LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID
GEL
PROPANOLOL
I.
TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami, mengevaluasi, dan membuat sediaan farmasi
dalam bentuk gel.
II.
LATAR BELAKANG
A. TEORI
Gel (menurut Farmakope Indonesia Ed.IV hal 7)
merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel
kadang-kadang disebut jeli. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Alumunium Hidroklorida) , dalam
system dua fase, jika ukuran partikel fase terdispersi relatif besar, maka
sistem itu disebut magma (Misalnya Magma
Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk
semipadat jika dibiarkan, dan menjadi cair pada pengocokan.
Jadi, sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin
homogenitas, dan hal ini biasanya
tertera pada etiket. Sementara itu, fase gel tunggal terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak
terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel
fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetis (karbomer) atau dari gom
alam (tragakan). Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air, namun etanol dan
minyak dapat juga digunakan sebagai pembawa. Gel dapat digunakan untuk obat
yang diberikan secara topical atau dimasukkan melalui lubang tubuh. Adapun
untuk penyimpanannya, dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup baik dan bermulut lebar, serta di
tempatkan di tempat yang sejuk
dan terlindung dari cahaya. [1]
Gel didefinisikan
sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang
tersusun baik dari dari partikel anorganik kecil atau molekul organik yang
besar dan saling diresapi cairan.
Gel
dalam fase makro molekulnya disebarkan ke seluruh cairan
sampai tidak terlihat ada batas di antaranya, cairan ini disebut gel atau fase.
Dalam hal di mana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang
berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai system dua fase dan sering pula
disebut magma atau susu. Gel dan magma dianggap sebagai dispersi koloid oleh karena masing-masing mengandung
partikel-partikel dengan ukuran koloid.[2]
Menurut
Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspense yang
dibuat dari zarah kecil senyawaan organic atau makromolekul senyawa organic,
masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan[3]
Menurut alamiah dari senyawa-senyawa kimia, yang
mengatur kebersamaan perancah, maka dibedakan lebih lanjut antara gel valensi utama dan gel
valensi pelengkap. [4]
1.
Gel valensi utama
Sebagai gaya ikatannya bekerja gaya valensi utama. Karena itu
keseluruhan gel yang terbentuk
dianggap sebagai satu-satunya molekul raksasa sebagai wakil dari gel valensi utama disebutkan
adalah karet dan elastomer lainnya. Gel valensi utama untuk penyiapan sistem
bahan obat kutan tidak berarti.
2.
Gel valensi pelengkap
Pada gel valensi pelengkap, valensi pelengkap sebagai gaya perajut dari
perancah, terutama gaya Van Der Waals dan senyawa jembatan hydrogen.
B. PRINSIP
Menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu:
1. Gel
sistem dua fase
Dalam
sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar ,
massa gel kadang-kadang dinyatakan
sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa
tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin
homogenitas.
2. Gel
sistem fase tunggal
Gel
fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misanya tragakan.[5]
C. ZAT AKTIF
Penggunaan :
Propranolol
HCl digunakan untuk mengobati penyakit haemangioma yaitu dengan memperkecil pembuluh darah pada kulit
biasanya terjadi pada bayi. Dalam penggunaannya akan disarankan beberapa tes untuk memeriksa bahwa bayi
tersebut
aman dalam penggunaan obat ini, termasuk tes darah dan tes urine,
elektrokardiogram dan ekokardiogram kami juga dapat melaksanakan ultrasonografi.
Farmakologi :
- Beta bloker adrenergic non selektif (antiaritmia kelas II), memblok
secara kompetitif respon terhadap stimulasi alfa bloker dan beta bloker dan
beta bloker adregenik yang akan menghasilkan denyut jantung , tekanan darah dan kebutuhan oksigen
pada jantung.
- Propanolol bersaing dengan
neutrotransmiliter simpatomimetik seperti katekolamin untuk mengikat pada beta
(1) reseptor adregenik dalam hati, menghambat stimulasi simpatis. Hal ini
menyebabkan penurunan denyut jantung , curah jantung , tekanan darah sistolik
dan diastolic, dan reflex hipotensi ortostatik.
- Dengan menghalangi reseptor beta adrenergik , propranolol memberikan
efek yaitu penyempitan pembuluh darah pada bagian kulit yang menderita
Haemangioma, sehingga mengurangi jumlah darah yang mengalir melalui pembuluh
darah.
- Obat ini efektif untuk Haemangioma, karena dapat mengurangi warna merah
dan melembutkan permukaan kulit yang sakit. Propranolol HCl juga membatasi
pertumbuhan sel Haemangioma sehingga ukurannya semakin berkurang.
Dosis :
Oleskan pada kulit
3 x sehari selang waktu 8 jam.
Pada awal penggunaan akan
dipantau selama dua
jam setelah dosis pertama.
Pemantauan ini dilakukan oleh dokter untuk
mengetahui anak tersebut dapat mentoleransi dosis tersebut atau tidak. [6]
III.
PERMASALAHAN
FARMASETIK[7]
a.
Preformulasi
zat aktif
1.
Propanolol
Nama
zat aktif
|
Propanolol Hidroklorida
|
Sumber : FI III hal 532
|
Pemerian
|
Serbuk; putih atau hamper putih; tidak berbau; rasa
pahit
|
Sumber : FI III hal 532
|
Kelarutan
|
Larut dalam 20 bagian air dan dalam 20 bagian etanol
(95%)p ; sukar larut dalam kloroform P.
|
Sumber : FI III hal 532
|
Konsentrasi
|
1%
|
/22516113
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Menghalangi
reseptor beta adrenergic, sehingga propranolol
memberikan efek yaitu penyempitan pembuluh darah pada bagian kulit yang
menderita Haemangioma. Dengan
konsentrasi 1%
|
Sumber : www.ncbi.nlm.gov/pumbed
/22516113
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup baik
|
Sumber : FI III hal 532
|
b.
Preformulasi
zat tambahan
1.
CMC
Na
Nama
zat aktif
|
Carboxymethycelulosum
Natricum
|
Sumber: FI
IV halaman 175
|
Pemerian
|
Serbuk atau granul; putih sampai krem; higroskopis.
|
Sumber: FI IV hal 175
|
Kelarutan
|
Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloida; tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain.
|
Sumber: FI
IV hal 175
|
Konsentrasi
|
3%-6%
|
Sumber: FI
IV hal 175
|
Obat tidak tercampurkan
|
Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan
larutan garam besi dan beberapa logam seperti alumunium, merkuri, dan zink
juga dengan gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH di bawah 2 dan pada saat
pencampuran dengan etanol 95%; membentuk kompleks dengan gelatin dan pectin.
|
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Gel forming agent
(konsentrasi 4 –
6%)
|
Sumber : Handbook of Pharmaceutical excipients hal 78
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup
baik
|
Sumber: FI
IV hal 175
|
2.
Tween 80
Nama
zat aktif
|
Polysorbatum 80
|
Sumber : FI IV hal 987
|
Pemerian
|
Cairan
seperti minyak; jernih
berwarna kuning muda hingga coklat muda; bau khas lemak; rasa pahit dan
hangat.
|
Sumber : FI IV hal 987
|
Kelarutan
|
Sangat mudah larut dalam air; larutan tidak berbau
dan praktis tidak berwarna; larut dalam etanol dan etil asetat; tidak larut
dalam minyak mineral.
|
Sumber : FI IV hal 987
|
Konsentrasi
|
1%-10%
|
Sumber : Handbook of Pharmaceutical excipients hal 376
|
pH
|
6-8
|
Sumber : FI III hal 509
|
Stabilitas
|
Stabil pada elektrolit dan asam lemah.
Berangsur-angsur akan tersanofikasi dengan asam kuat dan basa.
|
Sumber : FI IV hal 987
|
Obat tidak tercampurkan
|
Akan berubah warna atau mengendap dengan phenol dan
tannin.
|
Sumber : FI IV hal 987
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik;
terlindungi dari cahaya; di tempat sejuk dan kering.
|
Sumber : FI IV hal 987
|
Khasiat dan penggunaan
|
Digunakan
dalam kombinasi dengan pengemulsi hidrofilik dalam emulsi M/A.
(konsentrasi 1 – 10%)
|
Sumber : Handbook of Pharmaceutical excipients hal 376
|
3.
Metil Paraben/Nipagin
Nama
zat aktif
|
Methylis
Parabenum
|
Sumber : FI III hal 378
|
Pemerian
|
Serbuk hablur halus; putih; hampir
tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa kebal
|
Sumber : FI III hal 378
|
Kelarutan
|
Larutan
dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian etanol
(95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam
40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
|
Sumber : FI III hal 378
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Zat pengawet
(konsentrasi 0,02-0,3%)
|
Sumber : Handbook of Pharmaceutical excipients hal 310
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
Sumber : FI III hal 378
|
4.
Aqua
Destillata
Nama
zat aktif
|
Aqua
Destillata
|
Sumber : FI III hal 96
|
Pemerian
|
Cairan
jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
|
Sumber : FI III hal 96
|
Stabilitas
|
Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik (air,es,uap). Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terhindar dari kontaminasi partikel-partikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikkan konduktivitas dan jumlah karbon organik, serta harus terlindungi
dari partikel-partikel lain dari mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
|
Sumber : FI III hal 96
|
Obat tidak tercampurkan
|
Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipien lainnya yang mudah terhidrolisis.
|
Sumber : FI III hal 96
|
Khasiat
dan penggunaan
|
Pelarut
|
Sumber : FI III hal 96
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
Sumber : FI III hal 96
|
IV.
ALAT
DAN BAHAN
- Lumpang dan alu -
Sediaan propanolol
- Waterbath - CMC Na
- Cawan uap - Tween 80
- Pipet tetes - Nipagin
- Beaker gelas - Aqua dest
- Gelas ukur
- Timbangan lengan
- Anak timbangan
- Sudip
- Sendok tanduk
- Batang pengaduk
- Tube
V.
FORMULA
R/ Propanolo
gel 0,1 %
Basis ad 20
gram
Mf. gel
SUE
Basis Gel
R/ CMC Na 5%
Tween 80 5%
Nipagin 0,17%
Aq.dest ad
200
VI.
PERHITUNGAN
DAN PENIMBANGAN
a. Perhitungan
Jumlah gel yang akan dibuat : 10 buah x 20 gram = 200 gram
1. Propanolol
1 sediaan :
1% x 20 gram = 0,5 gram
10 sediaan :
10 x 0,5 gram = 5 gram
2. CMC Na
1 sediaan :
5% x
20 gram = 1 gram
10 sediaan :
10 x
1 gram = 10 gram
Air untuk CMC Na: 10 ml/g x 10 gram = 100 ml
3. Tween 80
1 sediaan :
5% x
20 gram = 1 gram
10 sediaan :
10 x
1 gram = 10 gram
4. Nipagin
1 sediaan :
0,17% x 20 gram = 0,034 gram
10 sediaan :
10 x
0,034 gram = 0,34 gram
5. Aqua dest.
1 sediaan :
20 gram – (0,5 + 1 + 10 + 1 + 0,034) gram = 7,466 gram
10 sediaan :
200 gram – (5 + 10 + 100 + 10 + 0,34) gram = 74,66 gram = 74,66ml ~ 75 ml
b. Penimbangan
1. Propanolol 5
gram
2. CMC Na 10
gram
3. Air untuk CMC Na 100 ml
4. Tween 80 10
gram
5. Nipagin 0,34
gram
6. Aqua dest 75
ml
VII.
PEMBUATAN
1. Setarakan timbangan lalu siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbang bahan-bahan yang akan digunakan
3. Siapakan air panas di dalam beaker gelas sebanyak 100ml untuk melarutkan
CMC Na, lalu panaskan di atas waterbath dengan menambahkan CMC Na sedikit demi sedikit aduk
homogen hingga mengembang, lalu
didiamkan sebentar.
4. Setelah CMC Na sudah dilebur, masukkan propanolol +
nipagin
ke dalam mortir digerus ad homogen
5. Lalu masukkan CMC Na yang sudah menjadi gel sedikit demi sedikit dengan
penambahan Tween 80 sedikit demi sedikit ke dalam mortir. Aduk ad homogen
tambahkan hasil lebur CMC Na dan tween 80 , begitu seterusnya hingga homogen.
6. Lalu timbang massa masing-masing
20 gram setiap wadahnya
7. Masukkan dalam wadah, beri etiket dan brosur kemudiaan dikemas.
VIII.
EVALUASI
No
|
Evaluasi
dan Prosedur Evaluasi
|
1.
|
Pengamatan
organoleptis
Evaluasi organoleptis dilakukan untuk mengetahui estetika sediaan gel
dengan pengamatan menggunakan panca indra. Dengan mengamati bau, warna, rasa pada kulit, tekstur sedian, dan
konsistensi.
|
2.
|
Uji Stabilitas Fisik
Stabilitas dapat didefinisikan sebagai
kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama
dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995).
Pengujian dilakukan menempatkan sediaan gel pada suhu yang
berbeda-beda secara continue dan ditentukan tiap waktunya.
|
3.
|
pH
Evaluasi pH dilakukan dengan menggunakan pH meter
atau pH universal. Caranya adalah dengan mengencerkan 60g gel kedalam 200ml
air, kemudian aduh hingga homogen, dan biarkan menggendap, lalu larutan
digunakan untuk mengukur pH dengan mencelupkan kertas pH meter . persyaratan
pH yang ditentukan adalah 4,5-6,5
|
4.
|
Uji
aseptabilitas sediaan
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di
kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria, kemudahan di oleskan, kelembutan, sensasi
yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut dibuat scoring untuk masing-masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut,
sangat lembut.
|
5.
|
Uji
Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
gel tersebut homogeny atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan cara
mengoleskan gel pada object glass lalu diratakan. Kemudian amati homogenitas
dari zat aktif dalam basisnya menggunakan mikroskop.
|
6.
|
Evaluasi
Daya Sebar
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar
gel pada kulit. Cara yang tepat untuk mengetahui daya sebar adalah dengan
cara gel diletakan di atas kaca yang berskala. Kemudian letakan kaca yang
sama dibagian atasnya, dengan meningkatkan bebannya dalam rentang waktu
1-2menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban
hingga sediaan berhenti menyebar dalam waktu tertentu secara teratur. Semakin
manyebar menunjukan kemampuan daya sebar dalam distribusi merata.
|
7.
|
Uji Pelepasan
Uji
pelepasan dilakukan dengan cara:
1.
timbang seksama 10g gel didalam cawan petri. Kosongkan bagian
tengah cawan untuk meletakan anak
timbangan.
2.
masukan cawan petri tersebut ke dalam beker glass.
3.
tambahkan air bersuhu 37OC sebanyak 500 ml ke dalam beaker
glass tersebut. Letakan di atas penangas
air agar suhu air tetap.
4.
setiap 15 menit, air di dalam beaker glass di aduk, kemudian
diambil 10ml untuk ditentukan kadarnya
secara spektrofotometri.
5.
tambahkan lagi aqua dest bersuhu 37OC dalam jumlah yang sama
dengan yang diambil.
6.
tentukan kadar zat aktif yang terlepas.
7.
lakukan perhitungan faktor koreksi agar didapat hasil yang akurat
|
8.
|
Viskositas
Merupakan
pernyataan tahanan dari suatu sediaan untuk mengalir, makin tinggi viskositas
akan semakin besar tahanannya atau semakin kental.
|
9.
|
Daya Proteksi
Dilakukan
untuk mengetahui kemampuan proteksi atau perlindungan terhadap pengaruh asing
dari luar yang mengurangi efektifitas dari gel. Semakin lama waktu yang
dibutuhkan semakin baik daya proteksi gel yang dihasilkan
|
10.
|
Daya Lekat
Bertujuan
untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh gel untuk melekat pada kulit. Hal
ini juga berhubungan dengan lama daya kerja obat. Semakin lama waktu yang
dibutuhkan, maka semakin lama daya kerja obat.
|
11.
|
Evaluasi Penentuan Ukuran Droplet
Untuk
menentukan ukuran droplet dari suatu sediaan gel , dengan cara menggunakan
mikroskop, sedian diletakan diatas object glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.
|
Evaluasi yang dilakukan
1.
Uji organoleptis
No.
|
Pengujian
|
Hasil
|
1.
|
Bentuk
|
Gel (jeli)
|
2.
|
Warna
|
Bening
|
3.
|
Bau
|
Tidak berbau
|
2.
UjiHomogenitas
Uji
Homogenitas
|
Keterangan
|
Homogen (tidak ada partikel)
|
3.
Uji stabilitas fisik
Suhu Dingin (0Oc)
|
Bentuk : Gel yang berbentuk semi solid membeku menjadi padat
Warna : Tidak berubah warna
|
Suhu Kamar (25OC)
|
Bentuk : Gel yang berbentuk semi solid tidak berubah bentuk
Warna :Tidak berubah warna
|
Suhu Panas (70OC)
|
Bentuk : Gel yang berbentuk semi solid mencair menjadi kental.
Warna : Tidak berubah warna
|
4.
Uji Ph
pH = 6
5.
Uji aseptabilitas
Untuk evaluasi uji aseptabilitas, kami
telah melakukan uji ini pada 5 orang untuk mengetahui kelembutan dari gel yang kita
telah buat, diperoleh data sebagai berikut:
Kelembutan
|
||
Agak lembut
|
Lembut
|
Sangat
lembut
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
IX.
PEMBAHASAN
Menurut Howard C.Ansel pada buku
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, gel merupakan suatu sediaan
semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan
dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
berikatan pada fase terdispersi.
Propanolol HCl pemerian Serbuk; putih atau hampir putih; tidak berbau; rasa
pahit. Propranolol HCl digunakan
untuk mengobati penyakit haemangioma yaitu dengan memperkecil pembuluh darah pada kulit
biasanya terjadi pada anak di atas 10 bulan.
Beta bloker adrenergic non
selektif (antiaritmia kelas II), memblok secara kompetitif respon terhadap
stimulasi alfa bloker dan beta bloker dan beta bloker adregenik yang akan
menghasilkan denyut jantung , tekanan
darah dan kebutuhan oksigen pada jantung.
Propanolol bersaing dengan neutrotransmiliter simpatomimetik
seperti katekolamin untuk mengikat pada beta (1) reseptor adregenik dalam hati,
menghambat stimulasi simpatis. Hal ini menyebabkan penurunan denyut jantung ,
curah jantung , tekanan darah sistolik dan diastolic, dan reflex hipotensi
ortostatik.
Dengan menghalangi reseptor beta adrenergik ,
propranolol memberikan efek yaitu penyempitan pembuluh darah pada bagian kulit
yang menderita Haemangioma, sehingga mengurangi jumlah darah yang mengalir
melalui pembuluh darah. Haemangioma sendiri merupakan salah satu kalainan
pembentukan pembuluh darah dapat terjadi pada setiap jaringan dalam tubuh, dan
bisa dimasukkan dalam tumor jinak namun tidak seperti kanker malainkan benjolan
yang terbentuk dari pembuluh darah yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan
pada anak berusia kurang dari 1 tahun (5-10%). Haemongioma ini tidak memiliki
kecenderungan untuk tumbuh membesar. Hanya saja biasanya bentuknya ini akan
mengalami pertumbuhan dari usia kelahiran bayi hingga mencapai ukuran terbesar
di usia 8 bulan, setelahnya barulah ukurannya akan menetap.
Obat ini efektif untuk
Haemangioma, karena dapat mengurangi warna merah dan melembutkan permukaan
kulit yang sakit. Propranolol HCl juga membatasi pertumbuhan sel Haemangioma
sehingga ukurannya semakin berkurang. Penyakit
Proses pembuatan gel dimulai dengan penimbangan
bahan-bahan yang akan digunakan. Panaskan lumpang dan alu dengan di isi air panas, Kemudian dilakukan
peleburan CMC Na yang di lebur di atas
waterbath saat peleburan dilakukan
sedikit demi sedikit dalam penambahan CMC Na agar lebih mudah dalam pengadukan
secara merata. Setelah itu masukkan serbuk propanolol HCl, nipagin dan massa leburan CMC
Na ke dalam mortir dan alu yang sudah dipanaskan sedikit demi sedikit dengan
penambahan tween 80 sedikit demi sedikit sampai basis sudah di anggap homogen,
baru ditambahkan kembali dan begitu seterusnya dan di selingi aqua dest sedikit
demi sedikit juga di dalam mortir panas dan diaduk hingga homogen, dan begitu
seterusnya hingga menjadi semua bahan tercampur merata dan homogen.
Setelah itu dilakukan
evaluasi dari sediaan. Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evaluasi yang
dilakukan dengan cara mengamati sediaan gel dilihat dari bentuk, warna, dan bau
dari sediaan gel propanolol yang dibuat
tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar
mengetahui sedian yang dibuat sesuai dengan standar gel yang ada, dalam
arti sediaan gel tersebut stabil dan tidak menyimpang dari standar gel.
Diketahui setelah evaluasi dari bentuknya, sudah menjadi gel tidak terlalu encer dan tidak
terlalu, untuk memperoleh hasil yang maksimal kita perlu memperhatikan dalam
pembuatan gel propanolol ini. Dan dari warnanya, gel ini berwarna bening.
Evaluasi
kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui
sediaan yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan gel yang baik
harus homogen dan bebas dari partikel- partikel
yang masih mengumpal. Cara kerja pada uji ini yaitu dengan mengoleskan
sedikit sediaan gel di kaca objek dan amati adakah
partikel yang masih menggumpal atau tidak tercampur sempurna. Jika tidak berarti
larutan dikatakan homogen. Dan dihasilkan dari evaluasi uji homogenitas pada
gel propanolo, gel ini homogen tidak ada partikel yang masih menggumpal, karena
di saat pembuatan gel, untuk menambahkan massa leburan CMC Na dan tween 80
ditambahkan sedikit demi sedikit, jika sudah homogen baru ditambahkan kembali ,
sama halnya dengan aqua dest pun ditambahkan sedikit demi sedikit, jangan
langsung semua bahan dimasukkan.
Evaluasi
ketiga yaitu uji stabilitas dengan dilakukan dengan cara mendiamkan gel selama 3
hari dalam suatu suhu yang berbeda yaitu:
-
Suhu dingin dilakukan menggunakan lemari pendingin dengan suhu
0˚C , gel menjadi padat (mengeras) karena adanya suhu dingin, tetapi warna
tidak berubah.
-
Suhu kamar, dengan suhu 25˚C , gel tidak
mengalami perbuahan bentuk dan warna.
-
Suhu panas berlebih dilakukan menggunakan oven dengan suhu
70˚C , gel propanolo menjadi kental tapi tidak berubah warna.
Uji keempat dengan kertas pH indikator universal ,
dengan mengoleskan gel pada kertas pH indicator universal, lalu amati sesuai
pada indikator pHnya. Dan dihasilkan pH dari gel propanolol ini adalah 6 yang
artinya gel propanolol ini bersifat asam lemah.
X.
KEMASAN
ETIKET
DUS
BROSUR
Sumber: www.ncbi.nlm.gov/pumbed/22516113
XI.
KESIMPULAN
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat
yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari dari partikel
anorganik kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. [8]
Formula yang kami gunakan
untuk membuat Propanolol gel
20
gram adalah sebagai berikut:
No.
|
Bahan
|
Jumlah
(untuk
1 tube)
|
Jumlah
(untuk
10 tube)
|
1.
|
Propanolol
|
0,5 gram
|
5 gram
|
2.
|
CMC
Na
|
1 gram
|
10 gram
|
3.
|
Air
untuk CMC Na
|
10 ml
|
100 ml
|
3.
|
Tween
80
|
1 gram
|
10 gram
|
4.
|
Nipagin
|
0,034 gram
|
0,34 gram
|
5.
|
Aqua dest.
|
7,466
ml~7,5 ml
|
74,66 ml~75ml
|
XII.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[2] Howard C. Ansel.2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
edisi ke empat. Jakarta : UI Press
[3] Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.1978.Formularium
Nasional Edisi kedua.Jakarta:Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
[4] Voight, R., 1984. Buku Pelajaran teknologi Farmasi.
Diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., Yogyakarta: UGM Press
[5] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
[7] Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope
Indonesia Edisi III.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
[8]
Howard
C. Ansel.2008.
Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi edisi ke empat. Jakarta : UI Press