Kamis, 15 September 2016

LAPORAN ASIDIMETRI


ASIDIMETRI
PENETAPAN KADAR BORAX (Na2B4O7 10H2O)

Jenis Sampel  : “Larutan Borax Dari Laboratorium Kimia Farmasi”
Praktikan       : NAMA
No. Absen      : 00
Semester         : 0

A.    TUJUAN PRAKTIKUM
1.      Mengetahui Normalitas sesungguhnya dari senyawa H2SOdengan larutan baku primer Karbonat Anhidrat
2.      Menetapkan kadar zat dalam larutan Na2B4O7. 10H2O



 B.     TEORI DASAR
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Pada saat terjadi perubahan warna-warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen.
Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi.
Asidimetri adalah macam kelompok dari titrasi netralisasi. Asidimetri  sering juga disebut dengan titrasi asidimetri.
Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standart asam.
Larutan standart/larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan pasti dan teliti. Dimana, proses penambahan larutan standart ke dalam larutan analit sampai terjadi reaksi sempurna disebut proses titrasi. Dalam proses titrasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Indikator titrasi, yaitu zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen.
2. Titik Ekivalen/titik akhir teoritis, yaitu saat dimana reaksi tepat berlangsung sempurna.
3. Titik Akhir titrasi, yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan.
Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan standart primernya dan larutan standart sekundernya. Larutan standart primer yaitu suatu zat yang sudah diketahui kemurniannya dengan pasti, konsentrasinya dapat diketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan. Larutan standart sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau kemurniannya tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan teliti melalui proses standarisasi, standarisasi dilakukan dengan cara menitrasi larutan tersebut dengan larutan standart primer. Serta faktor yang paling penting adalah ketepatan dalam pemilihan indikator agar kesalahan titrasi yang terjadi menjadi sekecil mungkin.
Di dalam pembuatan larutan standart asam yang biasa dipakai adalah H2SO4. Asam nitrat (HNO3) tidak dipakai karena mempunyai sifat yang tidak stabil dan mudah mengeluarkan gas NO, lagipula HNO3 adalah suatu oksidator kuat, sehingga dapat merusak indikator. Untuk titrasi yang memerlukan pemanasan, lebih baik memakai H2SO4, sebab asam ini tidak mudah menguap pada pemanasan, tetapi dalam beberapa hal misalnya dengan air kapur dan air barit dapat membentuk endapan, sehingga sering menyulitkan. Dengan HCl kurang baik, karena HCl sering keluar sebagai gas pada pemanasan. Namun demikian, titrasi yang terbanyak adalah memakai HCl, sebab umumnya HCl membentuk garam yang mudah larut dalam air.
Larutan standart yang diinginkan biasanya dibuat dengan mengencerkan asam yang pekat. Tetapi dalam pengenceran sering diperoleh konsentrasi yang tidak tepat, hanya mendekati saja, oleh sebab itu perlu distandarisasikan.

C.    PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip asidimetri adalah prinsip titrasi asam basa yaitu terjadinya reaksi penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya. Dimana ion H dari asam bereaksi dengan ion OH dari basa yang akan membentuk molekul air yang netral (PH=7). Terjadi reaksi penetralan antara zat pentiter (titran) dan zat yang dititrasi (titrat)

D.    ALAT DAN BAHAN
a)      Alat yang digunakan
Nama Alat
Jumlah
Buret makro 50ml
1 Buah
Labu ukur 250ml
1 Buah
Labu ukur 100ml
2 Buah
Erlenmeyer
6 Buah
Pipet volume
1 Buah
Pipet filler
1 Buah
Gelas ukur
2 Buah
Beaker glass
1 Buah
Pipet tetes
1 Buah
Corong
1 Buah

b)      Bahan yang digunakan
Nama Bahan
Jumlah
Asam sulfat 0,1 N
250ml
Na2CO3 0,1 N
100ml
Larutan Na. tetraborat
100ml
Indicator Merah Metil (MM)
3 tetes


E.     PROSEDUR
1.         Buat LBS H2SO4 0,1 N 250ml dari sediaan H2SO4 2N
2.         Buat LBP Na2CO3 0,1 N 100ml
3.         Buat sampel Na2B4O7 N 100ml






Cara kerja pembuatan LBS H2SO4 0,1 N 250ml
·         Tuangkan 12,5ml asam sulfaf 2N  kedalam gelas ukur
·         Kemudian masukan larutan asam sulfat 0,1N kedalam labu ukur 250ml, tambahkan aqua destilata sedikit demi sedikit (sambil dikocok) sampai batas tanda
·         Lalu kocok sampai homogen
           
Perhitungan LBS H2SO4 0,1 N 250ml dari sediaan H2SO4 2N
M gek Na2CO3 = M gek  H2SO4
V1 X N1 = V2 X N2
250ml  X 0,1 N = V2 X N2
25ml = 2.V2
V2 = 25ml/2N
V2 = 12,5 ml

Cara kerja Pembuatan LBP Na2CO3 0,1 N 100ml
·         Pipet 25ml larutan Na2CO3 (dari sediaan botol sesuai etiket g/l)
·         Masukan kedalam labu ukur 100ml, kemudian tambahkan aquadest sedikit demi sedikit (sambil dikocok) sampai batas tanda
·         Lalu kocok sampai homogen

Perhitungan LBP Na2CO3 0,1 N 100ml 21,2815 g/l
N = g/l : ( BE X BM X V )

N  = 21,2815 : ( 1/2 X 106 X 1 )

N = 21,285 / 53

N 0,4015 N


Pengenceran:
V1 X N1 = V2 X N2
100ml X 0,1 N = V2 x 0,4015N
10ml = V2 x 0,4015N
V2 = 10ml / 0,4015N
V2 = 24,90 ml ~ 25,00 ml

Normalitas Na2CO3 senenarnya
25ml/100ml x 0,4015N = 0,1003 N
            
PEMBAKUAN:
1.      Pipet 25ml dari larutan Na2CO3 0,1N
2.      Masukan kedalam Erlenmeyer sebanyak 3
3.      Tambahkan indicator Merah Metil 3 tetes
4.      Titrasi dengan LBS asam sulfat yang sebenarnya sampai warna merah muda
5.      Lakukan titrasi 3
6.      Hitung volume rata-rata
7.      Hitung normalitas sebenarnya

No
Volume Titrat
Na2CO3 0,1N
Volume Titran H2SO4
Volume
Akhir
Paraf
Awal
Akhir
1
25,00ml
0,00ml
33,50 ml
33,50 ml

2
25,00ml
0,00ml
33,20 ml
33,20 ml
3
25,00ml
0,00ml
33,70 ml
33,70 ml

Rata-Rata = ( 33,50 + 33,20 + 33,70 ) / 3 = 33,47 ml

Reaksi Pembakuan
Na2CO3 + H2SO4  → Na2SO4 + H2CO3
Na2CO3 + H2SO4  → Na2SO4 + CO2 + H2O
1 mol Na2CO3   ~  2 mol H+
½ mol Na2CO3   ~  1 mol H+
BE Na2CO3  =  ½
Normalitas H2SO4 sebenarnya
Mol gek Na2CO3 = Mol gek H2SO4
Titrat   = Titran
V1x N1 = V2 x N2
25ml x 0,1 N = V2 x N2
2,5ml  = 33,47 ml x N2
N2 = 0,0749 N







Pembuatan sampel larutan Na2B4O7 10H2O
·         Pipet 25ml larutan Na2B4O7 10H2O (dari sediaan kadar yang diperkirakan 8%)
·         Masukan kedalam labu ukur 100ml, kemudian tambahkan aqua dest sedikit demi sedikit (sambil dikocok) ad batas tanda
·         Lalu kocok ad homogeny

Penetapan kadar Na2B4O7 10H2O sediaan 8%
N  = % x 10 / BE X BM                                                                    
N = 8 X 10 / 1/2 X 381,47
N = 80 / 190,735
N = 0,4194 N
Pengenceran:
V1 X N1 = V2 X N2
100ml X 0,1 N = V2 X 0,4194 N
10ml = V2.0,4194 N
V2 = 10 ml / 0,4194 N
V2 = 23,84 ml ~ 25,00 ml

PENETAPAN KADAR
1.      Pipet 25ml dari larutan Na2B4O7 10H2O
2.     Masukan kedalam Erlenmeyer sebanyak 3
3.      Tambahkan indicator Merah Metil 3 tetes
4.      Titrasi dengan LBS asam sulfat yang sebenarnya sampai warna merah muda
5.      Lakukan titrasi 3
No
Volume Titrat
Na2CO3 0,1N
Volume Titran H2SO4
Volume
Akhir
Paraf
Awal
Akhir
1
25,00ml
0,00ml
25,30 ml
25,30 ml

2
25,00ml
0,00ml
25,20 ml
25,20 ml
3
25,00ml
0,00ml
25,20 ml
25,20 ml

Rata-Rata ( 25,30 + 25,20 + 25,20 ) / 3 = 25,23



Reaksi Penetapan Kadar
Na2B4O7.10 H2O + H2SO4   → Na2SO4 + 4H3BO3 + 5 H2O
1 mol Na2B4O7  ~  2 mol H+
½ mol Na2B4O7  ~  1 mol H+
BE Na2B4O7   =    ½
Perhitungan kadar sampel Na2B4O7 10H2O
M gek titrat = M gek titran 
V X N = 25,23 ml X 0,0749 N = 1,8897 mol gek
M gram = m gek x BE x BM
= 1,8897 x 1/2 x 381,47
= 360,4128 mg/25 ml
= 0,3604 g/25ml
dalam 100 ml = 100ml/25ml x 0,3604 g = 1,4416 g
Kadar = massa / pipet sampel x 100 %
= 1,4416 g / 25 ml x 100% = 5,7664 %

F.        PEMBAHASAN
Pada prinsipnya, standarisasi Asidimetri menggunakan reagen basa.  Konsentrasi yang digunakan dan volume yang digunakan untuk standarisasi yaitu dengan konsentrasi 0,1 dengan satuan normalitas dan volume 100ml. Asidimetri juga menggunakan buret sebagai media untuk meneteskan asam yang akan menitrasi basa Na2B4O7 10H2O. Pengambilan basa menggunakan pipet volume, sehingga perlu pengamatan yang teliti, karena merupakan kuantitatif. Setelah mengambil basa Na2B4O7 10H2O dan diletakkan di erlenmeyer, juga harus ditetesi dengan indikator MM 1% atau sebanyak 3 tetes dengan pipet tetes.





G.       KESIMPULAN
Berdasarkan hasil standarisasi Asidimetri Na2B4O7 10H2O 0,1 N,  dari senyawa H2SOdengan baku primer Karbonat Anhidrat hasil bahwa titik akhir titrasinya terjadi tepat saat volumenya mencapai 25,23 ml. Pada volume tersebut Na2B4O7 10H2O dalam erlenmeyer menunjukkan perubahan warna dari jernih  menjadi merah muda.

Kesimpulan :
1.   Normalitas  H2SO4 adalah
2.   Presentase kadar larutan  Na2B4O7 . 10H2O adalah tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket yakni sebesar 8%
H.    DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II





                                                        











Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.