Sabtu, 03 September 2016

GALENIKA

GALENIKA

Latar Belakang
Istilah galenika diambil dari seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos yang membuat sediaan obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika. Jadi, Ilmu Galenika adalah Ilmu yang mempelajari tantang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Sediaan galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang diambil sarinya.
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk ke dalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya. Kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat.
*Sediaan galenika yang manggunakan metode khusus adalah seperti Infusum Hyoscyami Oleosum, Solutio Carbonis detergens atau Liquor Carbonatis detergens.

Ø Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik:
·         Derajat kehalusan
      Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.
·         Konsentrasi / kepekaan
     Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
·         Suhu dan lamanya waktu
           Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.
·         Bahan penyari disesuaikan dengan cara penyari
          Cara ini harus disesuaikan dengna sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

Ø  Bentuk-bentuk sediaan galenik:
·         Hasil penarikan : extracta, tinctura, decocta/infusa
·       Hasil penyulingan/pemerasan : aqua aromatica, olea volatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak)
·         Syrup

Ø  Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:
·         Aqua aromatica
·         Extracta
·         Sirupi, dan
·         Spiritus aromatic.



Pengertian Galenika



Istilah galenika diambil dari seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos yang membuat sediaan obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika. Jadi, Ilmu Galenika adalah Ilmu yang mempelajari tantang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Sediaan galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang diambil sarinya.
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk ke dalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya. Kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat.
Sediaan galenika yang manggunakan metode khusus adalah seperti Infusum Hyoscyami Oleosum, Solutio Carbonis detergens atau Liquor Carbonatis detergens.

Ø    Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut :
-         Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
-         Dari simplisia tsb obat yang terdapat didalamnya diolah dalam bentuk sediaan/preparat.

Ø    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik:
·         Derajat kehalusan
     Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.
·         Konsentrasi / kepekaan
    Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
·         Suhu dan lamanya waktu
       Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.
·         Bahan penyari disesuaikan dengan cara penyari
          Cara ini harus disesuaikan dengna sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

Tujuan Galenik

Tujuan dibuat sediaan galenik, diantaranya:
  • Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
  • Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
  • Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.

Sediaan Galenik
Sediaan galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang diambil sarinya.
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk ke dalam zat-zat berkhasiat utama daripada simplisia yang akan diambil sarinya, kemudian zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat.

           Ã˜  Bentuk-bentuk sediaan galenik:
·         Hasil penarikan : extracta, tinctura, decocta/infusa
·         Hasil penyulingan/pemerasan : aqua aromatica, olea volatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak)
·         Syrup

Ø  Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:
·         Aqua aromatica
·         Extracta
·         Sirupi, dan
·         Spiritus aromatic.
Tinctura
Tinctura adalah sediaan cair yang dibuat secara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras.

Ø   Cara pembuatan:

1.    Maserasi, masukkan 20 bag simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bag cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bag. Pindahkan ke bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring.
2.    Perkolasi, basahi 10 bag simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 – 5 bag cairan penyari, masukkan ke bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit dalam perkolator sambil ditekan hati-hati. Tuangi dengan cairan penyari, biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml/menit. Tambahkan cairan penyari hingga diperoleh 80 bag perkolat. Peras, campur cairan penyari dengan perkolat, biarkan hingga diperoleh 100 bag, iarkan selama 2 hari ditempat terlindung cahaya.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bag perkolat, tetapkan kadarnya.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.

Pembagian tingtur

1.          Menurut cara pembuatan
a.       Tingtur asli, yaitu dibuat secara maserasi/perkolasi.
Maserasi : Opii Tinctura
                 Valerianae Tinctura
                 Capsici Tinctura
                 Myrrhae Tinctura
                 Opii Aromatica Tinctura
                 Polygalae Tinctura, dll
Perkolasi : Belladonnae Tinctura
                 Cinnamomi Tinctura
                 Digitalis Tinctura
                 Lobeliae Tinctura
                 Strychnini Tinctura
                 Ipecacuanhae Tinctura, dll
b.      Tingtur palsu, yaitu dibuat degan melarutkan bahan dasar/kimia ke pelarut yang sesuai.
Contoh : Iodii Tinctura, Secalis Cornuti Tinctura.

2.             Menurut kekerasan
a.       Tingtur keras, yaitu menggunakan 10% zat berkhasiat keras.
Contoh :    Belladonnae Tinctura
                  Digitalis Tinctura
             Opii Tinctura
             Lobeliae Tinctura
             Stramonii Tinctura
             Strychnini Tinctura
             Ipecacuanhae Tinctura, dll
b.       Tingtur lemah, yaitu menggunakan 20% simplisia.
Contoh : Cinnamomi Tinctura
               Valerianae Tinctura
               Polygalae Tinctura
               Myrrhae Tinctura

3.             Berdasarkan cairan penariknya
a.             Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya eter atau campuran eter-etanol.
Contoh : tinctura valerianae aetherea
b.             Tingtura Vinosa, jika cairan penariknya campuran anggur-etanol
Contoh : tinctura rhei vinosa
c.             Tingtura Acida, jika cairan penariknya ditambahkan asam sulfat.
Contoh : tinctura acida aromatica
d.             Tingtura Aquosa, jika cairan penariknya air.
Contoh : tinctura rhei aquosa
e.             Tingtura Composita, jika cairan penariknya selain etanol.
Contoh : tinctura chinae composita



Extracta

Extracta adalah sediaan kering (siccum), kental (spissum), atau cair (liquidum) dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Cairan yang dipakai adalah air, eter, dan air-etanol.
Ø   Cara pembuatan
1.             Maserasi, lakukan maserasi sesuai cara yang tertera pada tingtur, uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50OC.
2.             Perkolasi, lakukan sesuai cara yang tertera pada tingtur. Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam, biarkan cairan menetes sampai tak bersisa. Uapkan dengan tekanan rendah pada suhu 50OC.

Ø   Contoh ekstrak :
1.             Belladonnae Extractum. Perkolasi 100 bagian serbuk beladon (85/100) dengan campuran etanol encer dan asam asetat 2% v/v volume sama
2.             Hyoscyami Extractum. Perkolasi 100 bagian serbuk hiosiami dengan campuran etanol encer dan asam asetat 2% v/v volume sama
3.             Strychnini Extractum. Perkolasi serbuk biji strihni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah dengan penyari etanol 70% v/v
4.             Rhei Extractum. Perkolasi serbuk kelembak dengan campuran etanol 90% dan air volume sama
5.             Stramonium Extractum. Perkolasi 1000 g serbuk herba stramonium dengan etanol 45%
6.             Cinchonae Extractum. Maserasi 100 bag serbuk kulit kina dengan 50 bagian campuran 35 bagian HCl encer, 20 bagian gliserol, 45 bagian air selama 24 jam
7.             Colae Extractum. Perkolasi serbuk biji kola dengan campuran 60 bagian etanol 90% dan 40 bagian air hingga perkolat hampir tidak berasa dan tidak berwarna, kemudian dibuat cair
8.             Opii Extractum. Maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong tipis dengan 500 bagian air selama 24 jam sambil terus diaduk, peras
9.             Dll


Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90OC selama 15 menit.

Ø   Cara pembuatan
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90O. Sambil sekali diaduk. Serkai dengan kain flanel selagi panas. Tambahkan air panas secukupnya melalu ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan > Ø  

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1.        Jumlah simplisia, kecuali dinyatakan lain, infus mengandung 10% zat berkhasiat.
2.        Derajat halus simplisia

Serbuk (5/8)
Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena
Serbuk (8/10)
Dringo, kelembak
Serbuk (10/22)
Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60)
Kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum
Serbuk (85/120)
Daun digitalis


3.        Banyaknya air ekstra
Umumnya untuk membuat sediaan infus digunakan penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang dipakai umumnya kering.
4.        Cara menyerkai
·      Umumnya infus diserkai selagi panas, kecuali yang mengandung minyak atsiri diserkai selagi dingin
·      Infus daun sena, asam jawa, dan yang mengandung lendir lain tidak boleh diperas.
·      Untuk decocta condurango diserkai panas, karena zat berkhasiatnya larut dalam air panas, akan mengendap dalam air dingin.
·      Infus daun sena diserkai saat dingin karena mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalamair dingin.
·      Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga masa seperti bubur.
·      Buah adas manis dipecah dahulu
·      Bila sediaan tidak disebutkan derajat halusnya, diambil derajat kehalusan yang kekentalannya sama
5.        Penambahan zat lain
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot zat berkhasiat dan pada infus simplisia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.


Aqua Aromatica

Aqua Aromatica adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat yang beraroma dalam air. Diantara air aromatik, ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi untuk digunakan sebagai pengawet. Air aromatik harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir.

Ø   Cara pembuatan :
1.     Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60ml etanol 95%.
2.        Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100ml sambil dikocok kuat.
3.        Tambahkan 500mg talkum, kocok, diamkan, saring.
4.        Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh diatas penangas air selama 1 jam.
Ø   Pemerian aqua aromatik : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Ø   Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan.
Ø   Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Ø   Khasiat : zat tambahan.
Air aromatik yang tertera dalam FI II ada 3, yaitu :
1.             Aqua Foeniculli, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Dibuat dengan melarutkan 4g oleum foeniculli dalam 60ml etanol 95%, tambahkan air sampai 100ml sambil dikocok kuat, tambahkan 500mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan1 bag filtrat dalam 39 bag air. Pemerian, penyimpanan sama seperti aqua aromatik. Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum digunakan harus disaring dahulu.
2.             Aqua Menthae Piperitae, adalah larutan jenuh minyak permen dalam air. Pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua aromatik dengan menggunakan 2 g minyak permen dalam 60ml etanol 95%.
3.             Aqua Rosae, adalah larutan minyak mawar dalam air. Pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20ml etanol 95%, saring. Pada filtrat tambahkan air secukupnya hingga 5000ml, saring.

            Khusus untuk Aqua Foeniculli jangan disimpan ditempat sejuk karena etanol akan menghablur, jadi disimpan pada suhu kamar, kalau keruh kocok sebelum digunakan. Aqua foeniculli kalau menghablur harus dipanaskan pada suhu 25OC dan kemudian dikocok kuat, sebelum digunakan harus disaring.

Minyak atsiri (olea volatilia) / minyak menguap

Minyak Menguap adalah campuran bahan berbau keras yang menguap. Yang diperoleh baik dengan penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintesis. Minyak atsiri diperoleh dari tumbuhan. Cth : daun, bunga, kulit buah, buah.
Ø   Sifat minyak atsiri  :
1.        Mudah menguap,
2.        Rasa yang tajam
3.        Bau yang khas, sesuai dengan bau tanaman asal
4.        Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik
5.        Tidak berwarna, sedikit kuning muda

Ø   Cara memperoleh minyak atsiri :
a.         Cara pemerasan yaitu cara termudah dan primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk yang tidak tahan pemanasan. Cth : minyak jeruk
b.        Cara penyulingan (destilasi)
-    Cara langsung (menggunakan api langsung)
-    Cara tidak langsung (destilasi uap)
c.         Cara enfleurage digunakan untuk bahan dengan kandungan minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan pemanasan.

Ø   Syarat-syarat minyak atsiri:
1.        Harus jernih, tidak berwarna
2.        Mudah larut dalam chloroform atau eter
3.        Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak lemak
4.        Harus kering, karena air akan mempercepat proses oksidasi sehingga minyak akan berwarna
5.        Bau dan rasa seperti simplisia

Ø   Contoh minyak atsiri :
1.        Oleum foeniculli (minyak adas). Cara pembuatan : penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris.
2.        Oleum anisi (minyak adasmanis). Cara pembuatan : penyulingan uap buah kering Pimpinella anisum
3.        Oleum caryophlli (minyak cengkeh). Cara pembuatan : penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari tanaman Eugenia caryophyllata
4.        Oleum citri (minyak jeruk). Cara pembuatan : pemerasan pericarp (kulit buah luar yang masak dan segar) dari tanaman Citrus lemon
5.        Oleum aurantii (minyak jeruk manis). Cara pembuatan : pemerasan pericarp (kulit buah luar yang masak dan segar) dari tanaman Citrus sinensis
6.        Oleum eucalypti (minyak kayu putih). Cara pembuatan : destilasi uap dari daun segar, ujung cabang segar dari berbagai spesies Eucalyptus atau spesies yang diinginkan (E. globulus, E. futicerutum, E. polybractea, E. smithii)
7.        Oleum menthae piperitae (minyak permen). Cara pembuatan : destilasi uap dari bagian atas tanah tanaman berbunga Mentha piperita yang segar dan telah dimurnikan
8.        Oleum cinnamomi (minyak kayu manis). Cara pembuatan : penyulingan uap kulit batang dan kulit cabang Cinnamomum zeylanicum
9.        Oleum citronellae (minyak sereh). Cara pembuatan : penyulingan uap daun Cymbopogon nardus
10.    Oleum rosae (minyak mawar). Cara pembuatan : penyulingan uap bunga segar Rosa galica alba
11.    Dll



Minyak lemak (olea pinguia)

Olea Pinguia adalah campuran senyawa asam lemak bersuhu tinggi dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuhu tinggi).

Ø   Cara mendapatkan minyak lemak :
1.        Diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum olivarum, oleum ricini
2.        Diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum cocos

Ø   Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :
1.        Harus jernih
2.        Kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, eter, dan eter minyak tanah
3.        Harus memenuhi syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat.

Ø   Cara identifikasi minyak lemak : pada kertas meninggalkan noda lemak.
Ø   Penggunaan minyak lemak :
1.         Sebagai zat tambahan
2.         Sebagai pelarut, misal : pelarut obat suntik, lotio, anti racun dll
3.         Sebagai obat, misal : oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar
Ø   Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :
1.        Minyak yang dapat mengering. Misal : oleum lini, oleum ricini.
2.        Minyak yang tidak dapat mengering. Misal : oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami.

Ø   Penyimpanan minyak lemak :
Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.

Ø   Contoh minyak lemak :
1.        Minyak kacang (oleum arachidis). Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan pemerasan biji Arachidis hypogaeae L yang telah dikupas
2.        Minyak coklat (oleum cacao). Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemanasan panas biji Theobroma cacao L yang telah dikupas dan dipanggang
3.        Minyak kelapa (oleum cocos). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan panas endosperm Cocos nucifera L yang telah dikeringkan
4.        Minyak ikan (oleum iecoris aselli). Adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar ikan Gadus calarias L, dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 0OC
5.        Minyak zaitun (oleum olivarum). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji masak Olea europeae L jika perlu dimurnikan
6.        Minyak lini (oleum lini). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji masak Linum usitatissinum L
7.        Minyak jarak (oleum ricini). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji Ricinus communis L yang telah dikupas
8.        Minyak wijen (oleum sesami). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji Sesamum indicum L
9.        Minyak tengkawang (oleum shoreae). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan panas keping biji Shorea stepnotera yang segar atau kering
10.    Minyak kaulmogra (oleum hydnocarpi). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan bji dari buah masak segar Hidnocarpus wightraria
11.    Minyak jagung (oleum maydis). Adalah minyak lemak yang diperoleh dari embrio Zea mays L, kemudian dimurnikan
12.    Dll


Syrup

Syrup adalah sediaan cair berupa larutan yang menagndung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.

Ø   Cara pembuatan :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.

Ø   Catatan tambahan untuk sirup :
·         Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon ditambahkan Na2CO3 10% bobot simplisia.
·         Bj kirup sekitar 1,3
·         Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa
·         Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang cocok
·         Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk.
·         Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri
·         Untuk mencegah sirup membusuk, ditambahkan nipagin

Ø   Cara memasukkan sirup ke botol :
sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit, apakah tidak berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III menuliskan tentang penambahan metil paraben 0,25%

Ø   Penggunaan sirup :
1.      Obat, misal : chlorpheniramini maleatis sirupus
2.      Corigen saporis, misal : sirupus simplex
3.      Corigen odoris, misal : sirupus aurantii
4.      Corigen coloris, misal : sirupus rhoedos
5.      Pengawet, misal : sediaan dgn bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri

Ø   Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk
*
Ø   Contoh sediaan sirup dalam FI III
1.         Chlorpheniramini Maleatis Sirupus
2.         Cyproheptadini Hydrochloridi Sirupus
3.         Dextromethorphani Hydrobromidi Sirupus
4.         Piperazini Citratis Sirupus
5.         Prometazini Hydrochloridi Sirupus
6.         Methdilazini Hydrobromidi Sirupus
7.         Sirupus Simplex

*Dalam perdagangan dikenal ‘’dry syrup’’ yaitu sirup kering yang jika akan dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destillata, biasanya berisi zat yang tidak stabil dalam air.





[Niszk-Pharmacy] Download File Document Posting ini









Tata Cara Download
  • Masuk pada postingan
  • Lihat dibagian bawah tempat download yang di sediakan
  • Makan akan masuk kedalam safelink-niszk
  • tunggu sekitar 10 detik


  • Maka akan langsung redirect ke link download tersebut.

Facebook

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.