GALENIKA
Latar Belakang
Istilah
galenika diambil dari seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos yang membuat
sediaan obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu
obat-obatan yang disebut ilmu galenika. Jadi, Ilmu Galenika adalah Ilmu yang
mempelajari tantang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan
dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Sediaan
galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang
diambil sarinya.
Zat-zat
yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian
tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk ke
dalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya.
Kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari,
setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian
simplisia lain yang kurang bermanfaat.
Sediaan
galenika yang manggunakan metode khusus adalah seperti Infusum Hyoscyami
Oleosum, Solutio Carbonis detergens atau Liquor Carbonatis detergens.
Ø Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik:
Ø Bentuk-bentuk sediaan galenik:
Ø Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:
Ø Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:
Ø Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik:
·
Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.
·
Konsentrasi / kepekaan
Beberapa
obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas
konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
·
Suhu dan lamanya waktu
Harus
disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau
tidak.
·
Bahan penyari disesuaikan
dengan cara penyari
Cara
ini harus disesuaikan dengna sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari
ke dalam simplisia.
Ø Bentuk-bentuk sediaan galenik:
·
Hasil penarikan :
extracta, tinctura, decocta/infusa
· Hasil
penyulingan/pemerasan : aqua aromatica, olea volatilia (minyak menguap), olea
pinguia (minyak lemak)
·
Syrup
Ø Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:
·
Aqua aromatica
·
Extracta
·
Sirupi, dan
·
Spiritus aromatic.
Pengertian Galenika
Istilah galenika diambil dari
seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos yang membuat sediaan obat yang
berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang
disebut ilmu galenika. Jadi, Ilmu Galenika adalah Ilmu yang mempelajari tantang
pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam
(tumbuhan dan hewan).
Sediaan
galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang
diambil sarinya.
Zat-zat
yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian
tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk ke
dalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya.
Kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari,
setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian
simplisia lain yang kurang bermanfaat.
Sediaan
galenika yang manggunakan metode khusus adalah seperti Infusum Hyoscyami
Oleosum, Solutio Carbonis detergens atau Liquor Carbonatis detergens.
Ø
Pembuatan sediaan galenik
secara umum dan singkat sebagai berikut :
- Bagian tumbuhan yang
mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
- Dari simplisia tsb obat
yang terdapat didalamnya diolah dalam bentuk sediaan/preparat.
Ø
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik:
·
Derajat kehalusan
Derajat
kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung
tersebut di sari.
·
Konsentrasi / kepekaan
Beberapa
obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas
konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
·
Suhu dan lamanya waktu
Harus
disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau
tidak.
·
Bahan penyari disesuaikan
dengan cara penyari
Cara
ini harus disesuaikan dengna sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari
ke dalam simplisia.
Tujuan Galenik
Tujuan dibuat
sediaan galenik, diantaranya:
- Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
- Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
- Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.
Sediaan Galenik
Sediaan galenik adalah sediaan yang
dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang diambil sarinya.
Zat-zat yang tersari (berkhasiat)
biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam
keadaan kering. Cairan penyari masuk ke dalam zat-zat berkhasiat utama daripada
simplisia yang akan diambil sarinya, kemudian zat berkhasiat tersebut akan
terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat
berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat.
Ø Bentuk-bentuk sediaan galenik:
Ø Bentuk-bentuk sediaan galenik:
·
Hasil penarikan :
extracta, tinctura, decocta/infusa
·
Hasil
penyulingan/pemerasan : aqua aromatica, olea volatilia (minyak menguap), olea
pinguia (minyak lemak)
·
Syrup
Ø Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:
·
Aqua aromatica
·
Extracta
·
Sirupi, dan
·
Spiritus aromatic.
Tinctura
Tinctura
adalah sediaan cair yang dibuat secara maserasi atau perkolasi simplisia nabati
atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang
tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat
menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras.
Ø Cara pembuatan:
Ø Cara pembuatan:
1. Maserasi,
masukkan 20 bag simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam sebuah bejana,
tuangi dengan 75 bag cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung
dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras. Cuci ampas dengan cairan
penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bag. Pindahkan ke bejana tertutup,
biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, enap, tuangkan
atau saring.
2. Perkolasi,
basahi 10 bag simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 – 5 bag
cairan penyari, masukkan ke bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan
masa sedikit demi sedikit dalam perkolator sambil ditekan hati-hati. Tuangi
dengan cairan penyari, biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml/menit.
Tambahkan cairan penyari hingga diperoleh 80 bag perkolat. Peras, campur cairan
penyari dengan perkolat, biarkan hingga diperoleh 100 bag, iarkan selama 2 hari
ditempat terlindung cahaya.
Jika
dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bag perkolat,
tetapkan kadarnya.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Pembagian
tingtur
1.
Menurut cara pembuatan
a. Tingtur
asli, yaitu dibuat secara maserasi/perkolasi.
Maserasi : Opii Tinctura
Valerianae
Tinctura
Capsici
Tinctura
Myrrhae
Tinctura
Opii
Aromatica Tinctura
Polygalae
Tinctura, dll
Perkolasi : Belladonnae Tinctura
Cinnamomi
Tinctura
Digitalis
Tinctura
Lobeliae
Tinctura
Strychnini
Tinctura
Ipecacuanhae
Tinctura, dll
b. Tingtur
palsu, yaitu dibuat degan melarutkan bahan dasar/kimia ke pelarut yang sesuai.
Contoh : Iodii Tinctura, Secalis
Cornuti Tinctura.
2.
Menurut kekerasan
a. Tingtur
keras, yaitu menggunakan 10% zat berkhasiat keras.
Contoh : Belladonnae Tinctura
Digitalis
Tinctura
Opii Tinctura
Lobeliae Tinctura
Stramonii Tinctura
Strychnini Tinctura
Ipecacuanhae Tinctura,
dll
b. Tingtur lemah, yaitu menggunakan 20% simplisia.
Contoh : Cinnamomi Tinctura
Valerianae
Tinctura
Polygalae
Tinctura
Myrrhae
Tinctura
3.
Berdasarkan cairan
penariknya
a.
Tingtura Aetherea, jika
cairan penariknya eter atau campuran eter-etanol.
Contoh : tinctura valerianae aetherea
b.
Tingtura Vinosa, jika
cairan penariknya campuran anggur-etanol
Contoh : tinctura rhei vinosa
c.
Tingtura Acida, jika
cairan penariknya ditambahkan asam sulfat.
Contoh : tinctura acida aromatica
d.
Tingtura Aquosa, jika
cairan penariknya air.
Contoh : tinctura rhei aquosa
e.
Tingtura Composita, jika
cairan penariknya selain etanol.
Contoh : tinctura chinae composita
Extracta
Extracta adalah sediaan
kering (siccum), kental (spissum), atau cair (liquidum) dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. Cairan yang dipakai adalah air, eter, dan air-etanol.
Ø
Cara pembuatan
1.
Maserasi, lakukan
maserasi sesuai cara yang tertera pada tingtur, uapkan maserat pada tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 50OC.
2.
Perkolasi, lakukan sesuai
cara yang tertera pada tingtur. Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama
24 jam, biarkan cairan menetes sampai tak bersisa. Uapkan dengan tekanan rendah
pada suhu 50OC.
Ø
Contoh ekstrak :
1.
Belladonnae Extractum.
Perkolasi 100 bagian serbuk beladon (85/100) dengan campuran etanol encer dan
asam asetat 2% v/v volume sama
2.
Hyoscyami Extractum.
Perkolasi 100 bagian serbuk hiosiami dengan campuran etanol encer dan asam
asetat 2% v/v volume sama
3.
Strychnini Extractum.
Perkolasi serbuk biji strihni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter
minyak tanah dengan penyari etanol 70% v/v
4.
Rhei Extractum. Perkolasi
serbuk kelembak dengan campuran etanol 90% dan air volume sama
5.
Stramonium Extractum.
Perkolasi 1000 g serbuk herba stramonium dengan etanol 45%
6.
Cinchonae Extractum.
Maserasi 100 bag serbuk kulit kina dengan 50 bagian campuran 35 bagian HCl
encer, 20 bagian gliserol, 45 bagian air selama 24 jam
7.
Colae Extractum.
Perkolasi serbuk biji kola dengan campuran 60 bagian etanol 90% dan 40 bagian
air hingga perkolat hampir tidak berasa dan tidak berwarna, kemudian dibuat
cair
8.
Opii Extractum. Maserasi
100 bagian opium yang telah dipotong tipis dengan 500 bagian air selama 24 jam
sambil terus diaduk, peras
9.
Dll
Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari
simplisia nabati dengan air pada suhu 90OC selama 15 menit.
Ø
Cara pembuatan
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam
panci dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu mencapai 90O. Sambil sekali diaduk. Serkai
dengan kain flanel selagi panas. Tambahkan air panas secukupnya melalu ampas
hingga diperoleh volume yang diinginkan > Ø
Hal-hal
yang perlu diperhatikan :
1.
Jumlah simplisia, kecuali
dinyatakan lain, infus mengandung 10% zat berkhasiat.
2.
Derajat halus simplisia
Serbuk (5/8)
|
Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena
|
Serbuk (8/10)
|
Dringo, kelembak
|
Serbuk (10/22)
|
Laos, akar valerian, temulawak, jahe
|
Serbuk (22/60)
|
Kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum
|
Serbuk (85/120)
|
Daun digitalis
|
3.
Banyaknya air ekstra
Umumnya untuk membuat
sediaan infus digunakan penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air
ekstra ini perlu karena simplisia yang dipakai umumnya kering.
4.
Cara menyerkai
· Umumnya
infus diserkai selagi panas, kecuali yang mengandung minyak atsiri diserkai
selagi dingin
· Infus
daun sena, asam jawa, dan yang mengandung lendir lain tidak boleh diperas.
· Untuk
decocta condurango diserkai panas, karena zat berkhasiatnya larut dalam air
panas, akan mengendap dalam air dingin.
· Infus
daun sena diserkai saat dingin karena mengandung zat yang dapat menyebabkan
sakit perut larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalamair dingin.
· Asam
jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga masa
seperti bubur.
· Buah
adas manis dipecah dahulu
· Bila
sediaan tidak disebutkan derajat halusnya, diambil derajat kehalusan yang
kekentalannya sama
5.
Penambahan zat lain
Pada pembuatan infus
kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot zat berkhasiat dan pada infus
simplisia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan natrium karbonat
10% dari bobot simplisia.
Aqua Aromatica
Aqua
Aromatica adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat yang beraroma dalam air.
Diantara air aromatik, ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi untuk
digunakan sebagai pengawet. Air aromatik harus mempunyai bau dan rasa yang
menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan
tidak berlendir.
Ø Cara
pembuatan :
1. Larutkan minyak atsiri
sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60ml etanol 95%.
2.
Tambahkan air sedikit
demi sedikit sampai volume 100ml sambil dikocok kuat.
3.
Tambahkan 500mg talkum,
kocok, diamkan, saring.
4.
Encerkan 1 bagian filtrat
dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak
atsiri dalam air. Talc berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air
dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan
jernih.
Selain
cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan
aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara
penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya.
Aqua
aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara
destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah
tertutup rapat yang tidak terisi penuh diatas penangas air selama 1 jam.
Ø Pemerian
aqua aromatik : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Ø Syarat
untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan.
Ø Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Ø Khasiat
: zat tambahan.
Air aromatik yang tertera dalam FI II ada
3, yaitu :
1.
Aqua Foeniculli,
adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Dibuat dengan melarutkan 4g oleum
foeniculli dalam 60ml etanol 95%, tambahkan air sampai 100ml sambil dikocok
kuat, tambahkan 500mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan1 bag filtrat dalam
39 bag air. Pemerian, penyimpanan sama seperti aqua aromatik. Syarat untuk
resep : seperti aqua aromatik dan sebelum digunakan harus disaring dahulu.
2.
Aqua Menthae Piperitae,
adalah larutan jenuh minyak permen dalam air. Pembuatan : lakukan pembuatan
menurut cara yang tertera pada aqua aromatik dengan menggunakan 2 g minyak
permen dalam 60ml etanol 95%.
3.
Aqua Rosae,
adalah larutan minyak mawar dalam air. Pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar
dalam 20ml etanol 95%, saring. Pada filtrat tambahkan air secukupnya hingga 5000ml,
saring.
Khusus untuk Aqua
Foeniculli jangan disimpan ditempat sejuk karena etanol akan menghablur, jadi
disimpan pada suhu kamar, kalau keruh kocok sebelum digunakan. Aqua foeniculli
kalau menghablur harus dipanaskan pada suhu 25OC dan kemudian dikocok
kuat, sebelum digunakan harus disaring.
Minyak atsiri (olea volatilia) / minyak menguap
Minyak
Menguap adalah campuran bahan berbau keras yang menguap. Yang diperoleh baik
dengan penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintesis. Minyak
atsiri diperoleh dari tumbuhan. Cth : daun, bunga, kulit buah, buah.
Ø Sifat
minyak atsiri :
1.
Mudah menguap,
2.
Rasa yang tajam
3.
Bau yang khas, sesuai
dengan bau tanaman asal
4.
Tidak larut dalam air,
larut dalam pelarut organik
5.
Tidak berwarna, sedikit
kuning muda
Ø Cara
memperoleh minyak atsiri :
a.
Cara pemerasan yaitu cara
termudah dan primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang
mempunyai kadar tinggi dan untuk yang tidak tahan pemanasan. Cth : minyak jeruk
b.
Cara penyulingan (destilasi)
-
Cara langsung
(menggunakan api langsung)
-
Cara tidak langsung
(destilasi uap)
c.
Cara enfleurage digunakan
untuk bahan dengan kandungan minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan
pemanasan.
Ø Syarat-syarat
minyak atsiri:
1.
Harus jernih, tidak
berwarna
2.
Mudah larut dalam
chloroform atau eter
3.
Minyak atsiri yang
diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak lemak
4.
Harus kering, karena air
akan mempercepat proses oksidasi sehingga minyak akan berwarna
5.
Bau dan rasa seperti
simplisia
Ø Contoh
minyak atsiri :
1.
Oleum foeniculli (minyak
adas). Cara pembuatan : penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris.
2.
Oleum anisi (minyak
adasmanis). Cara pembuatan : penyulingan uap buah kering Pimpinella anisum
3.
Oleum caryophlli (minyak
cengkeh). Cara pembuatan : penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan
dari tanaman Eugenia caryophyllata
4.
Oleum citri (minyak
jeruk). Cara pembuatan : pemerasan pericarp (kulit buah luar yang masak dan
segar) dari tanaman Citrus lemon
5.
Oleum aurantii (minyak
jeruk manis). Cara pembuatan : pemerasan pericarp (kulit buah luar yang masak
dan segar) dari tanaman Citrus sinensis
6.
Oleum eucalypti (minyak
kayu putih). Cara pembuatan : destilasi uap dari daun segar, ujung cabang segar
dari berbagai spesies Eucalyptus atau spesies yang diinginkan (E. globulus, E. futicerutum, E. polybractea,
E. smithii)
7.
Oleum menthae piperitae
(minyak permen). Cara pembuatan : destilasi uap dari bagian atas tanah tanaman
berbunga Mentha piperita yang segar
dan telah dimurnikan
8.
Oleum cinnamomi (minyak
kayu manis). Cara pembuatan : penyulingan uap kulit batang dan kulit cabang Cinnamomum zeylanicum
9.
Oleum citronellae (minyak
sereh). Cara pembuatan : penyulingan uap daun Cymbopogon nardus
10. Oleum
rosae (minyak mawar). Cara pembuatan : penyulingan uap bunga segar Rosa galica alba
11. Dll
Minyak lemak (olea pinguia)
Olea
Pinguia adalah campuran senyawa asam lemak bersuhu tinggi dengan gliserin
(gliserida asam lemak bersuhu tinggi).
Ø Cara
mendapatkan minyak lemak :
1.
Diperas pada suhu biasa,
misalnya : oleum arachidis, oleum olivarum, oleum ricini
2.
Diperas pada suhu panas,
misalnya : oleum cacao, oleum cocos
Ø Syarat-syarat
untuk minyak lemak antara lain :
1.
Harus jernih
2.
Kecuali dinyatakan lain
harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, eter, dan eter
minyak tanah
3.
Harus memenuhi syarat
minyak mineral, minyak harsa dan minyak asing lainnya, senyawa belerang dan
logam berat.
Ø Cara
identifikasi minyak lemak : pada kertas meninggalkan noda lemak.
Ø Penggunaan
minyak lemak :
1.
Sebagai zat tambahan
2.
Sebagai pelarut, misal :
pelarut obat suntik, lotio, anti racun dll
3.
Sebagai obat, misal :
oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar
Ø Minyak
lemak dibagi dalam dua golongan :
1.
Minyak yang dapat
mengering. Misal : oleum lini, oleum ricini.
2.
Minyak yang tidak dapat
mengering. Misal : oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami.
Ø Penyimpanan
minyak lemak :
Kecuali dinyatakan lain,
harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
Ø Contoh
minyak lemak :
1.
Minyak kacang (oleum
arachidis). Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan
pemerasan biji Arachidis hypogaeae L
yang telah dikupas
2.
Minyak coklat (oleum
cacao). Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemanasan panas biji Theobroma cacao L yang telah dikupas dan
dipanggang
3.
Minyak kelapa (oleum
cocos). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan panas endosperm Cocos nucifera L yang telah dikeringkan
4.
Minyak ikan (oleum
iecoris aselli). Adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar ikan Gadus calarias L, dimurnikan dengan
penyaringan pada suhu 0OC
5.
Minyak zaitun (oleum
olivarum). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji
masak Olea europeae L jika perlu
dimurnikan
6.
Minyak lini (oleum lini).
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji masak Linum usitatissinum L
7.
Minyak jarak (oleum
ricini). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji Ricinus communis L yang telah dikupas
8.
Minyak wijen (oleum
sesami). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji Sesamum indicum L
9.
Minyak tengkawang (oleum
shoreae). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan panas keping biji
Shorea stepnotera yang segar atau
kering
10.
Minyak kaulmogra (oleum
hydnocarpi). Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan bji dari buah
masak segar Hidnocarpus wightraria
11.
Minyak jagung (oleum
maydis). Adalah minyak lemak yang diperoleh dari embrio Zea mays L, kemudian dimurnikan
12.
Dll
Syrup
Syrup adalah sediaan cair
berupa larutan yang menagndung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11)
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Ø Cara
pembuatan :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu
didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot
yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Ø Catatan
tambahan untuk sirup :
·
Pada pembuatan sirup dari
simplisia yang mengandung glukosida antrakinon ditambahkan Na2CO3
10% bobot simplisia.
·
Bj kirup sekitar 1,3
·
Pada penyimpanan dapat terjadi
inversi dari sakarosa
·
Kecuali dinyatakan lain,
pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25%
b/v atau pengawet lain yang cocok
·
Kadar gula dalam sirup
pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi
pengkristalan, bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk.
·
Gula invert adalah gula
yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri
·
Untuk mencegah sirup
membusuk, ditambahkan nipagin
Ø Cara
memasukkan sirup ke botol :
sterilisasi sirup, disini
harus diperhitungkan pemanasan 30 menit, apakah tidak berakibat terjadinya gula
invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III menuliskan tentang penambahan metil
paraben 0,25%
Ø Penggunaan
sirup :
1. Obat,
misal : chlorpheniramini maleatis sirupus
2. Corigen
saporis, misal : sirupus simplex
3. Corigen
odoris, misal : sirupus aurantii
4. Corigen
coloris, misal : sirupus rhoedos
5. Pengawet,
misal : sediaan dgn bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi
mencegah pertumbuhan bakteri
Ø Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk
1.
Chlorpheniramini Maleatis
Sirupus
2.
Cyproheptadini
Hydrochloridi Sirupus
3.
Dextromethorphani
Hydrobromidi Sirupus
4.
Piperazini Citratis
Sirupus
5.
Prometazini Hydrochloridi
Sirupus
6.
Methdilazini Hydrobromidi
Sirupus
7.
Sirupus Simplex
Dalam perdagangan dikenal
‘’dry syrup’’ yaitu sirup kering yang jika akan dipakai ditambahkan sejumlah
pelarut tertentu atau aqua destillata, biasanya berisi zat yang tidak stabil
dalam air.
Tata Cara Download
- Masuk pada postingan
- Lihat dibagian bawah tempat download yang di sediakan
- Makan akan masuk kedalam safelink-niszk
- tunggu sekitar 10 detik
- Maka akan langsung redirect ke link download tersebut.