sebagaian masyarakat mulai terserang berbagai macam penyakit menular dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi. Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu, lepra juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para imigran (Notoatmodjo, 2003).
Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat  untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit antara lain dengan
1.             Masalah lingkungan mulai diperhatikan , terutama higiene dan sanitasi lingkungan.
2.             Pembuatan pembuangan kotoran manusia (latrin)
3.             Mengusahakan penggunaan  air minum yang bersih
4.             Pembuangan sampah
5.             Pembuatan ventilasi rumah yang baik
Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India. Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan 13.000 orang meninggal setiap hari karena pes. Menurut catatan jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu, waktu itu disebut 'The Black Death'. Keadaan atau wabah penyakit menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke-18. Di samping wabah pes, wabah kolera, dan tipus masih berlangsung. Tercatat pada tahun 1603 lebih dari1 di antara 6 orang meninggal dan pada tahun 1665 sekitar 1 di antara 5 orang meninggal karena penyakit menular. Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain tipus, disentri, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003)
Dari catatan-catatan periode sebelum ilmu pengetahuan tersebut terlihat bahwa upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat belum dilakukan secara menyeluruh, meskipun masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat.

2.             Periode Ilmu Pengetahuan
Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 kebangkitan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang luas terjadi terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Mulai abad ke-19 masalah kesehatan khususnya penyakit, tidak  hanya dilihat sebagai fenomena biologis, dan pendekatan yang dilakukan tidak  hanya secara biologis yang sempit, tapi kesehatan adalah masalah yang kompleks. Sehingga  masalah kesehatan harus dilakukan pendekatan secara komprehensif dan multisektoral.
Terkait terjadinya serangan epidemi (wabah) kolera pada  sebagian besar rakyat Inggris terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan miskin, penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832, di mulai pada saat Parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini dan Edwin Chardwich seorang pakar sosial (social scientist) ditunjuk sebagai ketua komisi. Hasil penyelidikan menunjukan wabah terjadi :
a.              Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia.
b.             Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur,
c.              Makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa.
d.             Sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari dengan gaji di bawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang lengkap dan terpercaya. Sehingga  parlemen mengeluarkan undang-undang yang  mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan sebagainya.

C.           Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke – 16.
1.             Tahun 1927 kolera merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat, masuk Indonesia. Pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya – upaya kesehatan masyarakat dalam rangka memberantas  wabah kolera.
2.             Tahun 1807 dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi.  Gubernur Jenderal Daendels melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih kebidanan. Kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
3.             Tahun 1851 dr. Bosch seorang kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan dokter Bleeker di Indonesia mendirikan sekolah dokter Jawa, di kenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan namanya diubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1947.
4.             Tahun 1888 di Bandung berdiri Pusat Laboratorium Kedokteran yang berperan penting dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kemudian pada tahun 1938 Pusat Laboratorium ini berubah menjadi ‘Lembaga Eykman’, selanjutnya diikuti dengan pendirian laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium – laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit, seperti malaria, lepra, cacar, dan sebagainya, bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti: gizi dan sanitasi.
5.             Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934, dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa.
6.             Tahun 1925 Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas – Purwokerto pada waktu itu. Beliau  menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu adalah karena buruknya kondisi sanitasi lingkungan. Mereka  membuang kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan, bahkan di pinggir jalan dan mereka mengkomsumsi  air minum juga dari sungai yang tercemar. Menurutnya kondisi sanitasi lingkungan yang buruk disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan  mengembangkan daerah percontohan dengan melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan. Usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
7.             Tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes dengan melakukan penyemprotan pestisida DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal.Tercatat 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi sampai tahun 1941.
8.             Salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia, terjadi pada saat memasuki zaman kemerdekaan dengan  diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini diperkenalkan bahwa aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dan Puskesmas di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan.
9.             Tahun 1956 Dr. Y Sulianti dalam kegiatan pengembangan masyarakat mendirikan ‘Proyek Bekasi’ (Tepatnya Lemah Abang) sebagian proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia, dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat, yaitu : Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman, Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali), dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem Puskesmas sekarang ini.
10.         Pada bulan November 1967, dr. Achmad Dipodilogo dalam  seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Mengungkapkan “ konsep Puskesmas” yang mengacu kepada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.
11.         Akhirnya tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan. Kegiatan pokok Puskesmas mencakup :
a.              Kesehatan ibu dan anak
b.             Keluarga Berencana
c.              Gizi
d.             Kesehatan Lingkungan
e.              Pencegahan penyakit menular
f.               Penyuluhan kesehatan masyarakat
g.             Pengobatan
h.             Perawatan kesehatan masyarakat
i.               Usaha kesehatan gizi
j.               Usaha kesehatan sekolah
k.             Usaha kesehatan jiwa
l.               Laboratorium
m.           Pencatatan dan pelaporan
12.         Tahun 1969 disepakati hanya ada dua sistem Puskesmas yaitu tipe A dan B. Puskesmas tipe A dikelola oleh dokter dan tipe B dikelola oleh seorang tenaga paramedis.
13.         Tahun 1979 dikembangkan satu piranti manajerial penilaian berupa stratifikasi puskesmas, yang dibedakan menjadi :
a.              Strata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik
b.             Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
c.              Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata
14.         Tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan dengan mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing. Program posyandu ini mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana , gizi masyarakat, penanggulangan penyakit diare dan imunisasi. Tujuan dikembangkannya Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni :
a.              Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita dan angka kelahiran.
b.             Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
c.              Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.



D.           Definisi Kesehatan Masyarakat

Banyak ahli kesehatan masyarakat membuat definisi kesehatan masyarakat, adapun definisi Kesehatan masyarakat sebagai berikut :
1.             Kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain, kesehatan masyarakat sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
2.             Kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
3.             Kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial.
4.             Kesehatan masyarakat dapat diartikan sebagai aplikasi dan kegitan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran dan ilmu sanitasi dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
5.             Winslow (1920) mendefinisikan  kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan, yakni : kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni, mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan menigkatkan kesehatan, melalui ‘Usaha-usaha Pengorganisasisan Masyarakat’ untuk :
a.              Perbaikan sanitasi lingkungan.
b.             Pemberantasan penyakit-penyakit menular.
c.              Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
d.             Pengorganisasian pelayanan medis, perawatan, diagnosis dini dan pengobatan.
e.              Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
6.             Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial.

E.            Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Beberapa disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup : ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.
Pilar utama ilmu kesehatan masyarakat atau  disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat antara lain :
1.             Epidemiologi.
2.             Biostatistik/statistik kesehatan.
3.             Kesehatan lingkungan.
4.             Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.
5.             Administrasi kesehatan masyarakat.
6.             Gizi masyarakat.
7.             Kesehatan kerja.
Kesehatan masyarakat pada  praktiknya mempunyai kegiatan  yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, dan sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003)



F.            Sasaran KesehatanMasyarakat

Kesehatan masyarakat sasarannya adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok; baik yang sehat maupun yang sakit, khususnya mereka yang berisiko tinggi dalam masyarakat.

1.             Individu
Individu adalah kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Masalah kesehatan  yang dialami individu karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh karena suatu hal, maka akan memengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Maka disini peran tenaga tekhnis farmasi komunitas  adalah membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dipenuhi sendiri karena kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, atau kurangnya kemauan menuju kemandirian dengan jalan melakukan promosi kesehatan.

2.             Keluarga
Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta anggota keluarga lain yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi dinamakan dengan keluarga. Antara anggota keluarga saling bergantung dan berinteraksi, akibatnya jika salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan pada lingkungan disekitarnya. Dari permasalahan tersebut di atas maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis. Berikut merupakan alasan yang menyebabkan keluarga menjadi fokus sasaran pelayanan.
a.              Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan.
b.             Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga.
c.              Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan.
d.             Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (decision making) dalam perawatan kesehatan.
e.              Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat.

3.             Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, dan permasalahan. Kegiatan yang terorganisasi atau sekelompok masyarakat/individu sangat rawan terhadap masalah kesehatan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan merawat diri sendiri. Keterbatasan yang dialami dapat berupa fisik, mental, budaya dan ekonomi sehingga mereka membutuhkan bimbingan dan pelayanan kesehatan. Kelompok khusus yang ada di masyarakat dan di institusi dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi, yaitu sebagai berikut.
a.              Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan (growth and development).
1)            Kelompok ibu hamil dan ibu bersalin (melahirkan)
2)            Kelompok ibu nifas
3)            Kelompok bayi dan anak balita
4)            Kelompok anak usia sekolah
5)            Kelompok usia lanjut
b.             Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan seperti
1)            Penderita penyakit menular, antara lain
·               Kelompok penderita penyakit kusta.
·               Kelompok penderita penyakit TBC.
·               Kelompok penderita penyakit diare.
·               Penyakit malaria di Indonesia masih tergolong penyakit yang berbahaya dan mematikan.
·               Kelompok penderita penyakit kelamin seperti gonore, sifilis dan penyakit HIV/AIDS.
2)            Penderita penyakit tidak menular, antara lain: kelompok penderita penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, kanker, stroke, kecelakaan lalulintas dan lain sebagainya. Angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular seperti penyakit kanker dan kardiovaskular cenderung meningkat.

3)            Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi
·               Kelompok cacat fisik, seperti kehilangan anggota tubuh.
·               Kelompok cacat mental
·               Kelompok cacat sosial.
4)            Kelompok khusus yang mempunyai risiko tinggi terserang penyakit
·               Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika.
·               Kelompok wanita tuna susila (WTS) atau pekerja seksual komersial.
·               Kelompok pekerja tertentu.


Rangkuman
Perbedaan pendekatan/penanganan antara Asclepius dan Higeia dalam masalah kesehatan sebagai berikut: 1). Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2). Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi, cukup istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya, antara lain lebih baik dengan memperkuat daya tahan tubuh dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Pendekatan dalam menangani masalah kesehatan terdiri dari 2 kelompok, pertama, cenderung menunggu terjadinya penyakit disebut pendekatan kuratif (pengobatan), terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang
Winslow (1920) mendefinisikan kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui ‘Usaha-usaha Pengorganisasisan Masyarakat’ untuk :
a.              Perbaikan sanitasi lingkungan.
b.             Pemberantasan penyakit menular.
c.              Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
d.             Pengorganisasi pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.

e.             Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.





[Niszk-Pharmacy] Download File Document Posting ini









Tata Cara Download
  • Masuk pada postingan
  • Lihat dibagian bawah tempat download yang di sediakan
  • Makan akan masuk kedalam safelink-niszk
  • tunggu sekitar 10 detik


  • Maka akan langsung redirect ke link download tersebut.

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.